Sultan membawa sang istri dan juga anaknya keruangan kedua mertuanya untuk memastikan apa yang terjadi. Mereka ingin tahu kenapa mereka sampai masuk rumah sakit seperti ini.
"Nak". Ucap Keduanya bersamaan, mereka menatap anaknya dengan berkaca-kaca.
Saat pergi dari rumah Sintia kemaren, semua anak-anak mereka menjadikan mereka berdua pengemis padahal mereka belum makan sama sekali, mereka bahkan tidak kasian pada mereka, karena kelelahan dan belum makan mereka pingsan dan ternyata memiliki penyakit serius. Mereka gagal membujuk Sintia untuk membiarkan mereka semua tinggal di rumahnya, itulah sebabnya mereka bertindak seenaknya.
"Kalian sakit apa?? Tanya Sintia dengan nada khawatir.
Walau bagaimanapun, mereka adalah kedua orangtuanya, walaupun dia pernah tersakiti.
"Dek, lebih baik kita pindahkan orangtuamu ke kamar yang lebih baik, disini terlalu banyak orang, kasihan mereka". Ucap Sultan melihat keduanya dengan iba.
"Iya kak, bisa tolong diuruskan, aku disini saja, kakak boleh ajak Fatur bersama kakak". Ucap Sintia dengan lembut.
"Baiklah dek, kakak pergi dulu". Ucap Sultan segera meninggalkan mereka.
"Papa dan mama sakit apa??, Kok bisa masuk rumah sakit, perasaan kemaren pagi, kalian baik-baik saja?? Tanyanya dengan heran.
Saat akan menjawab pertanyaan sang anak, ternyata dokter datang untuk memeriksa kedua orangtuanya.
"Maaf bu, kami akan melakukan pemeriksaan". Ucap dokter dengan sopan.
"Silahkan dokter, oh iya kalau boleh tahu ibu dan ayah saya sakit apa kok bisa sampai dirawat di rumah sakit?? Tanya dengan sopan.
"Maaf bu, apa ibu anak keduanya?? Tanya sang dokter tanpa mengalihkan pandangan nya.
"Iya bu, saya anak bungsu mereka, keduanya sakit apa dokter??
"Begini buk, bapak anda mengalami penyumbatan saluran kemih, dia harus segera dioperasi sedangkan ibu anda terkena usus buntu dan harus dioperasi juga". Ucap dokter dengan tenang.
"Lalu kenapa keduanya belum di operasi dokter, bukankah itu membahayakan?? Tanya Sintia dengan tidak sabaran.
"Kami bukan tak ingin mengoperasi mereka bu, hanya saja keluarga ibu yang lainnya mengatakan tidak punya biaya untuk operasi itu karena itu tidak ditanggung oleh BPJS kesehatan, kalau tidak salah mereka adalah saudara anda, mereka juga tidak kembali kesini sejak kemaren hanya mengantarkan orangtua anda saja".
"Baiklah jika seperti itu dokter, suami saya sudah mengurusnya, mungkin dia juga sudah tahu jika keduanya akan dioperasi". Ucap Sintia dengan sendu.
Dia tidak menyangka kedua orangtuanya mengalami penyakit yang cukup serius tapi saudaranya tidak mengurus mereka dengan benar bahkan meninggalkan mereka sendirian.
"Permisi dokter, keluarga pasien sudah membayar biayanya dan pemindahan kamarnya, kita siap mengoperasi mereka". Ucap Salah satu suster yang datang.
"Baik dokter, kebetulan jadwalnya dokter Rendi dan dokter Arief hati ini, mereka akan mengoperasi mereka".
"Baiklah suster siapkan yah, tolong anti berkasnya kepada kedua dokter itu".
"Baik dokter". Ucap Para suster yang datang tadi.
"Nak maafkan kami selama ini merepotkan kamu, maafkan kami selalu pilih kasih padamu". Ucap keduanya dengan tangisan penyesalan.
"Tidak apa-apa pa, ma, kalian tidak usah memikirkan hal aneh-aneh, cukup kalian fokus pada penyakit kalian, setelah ini, kalian akan tinggal bersamaku, tapi tidak dengan mereka, tidak apa-apa kan?? Tanya Sintia dengan hati-hati.
"Iya nak, maafkan kami, kami sadar selama ini terlalu banyak menyakiti kamu tanpa memikirkan perasaanmu, semua milik kami diambil mereka tapi mereka tidak mau merawat kami tapi menjadikan kami pengemis dijalan agar mereka bisa makan". Ucap ayah Sintia itu.
"Ya Ampun, kenapa mereka melakukan itu pada kalian, akan ku buat perhitungan pada mereka setelah ini". Sintia mengepalkan tangannya sambil meneteskan air matanya,
Bagaimana bisa mereka menjadikan orangtua mereka jadi pengemis padahal selama ini orangtua mereka sangat mengutamakan kepentingan mereka.
"Maafkan kami, mama mohon jangan baung kami, kami tidak bisa hidup bersama mereka, mereka anak-anak tidak tahu terima kasih". Ibu Sintia menangis mengingat apa yang mereka alami kemaren setelah tidak berhasil membujuk Sintia.
Anak-anak yang mereka perjuangkan mati-matian malah membuat mereka jadi pengemis dan mengambil semua hasil mengemis mereka tanpa memikirkan mereka lapar atau tidak. Dia menceritakannya pada Sintia sambil menangis
"Apa sih ma, lebih baik kalian berdua mengemis saja, mereka akan kasihan pada kalian karena kalian sudah tua, jangan mau enaknya saja, kalian sudah tidak berhasil meyakinkan Sintia untuk bisa menerima kami, jadi ini adalah hukuman kalian". Hardik kakak tertua Sintia bernama Saddam.
"Nak jangan lakukan itu pada kami, kami selalu menuruti kalian bahkan harta kami habis untuk kalian, tapi kalian membuat kami jadi pengemis kalian keterlaluan". Hardik sang ayah dnegan penuh amarah.
"Eh tua bangka sudah tahu kamu tau sudah tak punya apa-apa makanya kerja, jangan jadi parasit untuk kami". Ucap Saddam mendorong kasar sang ayah sehingga hampir tersungkur dan ditahan oleh sang ibu.
"Kalian tidak akan pernah selamat setelah ini nak, mama tidak ridho kalian memperlakukan kami seperti ini". Ucap Sang ibu menatap anaknya dengan penuh kebencian.
"Diamlah, tidak usah banyak bicara, sekarang pergi kalian mengemis, kalian harus dapat uang jika tidak kami akan meninggalkan kalian di jalan" Hardik Saddam dengan kesal.
Anak-anak nya memang patungan menyewa rumah besar untuk mereka tinggali , itu sebabnya mereka tak berkutik ketika diperlakukan seperti itu, mereka tidak mau tinggal dijalan menjadi gelandangan.
Akhirnya mereka mengemis dan mendapatkan uang, tapi bukannya memberikan orangtuanya makan dan minum, mereka langsung mengambil uang itu untuk diri mereka sendiri tanpa peduli pada orangtua.
Dewi terisak-isak menceritakannya, sedangkan Sintia meneteskan air mata tanpa henti mendengar nya, dia tidak menyangka semua saudaranya sangat tega pada orangtua mereka.
"Maafkan mama nak, maafkan mama karena sudah jahat padamu, ini karma mama karena telah menyakiti hati anak mama, maafkan mama". Tangis Dewi semakin pecah mengingat bagaimana perlakuannya ada sang putri selama ini tidak jauh beda dengan suaminya yang menangis.
Sultan yang baru akan mendekat mendengar cerita mertuanya, matanya mengembun dan siap menangis, dia sungguh iba pada kedua mertuanya, dia beruntung karena bundanya memiliki anak-anak yang saling menyayangi.
"Tidak apa-apa, kami sudah memaafkan kalian, fokus saja pada kesehatan kalian, kami berjanji akan merawat kalian dnegan sangat baik tanpa kuran sedikit pun, aku harap kalian tidak membawa mereka nanti ke rumah jika kalian berdua tinggal dirumah kami". Ucap Sultan menatap tajam kedua mertuanya itu.
"Iya nak, maafkan kami selama ini membuatmu terluka dengan perkataan kami nak, kami sungguh minta maaf". Kini Ayah Sintia berusaha bangkit dari tidurnya berusaha mendekati menantunya.
"Tidak perlu pa, disana saja, papa sedang sakit, kami sudah memaafkan kalian, tolong jangan lakukan itu, kami tidak berhak, kalian orangtua kami". Sultan menggelengkan kepalanya kemudian memeluk ayah mertuanya dnegan penuh penghormatan.
"Kami menyesal nak, kami sungguh menyesal, maafkan kami". Ucap mereka sambil menangis
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments