Ayu menatap sendu foto besar pernikahannya dengan Aiman, foto yang diambil 4 tahun lalu itu kini hanya menyisakan kenangan yang memuakkan. Dia bertahan karena dia begitu mencintai dan menghormati Aiman tapi balasan yang dia dapatkan hanya penghianatan dan sikap yang keterlaluan.
"Apa kurangnya kau mas, kenapa kamu lakukan ini padaku, tidak se berarti itu kah diriku untukmu, sampai kau memilih perempuan itu, apalagi dia tengah mengandung anakmu". Ayu meneteskan air matanya.
Dia sungguh tak menyangka pernikahannya dan kisah cintanya akan berakhir seperti ini setelah semua perjuangan mereka lalui bersama.
Drt.. drt.. Ponsel ayu berdering menandakan ada panggilan masuk. Ayu mengambil ponsel itu dan melihat nama mertuanya tertera disana.
"Hallo bunda, ada apa?? Tanya Ayu dengan sopan.
"Hallo nak, kamu baik-baik saja, kamu ada dimana?? Tanya Shofiyah dibalik telpon.
"Aku baik bunda hanya hatiku yang sedang tidak baik-baik saja, aku ada dirumah, ada apa bunda?? Tanya Nya lagi dengan suara serak.
Dia kembali meneteskan air matanya ketika mendengar suara mertuanya, sejak dia berpacaran dengan Aiman bahkan sampai menikah dan hingga sekarang, keluarga Aiman selalu menyayangi dan mencintainya. Mertuanya lah yang paling menyayangi dan selalu membela serta melindunginya.
"Kamu tunggu di sana yah nak, jangan kemana-mana, bunda dan semua saudaramu akan kesana, bisa?? Tanya Shofiyah meminta izin.
"Iya bunda, aku tunggu dirumah, masuk saja langsung, aku menunggu kalian di kolam renang nantinya". Ucap ayu dengan suara serak karena menangis.
"Iya nak, bunda tutup yah, kamu jangan nangis". Ucap Shofiyah mematikan telponnya.
Begitu sambungan telpon terputus, Ayu langsung menangis sejadi-jadinya, dia akan kehilangan keluarga suaminya yang begitu mencintai dan memanjakannya. setelah semua ini.
"Aku akan sendirian lagi, aku akan sendirian lagi, hiks.. hiks". Tangisnya terdengar menyayat hati.
"Kamu tidak akan sendirian nak, kamu masih punya kami". Ucap Shofiyah langsung memeluk sang menantu.
Tadi dia memang berada didepan rumah Ayu tapi tak melihat mobil menantunya itu, itu sebabnya dia menelpon untuk mencari tahu dimana keberadaan menantunya.
"Bunda?? ". Tanya dengan suara bindeng.
"Tidak apa-apa nak, kamu punya kami, menangislah". Shofiyah semakin mengeratkan pelukannya kepada kepala anaknya itu mengecup kepala itu dengan sayang.
Ayu menenggelamkan wajahnya pada perut Shofiyah dan semakin menangis, dia tidak tahu harus melakukan apa, ini terlalu sakit untuknya.
Mereka semua menatap Ayu dengan tatapan iba, mereka tahu Ayu sudah yatim piatu karena saat dia masih gadis ayahnya meninggal dan memberikan warisan kepadanya untuk dia kelola, itu sebabnya dia bisa membantu keuangan mereka semua waktu mereka semua terpuruk.
"Jangan pernah menganggap dirimu sendirian Ayu, kamu memiliki kami sekalipun nantinya kamu dan adik kami berpisah, rasa sayang kami kepadamu tak akan hilang sebagai saudara". Sultan meneteskan air matanya.
"Yang dikatakan Sultan benar Ayu, kami menyayangi kamu bukan karena bantuanmu kepada kami selama ini, tapi karena kami tulus mengganggap mu adik kami, jangan sedih yah, kamu tidak akan kehilangan kami kedepannya, kamu bisa tetap menganggap kami seperti biasa kamu lakukan". Sufyan juga maneteskan air matanya, dia bahkan membuang pandangannya karena tidak sanggup melihat dan mendengar tangisan Ayu.
Sedangkan Shifa, Almira dan Sintia berhamburan ikut memeluk Ayu dengan sayang. Mereka juga sangat menyayangi Ayu sebagai saudara mereka.
Shofiyah berhasil mendidik anak-anak dan menantunya untuk saling menyayangi seperti layaknya saudara.
Ketiga lelaki itu menangis menyaksikan betapa akrab dan saling menyayanginya mereka.
"Terima kasih, terima kasih". Ayu semakin menangis mendapatkan perlakuan itu.
Setelah menunggu mereka semua tenang, mereka melepaskan pelukannya dan menyeka airmata mereka masing-masing.
"Bagaimana perasaan mu nak, enakan?? Tanya Shofiyah menghapus air mata ayu dengan sayang.
"Iya bunda, terima kasih semuanya". Ayu menatap mereka dengan tatapan sendu dan penuh rasa kasih.
"Sama-sama Ayu, kita saudara, kami akan mendukung apapun yang kamu putuskan, kamu tidak akan kehilangan kami kedepannya". Almira mengelus kepala Ayu dengan senyuman menenangkan.
"Ayo kita bicara dengan tenang nak, kita harus mencari solusi yang tepat setelah ini". Ucap Shofiyah memeluk Ayu dengan sayang.
Shifa memasang wajah pura-pura cemberut melihat itu, dia ingin membuat adik iparnya itu tersenyum melupakan sejenak permasalahannya.
"Kenapa dek, kok muka kamu seperti itu?? Tanya Ayu dengan heran pasalnya adik iparnya ini cemberut
"Biasanya aku yang selalu akan dipeluk begitu, sekarang aku punya banyak saingan, tadi Kak Sintia juga dapat pelukan begitu, aku belum dapat". Cemberut Shifa sambil memonyongkan bibirnya.
Mereka langsung terkekeh geli mendengar penuturan sang perempuan bungsu dikeluarga mereka.
"Ululu, sayang-sayang sini sama bunda, nanti bunda kasih pelukan juga". Shofiyah terkekeh pelan membalas tingkah random sang anak.
"Udah ah, kamu ini ada-ada saja dek". Ucap Sintia ikut tertawa melihat kerandoman adik ipar dan ibu mertuanya itu.
"Nak, kami ingin membahas masalah rumah tangga mu, bagaimana keputusan yang akan kamu ambil untuk kedepannya?? ". Tanya Shofiyah dengan serius.
"Entahlah bunda, aku juga bingung sekarang, aku sangat mencintai Aiman, tapi sikapnya seperti ini, aku tidak bisa". Ayu menghela nafasnya berat.
"Jika itu bunda nak, bunda akan memperjuangkan kisah bunda sekali lagi, sayang sekali kisah kalian berakhir membuat si Pelakor menang dan berhasil menghancurkan segalanya".
"Kenapa begitu bunda??
"Bunda bukan mau membela anak bunda, tapi Aiman hanya sedang menata dirinya karena selama ini dia terlalu bergantung dan berada dibawah bayang-bayang mu nak, kamu tahu sendiri karena kisah lalu itu membuat Aiman memiliki penyakit rendah diri dan jika ada merendahkannya jadilah dia berusaha memberontak, dan kali ini bunda yakin Aira lah yang membuatnya merasa seperti itu".
"Yang dikatakan bunda benar dek, Aira itu bukan perempuan yang baik, bahkan bayi yang di kandungan Aira itu, aku yakin bukan anak Aiman, dia pasti menjebaknya".
"Kalian yakin??
"Kamu pasti tahu nak, Aiman punya trauma masa lalu yang sangat berat, hinaan dan caci makian yang membuatnya seperti itu, dan orang itu adalah Aira, bunda yakin ada teman atau kolega mu yang menghina Aiman karena sema yang dia miliki berasal darimu, kami juga menyadari sikap kami pada Aiman yang merendahkan harga dirinya ".
"Apa yang harus aku lakukan sekarang, aku tidak mungkin membiarkan semuanya berlarut-larut seperti ini".
"Biarkan dia dengan semua ini nak, biar dia merasakan segalanya, agar dia tahu cara menghadapi segalanya tanpa bantuan kami dan juga dirimu, tapi setelah semuanya itu, berikan dia kesempatan jika dia sudah sadar, bunda yakin dia tidak akan pernah mengulangi kesalahannya lagi".
"Tapi sampai kapan bunda, aku bukan barang yang selalu mengalah dengan semua ini, kenapa harus aku ". Ayu menatap mertuanya dengan nanar
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments