2. Kebimbangan

Hari ini cukup berat untuk Rafandra. Apalagi ucapan ayahnya Lily yang seperti lampu merah untuknya. Di mana dia paksa untuk berhenti. Meskipun perlakuan seperti itu bukan kali pertama bagi Rafandra, nyatanya mampu membuat hatinya tergores perih. Lebih perih dari sebelumnya.

Kepalanya dia sandarkan di jok mobil. Matanya terpejam sambil menghembuskan napas begitu kasar.

"Apakah ini bertanda harus segera diakhiri?"

Rafandra memilih untuk kembali ke kantor. Bukan karena pekerjaan, tapi ingin menenangkan sejenak pikiran. Pusingnya pekerjaan tak sebanding dengan beratnya pikirannya sekarang.

Ponsel sudah Rafandra cek. Tidak ada pesan atau panggilan dari Lily. Dia pun tersenyum tipis. Kembali dia membuang napas yang begitu berat.

Sebelum pikirannya menghilang, dia tidak akan kembali ke rumah. Tak ingin membuat orang rumah khawatir akan keadaannya. Terlebih sang mami yang tak bisa dibohongi.

Ponselnya bergetar. Nama Lily tertera di sana. Segera dijawabnya panggilan tersebut.

"Ndra, temui aku di kafe tempat biasa."

Suara Lily bergetar dan isakan kecil pun terdengar. Tanpa banyak bertanya Rafandra segera mengiyakan. Tibanya di tempat pertama mereka menyatakan rasa nyaman, tanpa sebuah kejelasan seorang perempuan tengah duduk sendirian. Langkah Rafandra mulai mendekat dan wajah sembab mampu dia lihat.

"Are you okay?"

"Harusnya aku yang bertanya seperti itu, Ndra." Air mata sudah menganak.

Senyum teduh Rafandra berikan. Tangannya sudah mengusap lembut punggung tangan perempuan yang kini ada di hadapannya.

"Aku sudah terbiasa kan dengan hal seperti itu."

"Tapi--"

Jari telunjuk Rafandra sudah berada di bibir Lily. "Aku gak apa-apa. Kamu jangan khawatir. Dan jangan nangis."

Lily berhambur memeluk tubuh Rafandra. Sungguh lelaki yang dulunya hanya rekan di kampus mampu membuatnya nyaman senyaman-nyamannya. Kesabarannya yang begitu luas membuat Lily tak ingin melepas.

"Aku sayang kamu, Ndra."

Dua insan yang saling meyayangi, tapi terhalang tembok yang begitu tinggi. Restu pun sudah sangat sulit untuk didapati. Itulah kisah kasih Rafandra dan Lily.

Mencoba untuk tidak memikirkan hal semalam nyatanya tak bisa Rafandra lakukan. Biasanya ucapan ayahnya Lily berlalu begitu saja. Tapi, tidak dengan ucapan semalam. Masih begitu melekat di kepala.

Untungnya, hari ini jadwalnya begitu padat sehingga membuatnya harus meletakkan pikiran tersebut dan fokus pada pekerjaannya.

Lily menatap Rafandra yang berjalan melewatinya dengan langkah lebar. Lelaki itu banyak disukai oleh para karyawan. Meskipun menjadi salah satu petinggi perusahaan, sikapnya layaknya karyawan biasa. Humble dan ramah kepada semuanya. Mereka merasa jika Rafandra bisa digapai.

"Tuhan, kenapa Engkau menciptakan makhluk sempurna itu di keyakinan yang berbeda denganku?"

Lily hanya bisa menghela napas kasar. Dia juga sadar bukan perempuan yang diidamkan keluarga besar. Di mana dia tidak pernah dikenalkan kepada keluarga besar Rafandra. Dia hanya mengenal kedua orang tua Rafandra saja, dan adik sepupu Rafandra yang selalu sinis jika bertemu dengannya. Siapa lagi jika bukan Gyan.

Makan siang bersama sudah pasti tidak bisa diakukan. Di mana Rafandra masih belum kembali ke kantor. Juga pesannya tak sama sekali dibalas. Dibaca pun belum. Hari ini Lily merasa jika semesta mulai menjauhkan dirinya dengan Rafandra. Biasanya satu atau dua jam setelah pesan terkirim, lelaki itu akan segera membalas pesannya. Kali ini, sudah lima jam semenjak pesan itu dia kirim, belum juga dibaca.

Sampai jam pulang kerja pun pesan itu masih centang abu. Lima menit setelahnya ponsel Lily bergetar. Dia begitu bahagia karena meyakini jika itu pesan balasan dari Rafandra. Ternyata, itu pesan dari sang ayah.

"Pulangnya dijemput."

Hembusan napas kasar keluar dari bibir Lily. Sedihnya kembali hadir. Dan sebelum pergi meninggalkan kantor, matanya menatap nanar ruangan Rafandra.

"Aku pulang ya, Ndra."

.

Jam delapan malam semuanya baru selesai. Lelaki yang terlihat masih tampan di tengah rasa lelah yang melanda mulai meregangkan otot-ototnya. Mengendurkan dasinya yang masih terpasang rapi. Tangannya mulai menarik laci meja di mana ponselnya tertinggal sedari pagi. Cukup banyak pesan dari Lily.

Biasanya dia akan menghubungi kembali perempuan itu, tapi kali ini dia hanya memandangi pesan tersebut dan belum mau membalasnya. Cukup lama terdiam, akhirnya jarinya mulai menari di atas layar ponsel. Hanya kata dan maaf yang dia ketikkan. Ponsel kembali dia letakkan. Tubuhnya dia sandarkan dengan mata yang perlahan terpejam.

"Nyaman belum tentu sayang sungguhan."

Suara itu sangat tak asing dan bahkan termasuk ke dalam suara yang sangat dia rindukan. Perlahan, dia membuka mata. Mencari ke segala sudut ruangan. Namun, tak ada siapa-siapa di sana.

"Baba."

Rafandra mulai mencerna kalimat yang baru saja dia dengar. Itu seperti pertanda jika yang tiada pun tak merestui.

"Apa ini sudah waktunya, Ba?" tanyanya sendiri. "Tapi, bagaimana jika Abang malah menyakiti dia?"

Kebimbangan masih menggelayuti hati. Dia bisa saja mengakhiri hubungan saat ini. Namun, dia tidak ingin menyakiti hati Lily. Dia sudah berjanji untuk menjaga perempuan itu. Siluet kesedihan pun hadir di wajah tampannya. Masih menimbang karena dia juga belum siap melepaskan.

Di tengah kebimbangan mencari jalan keluar, kembali dia meriah ponsel. Dicarinya nama seseorang dan menghubunginya.

"Gy, Abang ke apart kamu, ya."

Gyan yang mendengar itu segera merubah panggilan suara menjadi panggilan video. Wajah khas Gyan sudah memenuhi layar ponsel Rafandra.

Lelaki itu tertawa melihat mimik sang adik sepupu. Gyan tak akan bertanya, tapi mimik wajahnya sudah mengatakan semuanya.

"I'm okay. Jangan khawatir."

Hembusan napas kasar terdengar. Ya, Gyan yang melakukan.

"Apa perlu Gy pulang ke Jakarta?"

"Jangan, Gy. Serius Abang enggak apa-apa. Abang hanya ingin menjernihkan pikiran."

Jika, sudah seperti itu Gyan tahu apa yang membuat kakak sepupunya mengungsi ke apartment miliknya yang tak dihuni. Pasalnya, Gyan sedang menjalani pendidikan S1 di Singapura.

"Alasannya Gy terima." Rafandra pun tertawa mendengar jawaban dari Gyan.

Sebenarnya Rafandra bisa saja masuk ke apartment itu tanpa ijin. Gyan sudah memberikan akses khusus kepada kakak sepupunya itu. Namun, Rafandra bukan orang yang tak memiliki sopan santun. Walaupun kepada yang lebih muda, tata krama tetap dia pakai.

Unit apartment mewah itu didesain dengan cahaya minim. Memang sengaja Gyan buat seperti itu supaya beban yang dibawa dari luar hilang ketika masuk ke dalam. Terbukti, unit apartment Gyan selalu menjadi tempat menenangkan diri oleh Rafandra.

Duduk di sofa dengan cahaya temaram. Memejamkan mata dengan isi kepala dipenuhi kenangan manis bersama perempuan yang membuatnya nyaman.

"Jangan tinggalin aku dulu ya, Ndra. Aku gak tahu akan seperti apa jika kamu ninggalin aku."

Melepaskan sulit, dan bertahan pun tak mungkin. Itulah yang membuat Rafandra dilanda kebimbangan hebat. Terlebih, restu dari dua belah pihak tak didapat.

"Aku tak ingin menyakiti kamu, Ly."

...*** BERSAMBUNG ***...

Jangan pelit komen ya ..

Terpopuler

Comments

Salim S

Salim S

Pangeran...berkacalah pada kisah aunty mu di mana dulu dia juga mengalami hal serupa hingga maut merenggut salah satunya....now or than...sama-sama akan menyakitkan...

2025-03-16

0

N I A 🌺🌻🌹

N I A 🌺🌻🌹

mau nanti atau sekarang sama aja ndra, sama rasa sakit nya jadi lebig cepat putus lebih baik apalagi restu ga di dapat dr semua pihak

2025-03-16

0

Rahmawati Abdillah

Rahmawati Abdillah

next episode jadi penisiran mom,dan pangeran biar bergelut dengan perasaannya sampai dia paham apa yang dimaksud oleh baba radit

2025-03-16

0

lihat semua
Episodes
1 1. Dua Keyakinan Dalam Satu Hubungan
2 2. Kebimbangan
3 3. Disakiti
4 4. Cara Yang Tidak Diinginkan
5 5. Lowongan Pekerjaan
6 6. Manik Mata Itu Lagi
7 7. Didekatkan Oleh Pekerjaan
8 8. Cuma Sayang Kamu?
9 9. Kemustahilan
10 10. Titik Terlelah
11 11. Fakta Yang Tertunda
12 12. Menjaga Saksi Kunci
13 13. Sikap Baik Yang Menurun
14 14. Pertama Bertemu dan Belum Mengenalnya
15 15. Kehangatan
16 16. Terkejut
17 17. Menjaganya
18 18. Terpana
19 19. Membuat Kamu Tak Nyaman
20 20. Ternyata Belum Berakhir
21 21. Tak Sehangat Sebelumnya
22 22. Kesalahpahaman Disaksikan Guyuran Hujan
23 23. Diberi Pencerahan
24 24. Singa Garang
25 25. Ancaman Yang Menyeramkan
26 26. Semakin Lancar Atas Hidupnya
27 27. Clue Baru Yang Nyata
28 28. Fakta Yang Membuat Tak Bisa Berkata
29 29. Seperti Skenario Yang Sudah Disiapkan
30 30. Ungkapan dan Keraguan Hati
31 31. Lelah Diam
32 32. Iblis Jahat dan Malaikat
33 33. Fakta Yang Terkuak
34 34. Memprovokasi
35 35. Dibombardir dan Ditusuk Membabi-buta
36 36. Ingin Menjaga
37 37. Ending Yang Manis
38 38. Tertampar dan Tertusuk Belati Panjang
39 39. First K I S S
40 40. Waktu Yang Tepat
41 41. Satu Hati dan Pemikiran
42 42. Restu Sudah Lengkap
43 43. Merindukan Sebuah Pelukan
44 44. Hati Keras Mulai Terbuka
45 45. Tempat Yang Dibenci
46 46. Kesedihan Yang Akan Diganti Menjadi Kebahagiaan
Episodes

Updated 46 Episodes

1
1. Dua Keyakinan Dalam Satu Hubungan
2
2. Kebimbangan
3
3. Disakiti
4
4. Cara Yang Tidak Diinginkan
5
5. Lowongan Pekerjaan
6
6. Manik Mata Itu Lagi
7
7. Didekatkan Oleh Pekerjaan
8
8. Cuma Sayang Kamu?
9
9. Kemustahilan
10
10. Titik Terlelah
11
11. Fakta Yang Tertunda
12
12. Menjaga Saksi Kunci
13
13. Sikap Baik Yang Menurun
14
14. Pertama Bertemu dan Belum Mengenalnya
15
15. Kehangatan
16
16. Terkejut
17
17. Menjaganya
18
18. Terpana
19
19. Membuat Kamu Tak Nyaman
20
20. Ternyata Belum Berakhir
21
21. Tak Sehangat Sebelumnya
22
22. Kesalahpahaman Disaksikan Guyuran Hujan
23
23. Diberi Pencerahan
24
24. Singa Garang
25
25. Ancaman Yang Menyeramkan
26
26. Semakin Lancar Atas Hidupnya
27
27. Clue Baru Yang Nyata
28
28. Fakta Yang Membuat Tak Bisa Berkata
29
29. Seperti Skenario Yang Sudah Disiapkan
30
30. Ungkapan dan Keraguan Hati
31
31. Lelah Diam
32
32. Iblis Jahat dan Malaikat
33
33. Fakta Yang Terkuak
34
34. Memprovokasi
35
35. Dibombardir dan Ditusuk Membabi-buta
36
36. Ingin Menjaga
37
37. Ending Yang Manis
38
38. Tertampar dan Tertusuk Belati Panjang
39
39. First K I S S
40
40. Waktu Yang Tepat
41
41. Satu Hati dan Pemikiran
42
42. Restu Sudah Lengkap
43
43. Merindukan Sebuah Pelukan
44
44. Hati Keras Mulai Terbuka
45
45. Tempat Yang Dibenci
46
46. Kesedihan Yang Akan Diganti Menjadi Kebahagiaan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!