Niat hati tidak ingin menyakiti, tapi dia yang disakiti. Tanpa aba semuanya terjadi begitu saja. Datang ke acara undangan pernikahan yang ternyata pernikahan perempuan yang membuatnya nyaman. Sungguh plot twist sekali dan tak pernah Rafandra duga sebelumnya.
Baru tadi pagi dia masih bersama Lyora. Dan sore ini perempuan yang dia jaga malah berdiri di altar pernikahan dan berakhir bahagia. Disaksikan pula olehnya. Bagaimana hatinya tak kecewa dan bahkan terluka.
Berkali-kali dia membuang napas dengan begitu kasar. Berharap rasa sakitnya akan menghilang. Namun, tetap saja rasa itu masih melekat.
Bukan dengan cara seperti ini yang Rafandra inginkan. Dia ingin menjauh perlahan, bukan dipaksakan. Sungguh ini begitu kejam.
Duduk di sebuah bangku yang berada di luar area pesta. Menunduk dalam karena masih tenggelam dalam rasa sakit dan pedih yang tiba-tiba datang tanpa diundang.
Sikap aneh yang menjadi tanda tanya kini menemukan jawaban. Ya, kebersamaan juga pelukan yang Lily berikan ternyata sebagai ucapan perpisahan. Bibir Rafandra melengkungkan senyum, tapi sorot matanya memancarkan kepedihan. Hatinya begitu perih bagai disayat silet yang tajam.
Kembali mencoba menenangkan hati. Namun, tak bisa dan malah air mata seolah mengungkapkan isi hatinya sebenarnya. Sebuah sapu tangan karakter tiba-tiba ada di hadapannya. Perlahan dia menoleh ke arah orang yang ada di sampingnya. Perempuan cantik yang sudah tersenyum penuh arti.
"Air mata adalah bentuk kesakitan yang tak bisa diungkapkan dengan kata."
Rafandra tak menjawab. Dia masih menatap perempuan itu dengan begitu lamat. Tak Rafandra sangka perempuan itu menarik tangannya agar mau menerima sapu tangan tersebut.
"Pakailah untuk menghapus sakit juga kecewa yang mendera." Senyum pun kembali terukir dari bibir perempuan tersebut.
Putra dari papi Rangga hanya bisa menatap punggung perempuan tak dia kenali itu yang mulai menjauh setelah memberikan sapu tangan. Atensinya berubah dan mulai melihat ke arah sapu tangan yang tadi perempuan itu berikan.
"Bang!"
Suara sang paman mulai terdengar. Sapu tangan yang tadi diberikan mulai dia gunakan untuk menghapus jejak air mata di wajah.
"Kenapa di sini?"
"Cari angin."
"Masuk, yuk! Dicari sama tuan rumah."
Langkah Rafandra terasa sangat berat. Di dalam sana dia akan melihat perempuan yang membuatnya nyaman selama dua tahun belakangan. Tapi, sudah menjadi milik orang lain tanpa adanya pemberitahuan. Benar saja, Lily dan suaminya tengah bersama pria yang menjadi koleganya.
"Nak, Rafandra!"
Tubuh Lily menegang ketika mendengar nama Rafandra dipanggil oleh bapak mertua. Wajahnya berubah ketika dia melihat lelaki yang tadi pagi dia peluk dengan erat berjalan ke arahnya dengan seorang pria yang juga pernah dia lihat.
"Senang sekali kamu bisa hadir di acara putra saya." Rafandra membalasnya dengan seulas senyum.
Pria itu mengenalkan anak serta menantunya. Rasa sakit kembali muncul ketika Rafandra pura-pura tidak mengenal Lily dan menjabat tangannya. Hatinya begitu porak poranda.
"Lyora kerja di Wiguna Grup juga loh."
"Oh ya?" Mas Agha nampak terkejut dan menoleh ke arah sang keponakan.
Rafandra mengiyakan karena memang itu kenyataan. Namun, dia juga tak banyak menjelaskan. Rafandra tak banyak menimpali ucapan mertua Lily. Dia juga mencoba untuk tidak menatap Lily. Walaupun sedari tadi Lily terus menatapnya dengan sorot mata sendu.
Menguatkan hati yang sudah hancur berkeping-keping. Mencoba terlihat biasa padahal hatinya tengah terluka parah. Disakiti oleh perempuan yang selama ini dia jaga. Bahkan, untuk menyakitinya pun dia tak tega. Namun, kini berbalik arah.
.
Hembusan napas kasar keluar dari bibirnya. Rafandra menatap dirinya di depan cermin. Senyumnya begitu pedih.
"Kenapa berakhir seperti ini?"
Direbahkan tubuh di kasur besar. Menatap langit-langit kamar dengan mata yang nanar. Dan tak terasa bulir bening menetes di ujung mata.
"Kenapa tak jujur dari awal? Mungkin, aku bisa menyiapkan hati."
Rafandra menyimpan semuanya sendiri. Sakitnya, sedihnya, kecewanya serta lukanya tanpa mau berbagi. Dia tak ingin keluarganya yang mengenal Lily membenci perempuan itu.
Mencoba bersikap biasa ditengah hatinya yang sudah hancur tak bersisa. Masih bisa tersenyum di tengah hatinya yang lara. Bohong, jika Rafandra akan mudah melupakannya.
"Ternyata sakit, ya." Senyum tipis terukir.
Diraihnya benda pipih di saku. Senyum perih kembali terukir melihat foto dirinya dan Lily ketika di pantai yang tersimpan rapi di ponsel.
"Aku kira kenangan manis. Ternyata berakhir miris," gumamnya.
Di meja Lily kini kosong tak ada penghuni. Samar terdengar jika Lily mengambil cuti nikah. Ternyata pernikahan itupun tak diketahui oleh rekan kantornya. Lily benar-benar menutupi pernikahannya.
Seminggu setelah pernikahan Lily, Rafandra yang baru saja tiba di kantor bertemu dengan Lily di depan lift. Keduanya hanya terdiam layaknya orang yang tak saling kenal. Tak ada sapaan bahkan senyuman. Raut wajah penuh kehangatan seketika hilang.
Pintu lift terbuka. Rafandra segera masuk diikuti oleh Lily. Mereka hanya berdua di dalam sana. Hingga sebuah kalimat terucap dari bibir Rafandra.
"Paginya kamu memelukku dengan begitu erat. Sorenya kamu membuatku terkejut begitu hebat."
Lily menoleh ke arah Rafandra yang sudah berkata tanpa menoleh sedikit pun.
"Aku butuh kepastian," jawabnya dengan mata yang menatap ke arah Rafandra. "Jika, kamu cinta sungguhan. Kamu tak akan ragu untuk menyamakan keyakinan."
Wajah Rafandra mulai dipalingkan. Manik mata mereka bertemu. Dan Senyum yang begitu tipis dia ukirkan.
"Dari katamu itu aku tersadar. Jika, selama ini aku hanya merasa nyaman. Makanya, aku teguh pada keyakinan yang tak akan aku tinggalkan."
Jleb.
Kalimat itu tak kasar, tapi mampu menusuk hati hingga bagian paling dalam. Lift pun terbuka dan Rafandra segera meninggalkan Lily yang tengah menahan air mata.
"Ndra--"
Punggung lelaki itu semakin menjauh. Lily hanya bisa terdiam dengan air mata yang sudah ditahan.
Mendengar alasan Lily membuat Rafandra tersenyum begitu perih. Bukan hanya ayah Lily yang mendesaknya, bahkan Lily pun menyalahkannya yang pada akhirnya dirinya bersanding dengan lelaki lain.
"Aku yang ditinggalkan dan aku juga yang disalahkan," gumamnya dengan senyum penuh kepedihan.
Luka yang sudah Lily torehkan membuat Rafandra mulai menutup kisahnya yang salah. Semua momen bahkan kenangan mereka berdua sudah Rafandra hapus dari memori ponsel. Meskipun tidak mudah untuk melupakan.
Semenjak saat itu, sikap hangat Rafandra hilang kepada Lily. Setiap berpapasan, mereka selayaknya bawahan dan atasan tanpa ada senyuman yang Rafandra ukirkan.
Menahan sakitnya seorang diri dan mencoba untuk menyembuhkan lukanya sendiri. Tanpa mau melibatkan siapapun. Namun, semesta seakan terus menguji tekadnya. Di mana mereka berdua malah sering dipertemukan.
"Aku rindu kamu yang hangat," ucap Lily seraya menatap Rafandra ketika berada di dalam lift hanya berdua.
"Sup yang hangat saja jika ditinggalkan oleh pemesannya pasti akan dingin. Begitu juga sikap saya."
Deg. Kalimat formal yang Lily dengar seperti hantaman bebatuan besar. Dadanya mulai terasa sesak.
"Ndra--"
"Jangan merasa paling tersakiti. Padahal kamu yang menyakiti."
Rafandra menoleh sebentar. Ketika pintu lift terbuka dia segera keluar meninggalkan Lily yang nanar.
"Rafandra--"
...*** BERSAMBUNG ***...
Yuk atuh dikomen ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
sum mia
gak nyangka ternyata Lily setega itu sama Rafandra , yang katanya dia nyaman nyatanya dia yang berpaling .
dia yang menyakiti malah seolah dia yang tersakiti . dia yang pergi , dia pula yang menyalahkan Rafandra .
selama ini Rafandra selalu ada buat Lily , gak tahunya hanya sebatas kenyamanan dan dia berakhir bahagia dengan orang lain tanpa ada kata-kata perpisahan pun .
lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
2025-03-18
2
Salim S
bener banget Pangeran..dia yang menyakitimu tpi dia yg seolah tersakiti...seorang pendiam kalau sudah merasa di kecewakan akan sedingin kutub Utara, kaya nya Pangeran bakal jadi the next kulkas berjalan...
2025-03-18
1
N I A 🌺🌻🌹
playing victim si lili, udah bener pisah sama cewek egois, bisa2 nya cari alasan kalo cinta knp ga pindah keyakinan, lah lu sendiri knp juga msh bertahan kalo emang cinta, egois ternyata
2025-03-18
0