Arumi berdiri di depan pintu masuk perusahaan suaminya, dia menatap gedung pencakar langit itu dengan perasaan tak menentu.
Sebenarnya dia tidak ingin bertemu lagi, namun pimpinan perusahaan tempat dia bekerja menyuruh dirinya yang meng-handle pekerjaan di negara ini, kadang kadang atasan sekaligus penyelamatnya itu agak lain memang, sudah tau dia tidak ingin bertemu dengan suaminya, tapi Ambar malah menunjuknya yang harus bekerjasama dengan perusahaan Erlangga itu, entahlah apa yang ada di pikiran Ambar itu, Arumi tidak tau.
"Huufff... Aku kembali menginjakan kaki di perusahaan ini, tapi dengan situasi yang berbeda, aku harus bisa, kesampingkan dulu ego ku, demi perusahaan." gumam Arumi memantapkan hatinya.
"Arumi melangkah kan kaki jenjangnya dengan langkah pasti dan di ikuti seorang asisten di sampingnya.
" Miss sudah yakin? " tanya Clara sedikit agak khawatir, sedikit banyak dia sudah di ceritakan oleh pimpinan mereka hubungan Arumi dengan pimpinan Erlangga grup itu.
"Sudah." angguk Arumi mantap. Dia harus profesional dalam pekerjaannya.
"Yuk... Kita masuk, takutnya mereka sudah menunggu kita lama." ucap Arumi melangkahkan kaki pasti memasuki perusahaan Erlangga grup.
"S-selamat pagi buk." ucap resepsionis yang masih sangat hafal dengan wajah cantik istri pemilik perusahaan itu, walau Arumi berpenampilan lebih berkelas namun dia tidak bisa melupakan istri bosnya yang baik hati itu.
"Hallo... Ri, apa kabar, kita bertemu lagi." sapa Arumi dengan senyum manisnya, walau terlihat tegas, namun tetap ramah.
"B-baik bu, ibu apa kabar, ibu ingin bertemu bapak? " gugup Riri yang masih terpesona dengan kecantikan istri bosnya itu, terlihat sangat elegan dan semakin dewasa, setelah sekian lama tidak bertemu.
Arumi mengangguk, "iya, saya utusan dari negara x." sahut Arumi.
"Haa... Ah.. I-iya bu, ibu sudah di tunggu di ruang rapat sama bapak." jawab Riri buru buru keluar dari balik mejanya dan ingin mengantarkan Arumi ke ruang rapat.
"Mari bu, saya antar." sopan Riri sedikit membukukan badannya, dan mempersilahkan Arumi untuk berjalan lebih dulu.
Arumi hanya tersenyum tipis dan menganggukan kakinya, dan melangkah lebih dulu dari Riri dan di ikuti oleh Clara.
"Bagaimana keadaan di sini ri? baik baik saja kan?" tanya Arumi untuk mengurangi kecanggungan.
"Kurang baik bu, sejak ibu pergi bapak semakin dingin dan semakin gila kerja bahkan kini bapak semakin tegas klau ada kesalahan dalam pekerjaan tidak segan segan bapak memecat karyawan." terang Riri.
"Haa... Masa." kaget Arumi, seharusnya kan suaminya itu sudah bahagia dengan kepergian dirinya, dia bisa bebas menikah dengan orang yang dia cintai.
"Benar bu." ucap Riri menyakinkan.
Arumi tidak bisa berkata kata lagi, akhirnya dia memilih diam, takut salah ucap.
Tok...
Tok...
Riri mengetuk pintu ruang rapat itu dan membukanya hati hati.
"Selamat pagi, pak. Saya mengantarkan utusan dari negara x." ucap Riri.
Dion hanya menganggukkan kepalanya dan kembali fokus sama laptopnya.
Riri mempersilahkan ke dua wanita cantik itu masuk ke ruang rapat.
"Permisi, maaf kami sedikit terlambat." ujar Arumi memasuki ruang rapat, di dalam sana sudah ada tuan Radit, Doni, Leo, Dion dan beberapa klien penting mereka, Doni yang tadi menumpukan tanganya di sandaran kursi terkejut melihat keberadaan Arumi di ruangan itu, hampir saja dia terjerembab klau tidak di bantu oleh sang papa.
Deg...
Deg...
"Kamu hati hati dong, ceroboh banget." gerutu tuan Aditya yang belum sadar dengan keberadaan Arumi di dalam ruangan itu.
Berbeda dengan Dion lansung reflek melihat ke arah Arumi, dia ingat betul dengan suara sang istri, walau suara itu kini sangat tegas, tapi Dion tidak akan pernah bisa melupakan suara sang istri.
"Arumi, sayang." gumam Dion menatap Arumi dengan mata yang mulai berkabut.
Mendengar Dion menyebut nama Arumi, tuan Aditya pun ikut melihat ke arah wanita itu.
"Ya Allah... Menantu saya." gumam tuan Aditya ikut berkaca kaca, selama ini dia pun ikut mencari keberadaan Arumi namun nihil, dia juga kehilangan jejak sang menantu.
"Apa saya boleh masuk? " tanya Arumi, karena semua orang hanya terpaku melihat kearahnya, dan dia juga tidak enak hati sama para klien yang ada di dalam sana.
"Haa... S-silahkan masuk, Miss Maria." gugup Leo, pantas saja Arumi tidak bisa mereka temukan, ternyata wanita itu merubah identitasnya, hanya orang orang terdekatnya saja lah yang tau nama asli Arumi.
Dion hanya bisa menggelengkan kepalanya, andai dia tau orang yang bekerja sama dengan dirinya selama ini adalah sang istri sudah pasti Dion tidak melepaskan istrinya itu.
Selama ini yang datang saat rapat adalah pimpinannya lansung, bukan Arumi, entah alasan apa kali ini Arumi lah yang di utus oleh Ambar.
Arumi berjalan dengan mantap menuju kursi yang sudah di peruntukan untuk dirinya dan Clara, walau sedikit canggung karena di tatap tanpa kedip oleh Dion, doni dan tuan Aditya, dia tetap berusaha santai dan tidak terjadi apa apa.
"Apa rapatnya sudah bisa kita mulai? " tanya Arumi, karena terjadi keheningan di ruang rapat tersebut dengan pikiran mereka masing masing, sementara para klien hanya bisa terheran heran melihat keadaan itu.
"Ahhh... iya, untuk menghemat waktu mati kita mulai rapatnya." ujar Leo yang terpaksa turun tangan, karena para atasannya hanya seperti orang bodoh saat ini.
Rapat berjalan dengan sangat lancar, walau terjadi sedikit perdebatan, namun Arumi bisa menenangkan mereka, dengan ide ide cemerlangnya, Dion, Doni, Leo dan tuan Aditya, menatap kagum kepada Arumi, pantas saja perusahan Maju bersama itu semakin sukses di luar negeri sana, klau tangan kanannya saja seperti ini, dan Atasannya pun juga sangat hebat.
Dion sangat memuji kepintaran sang istri, dia bangga pada Arumi, dan juga sangat kesal, karena mata para kliennya menatap Arumi dengan tatapan berbinar penuh kekaguman, sungguh dia tidak suka istrinya menjadi pusat perhatian orang banyak, tapi dia bisa apa, karena istrinya sedang bekerja, dan harus menjunjung profesional kerjanya.
Prokkk...
Prokkk...
"Anda sangat luar biasa nona Maria, pantas saja perusahaan Maju Bersama, sangat maju sesuai dengan namanya, ternyata kalian para wanita sangat luar bisa dan bisa memecahkan masalah serumit ini." puji seorang klien kepada Arumi.
Arumi hanya tersenyum tipis, "Anda terlalu berlebihan tuan, saya tidak sehebat itu." ujar Arumi merendah.
"Anda terlalu merendah, nona." ujar klien yang lain ikut terpesona dengan Arumi.
"Jadi gimana? setuju dengan ide ini? " tanya Leo menengahi, karena dia mulai tidak enak melihat wajah kesal Dion, melihat sang istri di puji puji orang membuat dia meradang, Leo tidak ingin terjadi yang tidak di inginkan akhirnya mengambil tindakan.
"Kami setuju, idenya sangat bagus, dan kita bisa menghemat anggaran, walau memakai kwalitas nomor satu, nona Maria memang sangat hebat." sanjung salah satu klien.
"Iya, kami setuju." sahut yang lain.
"Baiklah, klau begitu kita sudahi rapat kali ini, dan kita bertemu saat pembangun gedung nanti." sahut Leo lagi.
Setelah mendapatkan kesepakatan, satu persatu mulai meninggalkan ruang rapat, dan tidak sedikit di antara mereka ingin mengajak Arumi makan siang bersama, namun di tolak oleh Arumi dengan halus.
Bersambung...
Haii... jangan lupa like komen dan vote ya... 😘😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
Azahra Rahma
mungkin Ambar sengaja mengutus Arumi,,supaya Arumi bisa bertemu Dion ,,karena tau antara Dion dan Arumi msh saling mencintai ,jg kasihan si kembar mungkin diam² sering bertanya tentang ayahnya
2025-03-31
0
Noey Aprilia
Tuuuhh......
Skian thn nyari,akhrnya ktmu jg....
tp jgn hrp arumi bkln lluh,scra dia udh skt hti bgt....mst brjuang buat dptn maaf...
2025-03-31
0
YuWie
eng ing eng..ternyata arumi langsung hadep2an sama pak D
2025-04-09
0