5. Lowongan Pekerjaan

Rasa kecewa dan sakit membuat sikap Rafandra berubah kepada Lily. Andai Lily berkata yang sejujurnya, Rafandra tidak akan sesakit dan sekecewa sekarang.

Setiap kali Lily ingin berbicara berdua dengannya pun, Rafandra akan selalu menolak.

"Ada hati yang harus kamu jaga," ucapnya dengan nada begitu dingin.

Lily mencekal tangan Rafandra. Sang lelaki pun menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Lily yang sudah nanar.

"Jangan jadikan saya seperti lelaki yang tak memiliki harga diri karena bersama kamu di sini."

"Ndra--"

"Sadarlah! Kamu adalah istri orang."

Tangan Lily disingkirkan. Rafandra mulai meninggalkan Lily yang kini masih tercengang.

.

Sudah dua hari ini Rafandra tak ke kantor. Dia tengah bertugas di luar Kota. Sekaligus merelaksasikan isi kepala yang begitu berisik. Juga mencoba untuk menyembuhkan hati yang sakit.

Dua tahun bukan waktu yang sebentar. Sudah banyak kenangan yang tersimpan. Namun, inilah konsekuensi yang harus dia dapatkan karena terus melanjutkan kisah yang sudah tahu endingnya tak akan menemukan kebahagiaan.

Di tengah jam istirahat, Rafandra memilih untuk menikmati udara kota Bogor. Dia mendatangi sebuah kafe yang tidak terlalu ramai. Dia sudah duduk dan memesan kopi.

Pandangannya tertuju pada ponsel yang dikhususkan untuk pekerjaan. Memeriksa semuanya agar tak ada yang terlewat juga salah.

"Kak Rafandra," panggil seorang lelaki.

Sang empunya nama pun menoleh. Awalnya dia mengerutkan dahi, beberapa detik kemudian bibirnya melengkungkan senyum

"Masih ingat sama aku enggak, Kak?"

"Varsha."

Lelaki itupun tersenyum karena Rafandra masih ingat kepada dirinya. Rafandra meminta Varsha untuk duduk bersama Juga memesan makanan.

"Makasih banyak, Kak."

"Jangan sungkan." Namun, Varsha tetap menolak.

Rafandra tak bisa memaksa. Sedari dulu Varsha memang anaknya seperti itu. Dia adalah teman ribut Gyan. Di mana jika Gyan dan Varsha bertemu pasti akan ada adu mulut. Dan Rafandra-lah yang akan menjadi penengah di antara mereka berdua.

"Em .. Kak," ucap Varsha dengan ragu-ragu.

Rafandra yang baru kembali memfokuskan pandangannya pada ponsel mulai menegakkan kepalanya. Menatap Varsha dengan lekat.

"Ada apa?" balas Rafandra.

"Aku boleh minta bantuan Kakak gak?" Raut wajah Varsha sudah berubah.

"Katakanlah!"

Varsha malah terdiam. Dia bingung mau memulai dari mana. Rasa tak enak pun kembali hadir..

"Bicaralah, Sha. Selagi aku masih bisa bantu kamu, akan aku bantu."

Rafandra memang baik kepada semua orang. Terlebih orang yang dia kenal.

"Apa di perusahaan tempat Kakak berkerja ada lowongan kerja?" Akhirnya, Varsha memberanikan diri untuk berkata.

"Buat kamu?"

Varsha menggeleng dengan cepat. "Buat kakak aku."

Tatapan serius Rafandra membuat Varsha mulai berani menjelaskan.

"Aku ke sini karena aku mau jemput Kakak aku. Dia kerja di sini dan seminggu sekali baru pulang. Aku udah suruh Kakak aku untuk ngekos di sini, tapi kakaknya gak mau. Dia selalu bilang kalau dia gak mau jauh dari aku karena kita hanya tinggal berdua."

Hati Rafandra sedikit ngilu mendengar penjelasan dari Varsha. Setahu Rafandra Varsha memang anak yatim. Tapi, dia tidak tahu jika Varsha memiliki kakak. Tanpa berpikir panjang Rafandra segera menghubungi orang yang biasa mengurus karyawan.

"Oh, baiklah."

Setelah ponsel dia letakkan. Kembali dia menatap Varsha yang sedari tadi tak berani menatap Rafandra.

"Kebetulan di kantor aku butuh satu orang karyawan dan akan bekerja di dalam divisi yang sama dengan aku."

Rafandra segera mengeluarkan kartu nama dan memberikannya kepada Varsha.

"Besok pagi datang saja ke kantor itu."

Varsha tidak menyangka jika Rafandra akan sebaik ini kepadanya. Varsha tak bisa berkata. Dan hanya ucapan terimakasih yang tak henti keluar dari bibirnya.

"Jangan berlebihan, Sha," ujar Rafandra.

Mereka tak bisa berbincang lebih lama karena Rafandra harus kembali bekerja. Varsha ikut berdiri ketika Rafandra sudah berdiri dan hendak meninggalkan kafe tersebut.

"Salam aja untuk kakak kamu."

Varsha meminta Rafandra untuk bertemu dengan kakaknya. Namun, dia sudah ditelepon supaya bergegas karena ada meeting lagi.

"Oh, iya. Besok aku gak bisa nemenin kakak kamu untuk interview. Soalnya aku masih harus stay di sini untuk dua hari ke depan."

"Iya, Kak. Sekali lagi makasih banyak."

Baru saja Rafandra pergi, kakak dari Varsha sudah menghampiri dan menepuk pundak Varsha dengan cukup keras.

"Kenapa senyum-senyum?"

Varsha yang sedikit terkejut mulai menatap wajah kakaknya. Dia memberikan kartu nama yang Rafandra beri.

"Besok ikut interview di sana ya, Kak. Kalau keterima kita akan selalu dekat dan selalu bersama-sama."

Begitu terenyuh hati sang kakak. Namun, dia tak akan menunjukkan kepada Varsha. Dia merangkul lengan sang adik. Mengajaknya pergi dari sana. Ini bukan kali pertama Varsha mencarikan pekerjaan untuknya. Dikarenakan ijazahnya hanya tamatan SMA membuatnya sedikit sulit mendapat pekerjaan di ibukota.

.

Rafandra yang masih disibukkan dengan pekerjaan mendapat sebuah pesan. Wajah seriusnya kini mulai melengkungkan senyum.

"Kak, makasih banyak. Kakak aku diterima dan besok udah mulai kerja di kantor kakak."

Setelah Rafandra memberikan kartu namanya kepada Varsha, keesokan paginya dia menghubungi pihak terkait agar menerima pelamar kerja yang membawa kartu namanya. Rafandra menjaminkan dirinya untuk itu.

"Sama-sama. Semoga betah, ya." Pesan Varsha pun segera dibalas.

"Kalau kakak udah kembali ke Jakarta, mau ya untuk makan bareng sama aku juga kakak aku. Sebagai ucapan terimakasih."

Membaca reply pesan dari Varsha membuat dia begitu bahagia karena respect-nya dibalas dengan sebuah ketulusan.

"Aku pasti mau kok."

Kembali ke kantor Wiguna Grup yang ada di Jakarta. Ketidakhadirannya selama empat hari membuat para karyawan perempuan merindukan atasan mereka yang tampan, termasuk Lily.

Lelaki memakai jas hitam sudah berjalan menuju ruangannya. Tak dia hiraukan senyum manis yang Lily ukirkan.

"Kok makin ke sini auranya semakin gantang," ucap salah seorang karyawan perempuan.

"Permisi, Kak. Ini botol minumnya udah aku isiin air."

"Nah, gitu dong, Anak baru."

Namanya anak baru harus bisa menerima jika disuruh-suruh. Untung saja dia sudah terbiasa bekerja melayani orang-orang. Jadi, sudah tidak kaget.

Karyawan baru itu cukup pintar dan cepat tanggap. Apa yang diarahkan mampu dimengerti dengan cepat.

"Tolong beliin makan siang ya." Perintah dari karyawan senior kepada karyawan baru. Patuh, hanya itulah yang bisa dilakukan.

Anak baru itu tak hanya diperintah untuk membeli makanan dan mengisi botol minum karyawan lama. Kini, dia dipaksa menggantikan karyawan lama mengerjakan pekerjaan sampai larut malam. Hanya dia sendiri di sana.

Pintu ruangan Rafandra terbuka. Dahinya mengkerut ketika masih ada karyawan yang masih mengerjakan pekerjaan.

"Kenapa belum pulang?"

Suara Rafandra mengalihkan atensi karyawan baru. Sontak karyawan baru itu terdiam ketika melihat Rafandra. Begitu juga dengan Rafandra yang nampak terkejut.

Sebuah benda terngiang di kepala lelaki yang masih belum bersuara.

"Sapu tangan karakter."

...*** BERSAMBUNG ***...

Yuk atuh dikomen .. Jangan pelit komennya

Terpopuler

Comments

sum mia

sum mia

asek.... jodoh dan calon masa depan Rafandra udah muncul . dijamin setelah ini ada yang iri dan cemburu . yaitu si istri orang .

lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍

2025-03-21

3

N I A 🌺🌻🌹

N I A 🌺🌻🌹

hilal jodoh pangeran udah keliatan nih, calon istri para singa emang udah teruji ketulusan dan ketegaran nya, ga kayak si mantan yg malah playing victim

2025-03-21

0

Salim S

Salim S

jodohnya Pangeran udah terlihat hilal nya...bakal ada yang mau dan cemburu nih kayaknya...

2025-03-21

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!