BAB 9

Aira menatap tajam Aiman, bagaimana lelaki ini santai seperti ini padahal dia membutuhkan banyak uang apa lagi dia harus membungkam laki-laki sialan yang telah menghamili nya, kalau Aiman tidak kerja bagaimana caranya dia melakukannya.

"Terus kita bagaimana, aku sedang hamil butuh biaya yang banyak terus kalau kau tidak kerja bagaimana, kau pikir peralatan bayi itu murah". Aira menatap kesal kepada suami sirinya itu.

Dia sengaja menjebak Aiman untuk bertanggungjawab atas kehamilannya karena dia pikir Aiman sudah kaya dan memiliki pekerjaan mentereng dan rumah bagus. Tapi ternyata sama saja dengan sebelumnya.

"Kamu tenang saja, aku masih punya sedikit tabungan untuk kita sampai aku dapat pekerjaan baru, aku yakin uang yang selama ini aku kasih kamu masih ada kan, toh uangnya lumayan". Aiman menatap sumringah pada Aira.

Aira menegang mendengar perkataan Aiman, uang yang selama ini dia berikan kepadanya telah habis karena gaya hidupnya yang hedon apalagi dia harus menutup mulut pria itu.

"Kenapa, masih ada kan?? Tanya Aiman memastikan.

"Iya". Gugup Aira.

"Baguslah seperti itu, aku akan menyimpan tabungan ini untuk buat usaha, supaya aku bisa standby saat kamu membutuhkan ku, jadi aku tak perlu bekerja di kantor kalau usaha kan kita bisa atur waktunya".

"Iya kamu atur aja, asal uang belanja aku ada". Ucap Aira dengan gugup.

"Maaf sayang mungkin untuk beberapa bulan kedepan, kamu belum dapat uang belanja, kan uang di kamu masih ada, gunakan saja itu sampai usahaku berjalan lancar, baru aku akan berikan lagi uang belanja".

"Tidak bisa begitu dong". Teriak Aira dengan kesal.

"Loh memangnya kenapa sayang, kan uang yang kuberikan bukan uang sedikit padamu, terus kamu bilang uangnya masih ada, kamu bagaimana sih?? Tanya Aiman dengan kening mengkerut.

"Uangnya sudah habis, kenapa?? tantang Aira dengan kesal.

"Ya ampun Aira, uang itu banyak, kok bisa habis sih". Aiman menatap istrinya itu dengan tidak percaya.

"Ya mau bagaimana lagi, aku itu banyak kebutuhan, makanya kalau tidak bisa membiayai tidak usah sok selingkuh denganku, apalagi menikahi aku". Sungut Aira dengan kesal.

"Kamu yang melakukan duluan kepadaku Aira, jangan lupa kau menggoda ku dan membuatku mabuk sehingga kejadian itu terjadi". Kesal Aiman tidak terima dengan perkataan Aira.

"Aku tidak mau tahu, aku mau uang belanja, anak ini banyak kebutuhan, jangan lupa kalau aku sedang hamil". Kesal Aira menatap tajam Aiman.

"Maaf Aira, aku yang akan belanja keperluan rumah mulai sekarang, kamu hanya perlu mencatatnya, aku sedang tidak punya uang untuk memberikanmu belanja seperti kebiasaanku sampai uang yang sangat banyak itu habis tanpa sisa". Aiman masuk kedalam kamar nya karena tak mau berdebat.

Melihat itu Aira meradang, jika keuangan dipegang oleh Aiman bagaimana cara dirinya memberikan uang kepada ayah anaknya ini, bisa gawat jika dia membuka mulutnya dan memberitahukan Aiman jika anak yang dia kandung bukanlah anaknya.

"Sialan, aku harus bersabar, jika aku mendesak Aiman, dia akan curiga dan mencari tahu, bisa kacau semuanya, aku akan menjual beberapa perhiasan ku untuk uang pegangan ku menutup mulutnya". Umpat Aira dengan kasar.

Aiman masuk kedalam kamar dan segera mandi, dia ingin mendinginkan kepalanya yang terasa sangat panas, baru sehari dia kehilangan Ayu hidupnya sudah mulai berantakan.

"Aira mana makanannya, kok meja makan kosong?? Tanya Aiman yang keluar setelah mandi dan memakai pakaian rumah.

"Tidak ada, aku tak punya uang". Sungut Aira dengan kesal.

"Jangan bercanda Aira, kemaren aku baru memberimu uang 10 juta, bagaimana bisa uang sebanyak itu habis dalam satu hari, kau gila". Hardik Aiman dengan nada tinggi membuat Aira tersentak.

"Kau membentak ku?? Aira menatap tajam Aiman

"Iya, kamu keterlaluan, kamu pikir uang itu dipungut dari pohon, aku pontang-panting bekerja dan memberimu uang malah kau habiskan dengan hal tidak penting, kau sungguh keterlaluan". Hardik Aiman tidak terkendali.

"Jangan keterlaluan Aiman, jika kau tak sanggup membiayai aku, lebih baik aku gugurkan anak ini dan pergi mencari laki-laki lain yang bisa mencukupi hidupku, aku pikir hidup bersamamu itu enak ternyata sama saja miskin tetap saja miskin". Teriak Aira dengan penuh emosi.

Plak.. Tamparan keras mendarat di pipi Aira menyebabkan wajahnya memerah.

"Kau menampar ku?? Aira memegang pipinya yang terasa panas.

Dia menatap Aiman dengan tidak percaya bagaimana bisa lelaki yang dia anggap penyayang ini malah bisa melakukan KDRT padanya.

"Dengar Aira setelah ini tidak akan ada uang belanja untukmu, jika kau masih mau bertahan menjadi istriku, kalau tidak silahkan lakukan apapun keinginanmu, aku hanya akan membawamu belanja bulanan dan belanja mingguan jadi aku hanya akan memberimu pegangan seadanya, terserah padamu ". Aiman keluar dari rumah dengan perasaan jengkel.

Selama ini dia jarang memberikan uang kepada Ayu karena Ayu memiliki segalanya dan dia malah memberikannya pada Aira untuk dia tabung tapi ternyata uang yang diberikan tak ada sisa sedikitpun.

"Sialan kau Aiman, jika bukan karena anak ini butuh ayah, aku tidak sudi bersamamu". Kesal Aira.

Rumah mewah yang dibeli Aiman dengan hasil kerja kerasnya selama ini, tanpa Ayu tahu, segala bonus dan lainnya Aiman simpan untuk membeli rumah impian dan ternyata Aira lah yang menempati bukan istri sahnya.

"Sial, aku tidak tahu jika Aira sematre itu, bagaimana sekarang, bahkan tabunganku hanya untuk ku jadikan usaha, atau aku ambil saja perhiasan Aira untuk menambah modal nanti, toh selama ini aku membelikan perhiasan cukup banyak, nanti kalau usahaku berhasil nanti aku akan menggantinya". Monolognya tersenyum lebar karena mendapatkan jalan keluar.

Sedangkan Dirumah Sultan terjadi keributan karena keluarga sang istri datang tanpa konfirmasi dan seenaknya kepada istrinya.

"Maaf ma, pa, kalian bisa tinggal disini tapi tidak dengan Kak Rahma dan Suaminya beserta anak-anak nya". Tolaknya apda kelaurga istrinya itu.

"Jangan kurang ajar kau Sultan, aku ini ibu mertuamu, harus kau hargai". Hardik ibu Sintia tidka terima penolakan menantunya.

"Aku tidak melarang mama dan papa tinggal di sini tapi jika kedua iparku, aku tidak bisa, aku dan istriku tidak suka dengan keramaian". Sultan menolak keras permintaan mertuanya.

Dia sangat tahu bagaimana perlakuan mereka kepada istrinya, dia tidak akan membiarkan siapapun yang menindas istrinya.

"Tapi mereka itu saudaranya Sintia, kamu tidak berhak melarangnya". Sang ayah mertua kini mengeluarkan suaranya.

"Maaf pa, ini rumah aku dan aku kepala keluarga di sini, dan aku tidak mengizinkan mereka tinggal di sini, silahkan cari tempat lain, jika tidak, aku terpaksa bertindak tegas pada kalian".

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!