Mereka semua menatap Sultan penuh amarah, mereka tidak terima ditolak seperti ini oleh menantu keluarga.
"Yang dikatakan suamiku benar, kami ingin privasi dalam rumah tangga kami, bukankah dulu saat aku menikah dengan suamiku, kalian menganggap kami hina?? Sintia kini menatap keluarganya dengan tatapan geram.
"Ya ampun Sin, kamu ini pendendam sekali, toh itu sudah masa lalu janganlah selalu diungkit-ungkit". Ucap Kakak Ipar Perempuan Sintia itu.
"Terserah apa kata kalian, aku bahkan tidak bisa melupakan bagaimana perlakuan kalian kepadaku saat aku berada dibawah, jangan lupa kalian selalu menghina ku dan juga suamiku". Sintia menatap tajam seakan menelan mereka hidup-hidup. Dia teringat bagaimana keluarganya mengusirnya tanpa belas kasih
"Kak Tolong berikan aku pinjaman, anakku sakit, aku akan membayarnya begitu aku punya uang kak tolong". Ucap Sintia dengan memelas.
Anaknya kini berada di atas motor digendong oleh suaminya untuk pergi meminjam uang kepada sang kakak dan keluarganya karena anaknya sakit.
"Tidak ada, siapa suruh kau menikah dengan orang miskin tidak berguna seperti nya". Hardik sang kakak ipar dengan kesal.
"Ma, pa tolongin aku, cucu kalian sakit dan harus dibawah kerumah sakit, tolong pinjami aku uang, tolong". Sintia bahkan berlutut di hadapan keluarganya merendahkan diri.
"Ala, jangan biarkan dia pinjam uang pada Kita, memang dia bisa bayar apa, dia saja tidak bisa makan dengan benar apalagi bayar hutang". Hardik sang kakak tertuanya bahkan mendorongnya dengan kasar sehingga dia jatuh terjungkal.
Sultan bergegas turun dari motornya untuk menolong sang istri, dia melihat semua perlakuan keluarganya kepada istrinya.
"Jangan sakiti istriku". Sultan datang kehadapan mereka dengan wajah memerah karena marah.
"Kak kenapa kakak, kesini, aku sudah bilang kakak tunggu di motor saja". Sintia menatap suaminya dengan khawatir.
"Aku tidak mungkin tinggal diam jika mereka memperlakukan mu seperti itu dek, ayo kita pergi saja, jangan lakukan itu"? Ajak Sultan memegang sang istri.
"Tidak usah berdrama dihadapan kamu, pergi sana dasar miskin, kau itu hanya membuat susah dirimu dengan menikah dengan laki-laki kere dan tidak tahu malu itu". Sang ayah menghardik anaknya dengan kasar.
"Roda hidup itu berputar, lihat saja, kami pasti bisa melebihi kalian dan jika sudah waktunya kalian akan menerima balasan kalian atas penghinaan kalian pada kami hari ini". Ucap Sultan dengan penuh dendam.
"Dasar omong kosong, miskin ya miskin aja tidak usah banyak omong, pergi dari sini". Usir mereka dengan kasar.
Sultan dan Sintia menatap mereka dengan penuh kebencian dan dendam, mereka akan ingat hari ini sampai kapanpun.
Sultan tersenyum sinis mengingat apa yang mereka lakukan padanya dan istrinya, dia menatap tajam mereka semua.
"Maaf rumah kami bukan panti sosial, silahkan cari tempat lain selain rumah saya". Usianya dengan tegas.
"Dasar manusia tidak tahu diri kami ini keluarga istrimu yang harus kamu hargai dan hormati, tidak ada bantahan, kami akan tinggal disini". Hardik Ayah Sintia dengan keras berusaha menerobos masuk kedalam rumah.
"Keluar dari rumah ku, kami tidak menerima kalian disni, kalian semua tuli". Teriak Sultan dengan penuh emosi bahkan dia melempar tempat duduk plastik kecil karena terlalu kesal.
Mereka menelan ludahnya melihat kemarahan Sultan, mereka tidak menyangka mereka bisa seperti ini.
"Tapi kami tidak punya tempat tinggal, harusnya kalian sebagai saudara membantu kami". Cicit Iparnya dengan pelan.
" Terus yang kalian lakukan pada kami saat itu apa??, Sekarang kalian berkata seolah-olah kalian ini pernah menolong dan menghormati kami??, tidak sama sekali, tak ada satu haripun kalian menganggap kami keluarga saat kami tak punya apa-apa, tapi ketika kami punya kalian datang kesini mengaku kami keluarga, kalian semua waras??
"Dasar sombong, baru punya sedikit saja sombongnya minta ampun". Sinis mereka.
"Silahkan pergi, kami mau istirahat, kalian mengganggu pemandangan saja". Usir Sultan dengan Sarkas.
"Tidak akan, kami tidak akan kemana-mana, kau tidak bisa mengusir kami, ini rumah Sintia juga, kau tak berhak". Hardik Ibu Sintia.
"Maaf tapi suamiku lebih berhak dari siapapun, jika kalian tidak pergi sekarang jangan salahkan kami memanggil sekuriti untuk mengusir kalian secara paksa". Sintia menatap berang keluarganya itu.
Dia tidak terima jika suaminya dihina dan di teriaki seperti itu oleh keluarganya, sudah cukup dia mengalah selama ini. Sekarang dia akan membela suaminya tanpa mau mengalah.
"Jangan kurang ajar kau Sintia, kami ini keluargamu, ibu bapakmu, bisa-bisanya kau mengusir kami seperti ini". Pak Ramdan berang ingin memukul anaknya.
"Jangan pernah menyentuh istriku, jika anda masih ingin kuanggap mertua, jangan sampai saya memukul anda". Ucap Sultan dengan dingin memegang tangan pak Ramdan yang hampir memukul istrinya.
"Lepaskan saya mantu durhaka". Hardik pak Ramdan berusaha melepaskan cekelan Sultan tapi tidak bisa.
Dia berusaha menarik tangannya, dia meringis karena Sultan mencengkram tangannya dengan kuat dan menatapnya dengan tajam. Nyalinya yang tadinya besar kini menciut melihat kemarahan di wajah menantunya itu.
"Jangan kurang ajar pada papaku sialan, lepaskan tangannya". Teriak kakak lelaki Sintia menghampiri Sultan tapi langsung diberi Hadiah Bogeman mentah.
"Pergi dari sini". Tatapan Penuh Amarah Sultan perlihatkan kepada mereka, dulu dia diam saja karena istrinya melarangnya, kini istrinya diam artinya membiarkannya melakukan perlawanan.
Sultan mendorong mereka semua dengan paksa dan melempar barang mereka ke jalan agar pergi dari rumahnya, dia tidak akan mau jika mereka tinggal disana
"Loh pak Sultan kenapa mertua dan ipar anda di usir seperti itu?? tanya mereka dengan penasaran.
Sejak tadi mereka mendengar keributan berasal dari rumah pak Sultan tapi tak berani mendekat.
"Mereka mantu dan anak durhaka bu, kami keluarganya diusir seperti binatang". Kompor kakak Sintia kepada Warga.
Dia akan membuat nama Sultan Dan Sintia buruk di lingkungannya baik dirumah maupun lingkungan kantornya nanti.
"Ih jangan seperti itu pak Sultan, jahat banget". Ucap mereka kembali bergosip.
"Kalau ibu-ibu tidak tahu apa-apa diam saja, jangan sembarangan bicara, mereka aku usir karena memaksa masuk ke rumah ku, bahkan mereka mau memukul istriku, selama ini mereka selalu menghina kami saat kami dibawah dan mereka datang kerumah kami seenak jidatnya. Sekalipun mereka keluarga istri saya, saya tidak akan membiarkan mereka menyakiti istri saya". Ucap Sultan penuh penekanan dan menatap tajam ibu-ibu itu.
"Bohong bu, mereka saja yang sok mentang-mentang sudah kaya lupa sama saudara dan orangtua".
" Jangan bicara sembarangan sialan, selama ini kalian menghina dan menindas kami, sekarang kami tidak tinggal diam, kalian malah berbicara seenaknya, pergi kalian semua dari sini". Teriak Sultan menggelegar bahkan membuat semua tetangga keluar karena teriakannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments