6. Manik Mata Itu Lagi

Mereka masih saling menatap tanpa bersuara. Getaran ponsel membuat perempuan itu mengalihkan perhatian.

"Iya, Sha."

Rafandra sedikit terhenyak mendengar ucapan perempuan tersebut. Dia masih mendengarkan obrolan perempuan itu via sambungan telepon. Tak berlangsung lama panggilan berakhir.

"Kamu kakaknya Varsha?" Perempuan itupun mengangguk.

"Apa ... di kartu nama itu nama kamu?" Gantian Rafandra kini mengangguk.

Perempuan itu nampak terkejut. Lalu, dia menunduk sopan kepada atasannya sekaligus orang yang berjasa karenanya dia bisa bekerja di sana.

"Makasih banyak, Pak. Sudah mengijinkan saya bekerja di sini," ucapnya dengan begitu sopan.

Bukannya menjawab, Rafandra malah mengulurkan tangan. Kembali kakak dari Varsha terkejut.

"Rafandra."

Perempuan itu tak lantas menerima uluran tangan Rafandra. Dia tak menyangka jika lelaki di depannya akan seramah ini. Padahal, dia petinggi kantor.

"Talia." Akhirnya, dia meraih uluran tangan Rafandra.

Senyum yang terukir di wajah lelaki di depannya membuat Talia tak berkedip. Begitu manis dan teduh.

"Makasih atas sapu tangannya," ucap Rafandra dengan begitu tulus. "Besok akan saya kembalikan."

Sontak Talia menggerakkan kedua tangannya. "Enggak usah, Pak. Buat Pak Rafandra aja."vWajah Talia yang begitu lucu membuat senyum kembali hadir.

Jantung Talia sedikit berdegup ketika Rafandra mendekat ke arah mejanya. Tubuh lelaki itu mulai direndahkan dan menatap serius ke arah komputer. Kini, tatapan tajam Rafandra berikan kepada Talia.

"Ini bukan pekerjaan kamu kan?" Talia terdiam.

"Jawab!"

"I-iya."

Rafandra seperti tengah menahan marah. Raut wajahnya sudah sangat berubah.

"Tutup! Dan pulang sekarang!"

"T-tapi--"

"Saya tak akan mengulang ucapan saya untuk kedua kalinya."

Talia segera menjalankan perintah Rafandra karena ucapan atasannya kali ini sangat membuatnya takut. Dia segera membereskan barang bawaannya dengan hati yang tak karuhan. Aura ruangan sudah dingin mencekam. Lelaki yang masih berdiri di samping tempatnya seperti memiliki dua kepribadian.

"Saya permisi," ucap Talia dengan begitu sopan juga menundukkan kepalanya dengan pelan.

"Lain kali jangan pernah mau mengerjakan yang bukan pekerjaan kamu."

"I-iya, Pak."

.

Kedatangan Rafandra ditunggu karyawan perempuan. Namun, wajah Rafandra kali ini begitu berbeda.

"Sepuluh menit lagi briefing."

Mereka saling tatap. Tak biasanya Rafandra melakukan ini. Apalagi wajahnya sudah begitu serius. Sekarang, mereka semua sudah berkumpul. Rafandra sudah berdiri dengan tegap juga dengan wajah yang penuh keseriusan.

"Kalian di sini digaji cukup besar. Di mana kalian juga harus bekerja dengan sungguh-sungguh." Kalimat pembuka yang masih ambigu.

"Jika, kalian ingin makan gaji buta. Silahkan keluar dari perusahaan!"

Talia yang mengerti maksud dari ucapan Rafandra hanya bisa menunduk dalam. Sedangkan karyawan yang lainnya hanya terdiam. Baru kali ini Rafandra terlihat begitu murka.

"Lyora Angelica, ke ruangan saya!"

Begitu terkejutnya Lily ketika namanya dipanggil. Dia nampak kebingungan, tapi ada juga secercah kebahagiaan karena dia bisa bicara berdua dengan Rafandra.

"Ada apa, Ndra?"

Tatapan seram Rafandra berikan. "INI KANTOR! SAYA ATASAN KAMU!"

Selama mengenal Rafandra, dia tidak pernah melihat Rafandra semarah ini. Beberapa lembar kertas Rafandra banting cukup keras ke atas meja.

"Kenapa kamu menyuruh orang lain untuk mengerjakan pekerjaan kamu?" Lily terkejut bukan main karena Rafandra tahu dia meminta tolong kepada Talia.

"Apa kamu sudah bosan bekerja di sini?"

"E-enggak begitu, Pak," sahut Lily sedikit gelagapan.

Tak ada perkataan lain dari Rafandra. Tapi, tatapan mautnya menjelaskan semuanya.

"S-se-malam saya ada acara keluarga dari suami. Makanya saya meminta tolong Talia untuk mengerjakannya."

"Kenapa tidak kamu bawa saja pekerjaannya ke rumah?"

"Suami saya melarang."

Rafandra berdecih mendengar kalimat Lily. Begitu menjijikan.

"Jika, melarang. Lebih baik kamu resign. Urus suami kamu yang benar."

Begitu menusuk kalimat yang keluar dari bibir Rafandra. Semakin ke sini Lily semakin tak mengenal sosok Rafandra. Jauh berbeda dengan Rafandra yang dia kenal dulu.

"Kenapa semakin hari kamu seperti orang asing, Ndra? Bukan seperti Rafandra yang aku kenal." Mata Lily pun mulai nanar.

Sebenarnya Rafandra tidak ingin menanggapi. Tapi, dia juga muak dengan sikap Lily.

"Kamu mau tahu jawabannya?" tanya Rafandra penuh dengan penekanan. Dia pun menatap dalam wajah Lily yang menahan tangis.

"Saya sudah dilukai oleh orang yang saya kira tak akan pernah menyakiti." Senyum kecil terukir. "Dan saya sudah dibuat kecewa oleh orang yang saya anggap istimewa."

"Ndra--"

"Jangan terus bertanya tentang asingnya saya. Sesekali coba bertanya sama diri kamu, kenapa kamu bisa sejahat itu?"

Air mata menetes begitu saja mendengar ucapan Rafandra. Lelaki itu masih bergeming. Tak sama sekali menenangkan.

"Bahagialah dengan suamimu supaya sakit dan kecewa saya tak berakhir sia-sia."

Rafandra memilih untuk keluar dari ruangan. Membiarkan Lily menangis di dalam. Tega? Itulah yang harus dia lakukan. Harus bisa melawan rasa yang masih tersisa.

"Maafkan aku, Ly."

Keluarnya Rafandra tanpa Lyora membuat para karyawan bertanya. Sedangkan Talia terus memperhatikan Rafandra sampai punggung kekar itu tak terlihat lagi.

Sepuluh menit kemudian, Lily keluar dengan mata sembab. Rekan kerjanya mendekat dan memeluk tubuh Lyora. Mereka menyangka jika Rafandra sudah memarahi Lyora hingga dia menangis seperti itu. Ini kali pertama Lily dipanggil oleh Rafandra ke ruangannya.

Sampai jam istirahat Rafandra tak jua kembali. Talia yang disuruh membelikan makanan untuk para seniornya menolak dengan halus.

"Aku ada janji makan siang bareng adik, Kak. Maaf, ya."

.

Di sinilah Rafandra sedari tadi. Duduk sendiri di kursi panjang di sebuah taman tak jauh dari kantor. Melupakan Lily bukan hal mudah, tapi dia tengah mencoba. Melihat Lily menangis membuat hatinya teriris, tapi dia juga harus bersikap sadis. Bukan tak iba, tapi dia ingin memutus rasa.

Tetiba sebuah es krim ada di depannya. Wajah Rafandra mulai berpaling dan seulas senyum yang masih dia ingat pada pernikahan Lily kembali dia lihat.

"Ambillah, Pak! Engga saya racuni kok."

Rafandra pun tersenyum sambil meraih es krim yang Talia berikan. "Terimakasih."

Tangannya mulai membuka es krim cokelat tersebut. Sebelum es krim masuk ke dalam mulut, Rafandra berkata, "sapu tangan kamu lupa saya bawa."

"Simpan aja, Pak. Siapa tahu Bapak nanti nangis lagi." Rafandra malah tertawa kecil mendengar kalimat dari Talia.

Ujung mata Talia melihat jelas tawa sang atasan. Lelaki itu seperti masih menyimpan luka yang mendalam.

Tak ada pembicaraan apapun lagi dari mereka. Mulai menikmati es krim dengan pikiran masing-masing. Getaran ponsel membuat mereka tersadar. Dan Rafandra segera berdiri.

"Saya duluan."

.

Baru saja hendak mambuka pintu mobil, kerah belakang baju Rafandra ada yang menarik hingga dia terhuyung ke belakang. Dan didorong dengan begitu kencang hingga Rafandra terjengkang.

"Jangan pernah menyalahkan Lily atas apa yang sudah terjadi. ITU SEMUA SALAH KAMU! HANYA MEMBERIKAN CINTA TANPA MAU BERPINDAH!" tekan seorang pria paruh baya dengan wajah murka.

Rafandra bisa saja membalas ucapan tersebut, tapi dia memilih diam karena dia tak mau membuat keributan malam-malam. Baru saja hendak bangun, seseorang datang membantu. Manik mata yang sama seperti siang tadi.

"Kenapa dia selalu ada di saat aku sedang seperti ini?"

...*** BERSAMBUNG ***...

Mana ini komennya?

Terpopuler

Comments

Thavyra

Thavyra

tp yg dilakukan rafandra udah benar, karena lily dah punya suami seharusnya dia ngasih jarak agar lily ngk main" sama pernikahannya dan setia ke suaminya karena itu pilihannya. kalo suaminya marah kenapa ngk ngasih kepastian sebenarnya itu salah mereka berdua, mereka tau ada dinding penghalang yg tinggi tp masih mau melanjutkan hubungan karena alasan rasa nyaman. terakhir rafandra memarahi lily karena dia menyuruh karyawan baru nyelesaiin tugasnya, kalo dimarahi ya wajar lah, kalo emang suami ngelarang kerja ya ngk usah kerja, karena kamu disana digaji maka harus tanggung jawab, dan biar lily ngk ngelunjak, simpelnya seoemahamanku gitu...

2025-03-22

1

sum mia

sum mia

itulah jodoh Rafandra.... Talia selalu hadir disaat kamu membutuhkan . dan dia pula yang akan menghapus luka dihatimu .

gedeg juga dengan sikap suami Lily.... lah ...apa Rafandra harus bersikap lemah lembut dan perhatian sama Lily , emang pasangan sableng mereka mah .

lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍

2025-03-22

1

Salim S

Salim S

s lily egois ,denger kata Pangeran..urus suami mu dengan benar ...playing victim banget dia yang sudah menyakiti merasa paling tersakiti, yok move on Pangeran sudah ada pengganti s sendal lily yang lebih dari segalanya...dia selalu ada di saat kamu dalam keadaan yg tidak baik baik saja pertanda jodoh Pangeran...

2025-03-22

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!