Rafandra memilih untuk tidak kembali ke kantor. Dia ingin sendiri dulu sekarang. Dan di apartment Gyan kini dia berada dengan ditemani es krim cokelat. Lelaki itu berbeda dengan para singa lainnya. Biasanya teman sejati para singa jika tengah sedih atau banyak pikiran lari ke alkohol juga rokok.
Rasa kecewa semakin menjadi setelah membaca diagnosa sang paman tentang Lily. Namun, dia juga harus memaklumi karena Lily memang sudah menikah. Walaupun tidak ada rasa cinta tetap saja harus melayani lelaki yang sudah menjadi suaminya, bukan?
"Sesakit apapun tetap harus meninggalkan. Sesulit apapun melupakan, harus bisa melakukan. Ini bukan kali pertama Tuhan memberikan teguran."
Hembusan napas kasar keluar dari bibirnya. Memejamkan matanya sejenak untuk menetralkan hati serta pikiran. Berdiam di tempat yang gelap tanpa pencahayaan, berharap sebuah ketenangan datang.
.
Di kantor ada dua orang yang terlihat cemas. Talia juga Lyora. Di sela keseriusannya, sesekali Talia melirik ke arah belakang. Berharap Rafandra datang. Sedangkan Lily yang sedari tadi disuruh pulang enggan.
Melihat wajah Rafandra yang sudah tak bersahabat membuat Talia meyakini ada yang tidak beres di dalam. Mau mengejar, tapi takut disangka kurang ajar.
Sampai jam pulang kantor, Rafandra tak jua kembali. Baru saja hendak meninggalkan kantor, suara langkah kaki terdengar dari belakang. Dahinya mengkerut ketika langkah lebar itu menghampiri Lily.
"Kamu enggak apa-apa, Sayang?" Ya, dia Natanael. Suami Lily.
Lily nampak terkejut dan terlihat wajahnya mulai tak nyaman. Dia juga takut jika Rafandra datang dan semakin menjauh darinya.
"Kamu kok ke sini?"
"Aku dihubungi oleh Pak Rafandra."
Deg.
Jantung Lily berhenti berdetak untuk sesaat. Sedangkan Talia menggeleng pelan karena tak habis pikir dengan jalan pikiran atasannya itu.
"Terbuat dari apa hatimu, Pak?"
"Tadi siang dia chat aku katanya kamu pingsan. Dan aku baru baca pesannya setengah jam lalu karena tadi sibuk meeting."
Wajah cemas Nael begitu nyata. Ketulusan terpancar jelas. Di depannya sedang terjadi adegan manis, tapi di lain tempat pasti ada orang yang hatinya teriris. Talia memilih pulang lebih dulu di tengah para karyawan senior yang masih betah melihat pasutri baru tersebut.
Menyusuri jalanan di langit yang mulai berwarna jingga. Pikirannya terus tertuju pada Rafandra.
"Kenapa lelaki spek sempurna seperti Pak Rafandra malah dikhianatin?"
Jika, Talia jadi Lily dia tak akan pernah menyakiti Rafandra. Bahkan dia akan melakukan seribu cara supaya Rafandra tetap berada di sampingnya.
"Suami Kak Lily baik juga sih," lanjut Talia bergumam.
Mampir terlebih dulu ke taman yang tak jauh dari tempat kerja. Matanya beredar ke sekeliling mencari seseorang. Siapa tahu Rafandra ada di sana. Sayangnya, dia tak menemukan orangnya.
"Apa Pak Rafandra baik-baik saja?"
.
Baru saja tiba di kantor, langkah Rafandra terhenti ketika dia melihat suami Lily ada di lobi. Lelaki yang tak kalah tampan menoleh dan bergegas menghampirinya.
"Selamat pagi, Pak Rafandra," sapa sopan Nael.
Sesakit serta sekecewa apapun Rafandra kepada perempuan yang diperistri Nael, tidak membuat Rafandra membenci Nael. Senyum pun dia ukirkan membalas sapaan sopan yang Nael lontarkan.
"Bisa kita bicara sepuluh menit saja?"
Rafandra melihat ke arah jam tangan. Nael berharap Rafandra memiliki waktu luang.
"Kalau enggak, lima menit saja," tawar Nael.
Akhirnya, Rafandra mengangguk. Nael pun terlihat begitu bahagia. Kini, mereka duduk di sofa.
"Maaf sebelumnya," ucap Nael sebelum berbicara ke inti.
"Boleh tidak Pak Rafandra memberikan penangguhan pekerjaan kepada istri saya." Kalimatnya membuat Rafandra mengerutkan dahi.
"Istri saya positif hamil."
Senyum smirk pun terukir. Diagnosa sang paman ternyata benar.
"Tidak boleh terlalu capek juga pusing," lanjutnya.
Tatapan datar nan serius Rafandra layangkan kepada Nael. "Kenapa tak Anda larang saja istri Anda untuk bekerja?"
Rafandra ingin tahu apa alasan Lily masih berkerja di kantor Wiguna Grup. Padahal, suaminya anak pengusaha. Tak perlu lelah bekerja, tinggal ongkang-ongkang kaki di rumah.
"Dari awal menikah saya dan ayah saya sudah melarang. Tapi, dia tidak mau. Katanya bosan di rumah." Alasan klasik.
"Saya mohon pengertiannya ya, Pak," pintanya lagi.
"Usia kandungan istri saya sekarang masih sangat rentan."
Hembusan napas kasar keluar dari bibir Rafandra. Pagi-pagi sudah disambut oleh kabar yang sedikit dia ragukan, tapi sekarang menjadi sebuah fakta yang dia dengar dari sumbernya langsung. Suara derap langkah kaki terdengar. Lily segera menoleh. Tapi, Rafandra malah memanggil Talia.
"Ke ruangan saya."
Siluet sedih dan kecewa selalu hadir di seriap pagi. Dia ingin diperlakukan seperti Talia juga oleh Rafandra. Dia merindukan momen itu.
"Ada apa, Pak?" Talia bertanya dengan begitu sopan kepada Rafandra yang sudah duduk di kursi kebesaran.
"Lima puluh persen pekerjaan Lyora mulai sekarang kamu yang handle."
Talia terkejut mendengar ucapan sang atasan. Matanya meminta penjelasan kepada lelaki yang kini menatapnya dengan begitu dalam.
"Suaminya tadi meminta keringan pekerjaan. Soalnya dia sedang hamil." Talia lebih terkejut dari sebelumnya.
"Are you okay, Pak?"
Refleks Talia bertanya seperti itu. Dan seulas senyum penuh kenyerian terukir.
"Jangan khawatirkan apapun tentang saya."
Lelaki setampan Rafandra harus bertubi-tubi menerima kesakitan dari satu wanita. Dan salutnya dia mampu menahan ego di tengah rasa sakit yang belum hilang. Itu membuktikan jika rasa yang dimiliki penuh ketulusan.
Tak banyak bertanya lagi, Talia segera mengikuti perintah Rafandra. Awalnya Lily menolak, tapi ketika Lily mengatakan atas perintah Rafandra dia pun terdiam.
"Intinya, Kak Lily jangan kecapean."
Ya, Rafandra tak membolehkan Talia menyinggung perihal kehamilan perempuan itu. Apa alasannya pun Talia tak tahu.
Sudah tiga hari ini Lily yang harusnya pulang lebih awal malah betah di kantor sampai Talia pulang. Awalnya, Rafandra membiarkan. Sekarang, dia mulai menegur dan menyuruh Lily untuk ke ruangannya.
"Kenapa kamu masih di sini? Pekerjaan kamu sudah saya peringan."
"Aku ingin melihat kamu lebih lama, Ndra. Perubahan sikap kamu membuat hati aku sakit." Lily sudah menahan air mata.
"Lebih baik kamu jaga hasil buah cinta kamu dan suami kamu."
Lily terdiam ketika Rafandra tahu kehamilannya.
"Ndra--"
"Jagalan janin kamu. Jangan sakiti janin suci itu karena dia tak memiliki salah apapun."
Setelah mengatakan itu, Rafandra mulai bangkit dari duduknya. Terlihat wajah lelah dengan sorot mata penuh luka terpancar begitu nyata.
"Aku masih sayang kamu, Ndra."
Rafandra yang sudah berada di belakang Lily mulai menghentikan langkah. Tanpa memutar tubuh, lelaki itu berkata.
"Dipaksa bagaimanapun, kita tetap sebuah kemustahilan yang tak akan pernah bisa dipersatukan."
Luruh-lah air mata Lily. Terlebih Rafandra mulai melanjutkan langkah kakinya.
"Kamu jahat, Ndra. JAHAT!!"
Rafandra tak mengindahkan. Mau disebut apapun akan dia terima. Namun, ketika dia menekan gagang pintu suara ringisan terdengar. Rafandra memutar tubuh dan darah sudah mengalir di bagian dalam kaki Lily.
...*** BERSAMBUNG ***...
Yuk dikomen biar bisa double up.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
Thavyra
perlu tak ambilin kaca?
situ yg ninggalin malah merasa yg paling tersakiti
sampek hamidun tu artinya lu dah siap buat ninggalin rafandra, lily. kalo lo masih sayang ma rafandra pasti lu bakal berjuang untuk bersama. ini dah ninggalin nikah, bahkan dah hamil, pasti hati ragandra hancur tp lu bilang rafandra jahat... lu yg jahat lily, lu bilang sayang tp ngk mau lepasin rafandra tp lu ngeduain dia dan nikah ma org lain, lepasin rafandra biarin dia bahagia...
2025-03-26
1
Salim S
yg jahat teriak jahat, kalau s sendal lily keguguran nanti Pangeran yg disalahkan, padahal Pangeran sudah baik meringankan pekerjaan nya sesuai keinginan s suaminya...hadeeeh dasar sendal lily egois udah punya suami juga masiiih aja ngomong sayang sama pria lain, playing victim banget jadi orang...
2025-03-26
0
Thavyra
trs sekarang keguguran?
trs nanti lily sama suaminya mau nyalahin rafandra?
memang pasangan koplak, kalo para singa dah ngamuk hancur tu perusahaan suami lu dan nangis darah bpk ibulu lily
cuma lu masih untung rafandra ngk kayak para singa lainnya, mungkin lu cuma diberentiin
2025-03-26
0