15. Kehangatan

Ibu dari Rafandra begitu baik. Tak ada sikap sinis ataupun perkataan yang menyinggung. Ketika bertanya selalu didahului dengan kata 'bolehkah?'.

"Keluarga ini begitu kaya, tapi masih memiliki adab yang luar biasa," gumamnya di dalam hati.

"Masakan Tante gak enak, ya?" Talia segera tersadar mendengar suara mami Aleena.

Talia menggeleng dengan cepat. Dia mulai menatap Rafandra mencoba meyakinkan lelaki yang juga menatapnya.

"Soalnya gak kamu makan," lanjut wanita yang masih cantik di usianya yang sudah tak muda dengan suara sedikit melemah.

"Maaf, Tante. Talia hanya sedang terpana akan sikap baik Tante," katanya dengan begitu jujur.

Kedua alis Rafandra menukik tajam. Ada makna lain yang Rafandra tangkap dari ucapan Talia.

"Kenapa harus terpana? Sudah seharusnya kita bersikap baik kepada siapapun," balas mami Aleena dengan suara yang sangat lembut.

"Tidak semua orang seperti itu, Tante," sanggah Talia. "Ada beberapa orang yang merasa derajatnya lebih tinggi bersikap semena-mena kepada dia yang hanya seorang Upik abu."

Mami Aleena malah tertawa. Sendok yang dia pegang mulai diletakkan. Matanya menatap dalam Talia.

"Di mata Tuhan derajat sang raja juga Upik abu sama kok. Jadi, untuk apa mengagungkan titipan dari Tuhan?"

Talia baru bertemu dengan orang kaya serendah hati ini. Setiap kata yang terucap selalu tertata. Berkata penuh kesantunan juga kelembutan. Setiap kalimat yang keluar pun memberikan kehangatan.

"Jangan berpikir yang aneh-aneh tentanlg Tante juga Andra, ya. Kami bukan spesies seperti itu."

Talia tertawa mendengarnya dan menular kepada mami Aleena. Sedangkan Rafandra hanya tersenyum dengan mata yang masih tertuju pada Talia.

Getaran ponsel membuat pandangan Talia beralih pada lelaki yang ada di seberangnya.

"Iya, Gy."

Sesekali matanya menatap Rafandra yang tengah serius berbincang melalui sambungan telepon. Tak ada bedanya cara bicara Rafandra, penuh kelembutan.

"Ya udah, Abang jemput sekarang."

Atensi sang mami mulai beralih pada Rafandra yang baru saja memasukkan ponsel ke dalam saku celana.

"Abang mau jemput Gyan."

"Loh? Dia pulang?" Mami Aleena kaget.

"Udah di Bandara. Abang jemput dia dulu, ya."

Talia melongo mendengar ucapan Rafandra. Lalu, bagaimana dengan dirinya?

"Pak--"

"Saya cuma sebentar kok." Rafandra seakan tahu apa yang dipikirkan oleh Talia.

"Kamu di sini dulu temani Mami, ya."

Mau tidak mau Talia bertahan di rumah besar tersebut. Hanya dirinya dan ibunya Rafandra. Kecanggungan mulai terasa setelah makan malam usai. Apalagi Talia tak diijinkan untuk membantu mami Aleena.

"Tamu adalah raja," ucapnya.

Diperlakukan sangat baik oleh orang yang begitu kaya adalah hal pertama di dalam hidupnya. Biasanya, dia selalu direndahkan bahkan diinjak-injak bagai keset kamar mandi.

Selang sepuluh menit, asisten rumah tangga datang membawa dua bungkus beraroma khas. Talia sangat hafal wangi itu.

"Mumpung enggak ada Andra," bisik mami Aleena.

"Pak Rafandra ngelarang Tante makan seblak?" Mami Aleena pun mengangguk.

"Dia selalu bilang jika dia ingin Tante hidup lebih lama dan menemaninya sampai punya anak dan cucu."

Talia merasa haru mendengarnya. Rafandra benar-benar spek lelaki yang begitu manis melebihi biang gula. Juga penuh perhatian yang tak dibuat-buat.

"Tolong dampingi Andra terus, ya."

Pandangan Talia segera beralih. Dia menatap mami Aleena dengan sorot mata bingung.

"Dia butuh teman untuk menuntunnya menyembuhkan luka yang masih menganga. Menghilangkan rasa sakit yang mendera." Tatapan penuh harap terpancar.

"Dan bantu Tante untuk kembalikan senyum teduh putra Tante." Tangannya sudah menggenggam tangan Talia. Sebuah anggukan pun menjadi jawaban.

Siluet kesedihan mampu Talia lihat. Ibu mana yang tak sedih mengetahui anaknya disakiti oleh orang lain. Hanya saja, wanita itu tak mau menunjukkan kepada sang putra.

.

Rafandra bergegas masuk ke rumah. Sekarang sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Ponselnya juga kehabisan baterai sehingga tak bisa menghubungi Talia, perempuan yang dia tinggalkan di rumah bersama sang mami.

"Ta--"

"Sstt!!"

Mami Aleena sudah meletakkan jari telunjuknya di depan bibir. Kepalanya pun menggeleng pelan.

Senyum teduh sang ibu beri. Dia beranjak dari samping Talia dan menepuk pundak sang putra.

"Pindahkan dia ke kamar kamu."

Rafandra terdiam mendengar ucapan sang ibu. Senyum teduh sang ibu beri. Dia beranjak dari samping Talia dan menepuk pundak sang putra

"Berikan dia tempat ternyaman."

Sang ibu pun mulai pergi meninggalkan Rafandra yang masih berdiri di depan Talia yang terbaring di sofa.

Ditatapnya wajah Talia. Sebuah ketenangan mampu dia rasakan. Hingga tercipta sebuah lengkungan senyum. Rafandra mulai merendahkan tubuh dan mengangkat pelan tubuh perempuan yang terlelap begitu damai. Membawanya menaiki anak tangga perlahan menuju kamar yang dia tempati.

Setelah meletakkan tubuh Talia dengan hati-hati. Cahaya kamar pun mulai Rafandra atur. Serta suhu AC sudah diaturnya agar Talia semakin nyaman. Sebelum keluar, Rafandra mulai menutup sebagian tubuh Talia dengan selimut. Sudut bibirnya mulai terangkat.

"Mimpi indah."

.

Mata Talia mulai terbuka. Matanya mulai menelisik ke setiap sudut ruangan yang sangat asing. Suara pintu terbuka mengalihkan atensinya. Cahaya temaram berubah terang.

"Sudah bangun?"

Lelaki yang sangat tampan dengan wajah segar mulai mendekat dan memberikan sebuah goody bag.

"Itu baju dan perlengkapan make up yang ibu saya belikan untuk kamu."

Masih pagi sudah dibuat terkejut. Dia semakin membeku ketika Rafandra berkata, "kedua orang tua saya sudah menunggu kamu untuk sarapan bersama."

Berarti bukan hanya ibu dari Rafandra yang ada di meja makan. Ada ayahnya juga. Talia terlihat panik.

"Saya tunggu kamu di--"

"Boleh tetap di sini saja enggak, Pak?" Akhirnya Talia membuka suara. "Saya tidak mau ke bawah sendirian."

Rafandra tersenyum melihat wajah ketakutan perempuan yang masih berantakan. Anggukan pun dia berikan.

"Saya di balkon, ya. Kalau kamu sudah selesai panggil saya."

Rafandra menghindari kecanggungan yang akan timbul jika dia masih berada di dalam kamar. Dia tidak ingin membuat Talia risih.

Talia membuang napas dengan begitu kasar. Lalu, membuka goody bag yang dian bawa ke kamar mandi. Baju kerja dan make up yang membuat Talia tak berkedip.

"D!or?"

Dia mulai menampar pelan pipinya. Berharap ini hanya mimpi. Tetapi, semuanya nyata.

"Pak," panggil Talia yang sudah rapi.

Mata Rafandra tak berkedip ketika menoleh. Talia lebih cantik dari biasanya.

"Pak," panggilnya lagi.

Rafandra mulai tersadar dan mengajak Talia untuk turun. Jantung Talia mulai tak aman ketika sudah menuruni anak tangga yang terakhir.

"Pi, kenalin ini Talia, karyawan Wiguna Grup."

Tanpa basa-basi Rafandra mengenalkan Talia kepada sang papi. Talia tersenyum dan menundukkan kepala dengan sopan.

Talia merasakan kehangatan yang nyata berada di keluarga Rafandra. Cara bicara anak serta orang tua begitu lembut dan santun.

Rafandra pamit untuk mengantarkan Talia ke kantor. Mami Aleena seakan tak ingin melepaskan perempuan yang putranya bawa ke rumah.

"Sering-sering ya main ke sini."

Di tengah keterkejutannya, Talia hanya mampu mengukirkan senyum. Sedangakan Rafandra dibuat mematung oleh bisikan papinya.

"Yakin hanya karyawan? Bisa kali naik jabatan."

...*** BERSAMBUNG ***...

Jangan lupa dikomen ya .. Masih suasana lebaran jadi masih banyak gangguan 🙏

Terpopuler

Comments

U_Lee

U_Lee

Wkwkwkwkk si Talia udaj dpt lampu hijau nih dari mami & papi Rafandra. Bisa kali ya, hubungan mereka naik level, bukan sekedar atasan & bawahan tapi sepasang kekasih 🤭 Apalagi mami Rafandra udah nitipin ke Talia supaya bisa mengembalikan senyum teduh Rafandra dan juga menyembuhkan luka yg udah ditorehkan oleh mantan Rafandra. Apalagi sekarang si Rafandra suka senyum2 sendiri saat melihat Talia. Hayuukk gaaaasss nembak si Talia, sebelum diserobot orang lain.

2025-04-11

0

Salim S

Salim S

naik jabatan jadi mantu ya papi rangga /Proud//Proud//Proud/gass keun lah bang lampunya udah green forest itu...kirain s tuan bakal ngerusuh di rumahnya mami aleena....

2025-04-11

0

NadiraDira

NadiraDira

wahhhh...udah dapat lampu hijau dari papi juga tuh bang...pelan2 sembuh ya bang...ada talia yg udh didukung sama ortu mu juga...

2025-04-11

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!