Langit sore mulai meredup saat Xiaolin melangkah menjauh dari istana, gaun pengantinnya yang kotor dan tercabik berkibar tertiup angin. Seluruh tubuhnya terasa lemas, namun bukan hanya karena kelelahan fisik—pengkhianatan dan penghinaan yang baru saja diterimanya jauh lebih menyakitkan daripada luka apa pun.
Namun, di balik gerbang istana yang megah, seorang gadis berlari dengan langkah terburu-buru. Xiaoyu, mengenakan pakaian pernikahannya yang mewah, bergegas mengejar Xiaolin dengan wajah penuh kepanikan. Para pelayan dan beberapa tamu yang masih berada di halaman istana menyaksikan adegan itu dengan cemas.
"Jie-jie!*" Xiaoyu memanggil dengan suara penuh kepedihan, meskipun ada sorot lain dalam matanya—sesuatu yang lebih dalam dari sekadar kekhawatiran.
Xiaolin yang telah berjalan cukup jauh berhenti dan menoleh perlahan. Matanya kosong, seolah-olah nyawanya telah pergi bersama harga dirinya yang hancur. Angin dingin berhembus, membuat helaian rambutnya yang terlepas berterbangan.
Xiaoyu mendekat dengan napas tersengal. "Jie-jie... aku... aku tidak pernah ingin ini terjadi! Aku tidak ingin merebut tempatmu! Tapi aku... aku tidak bisa menolak perintah Ayah dan Ibunda..." Suaranya bergetar, seolah-olah dia benar-benar merasa bersalah. Mata beningnya berkaca-kaca, menambah kesan bahwa dia hanyalah korban dari keadaan.
Xiaolin menatapnya dalam diam. Ia tahu betul betapa liciknya adiknya, tetapi kali ini, ia terlalu lelah untuk membalas atau membuktikan apa pun. Ia hanya ingin pergi.
Namun, tiba-tiba Xiaoyu melangkah lebih dekat dan, sebelum Xiaolin sempat mundur, tangannya terulur, menggenggam pergelangan tangan kakaknya dengan erat.
Saat itu juga, sesuatu yang mengerikan terjadi.
Tubuh Xiaoyu menegang, wajahnya berubah pucat pasi. Matanya membelalak ketakutan ketika hawa dingin mengalir deras dari telapak tangan Xiaolin ke dalam tubuhnya. Seolah-olah ada sesuatu yang merayap ke dalam nadinya, mencengkeram jantungnya dengan kejam.
"jie-jie..." Suara Xiaoyu tercekat. Dalam hitungan detik, tubuhnya melemah dan ia terhuyung ke belakang.
Para pelayan yang menyaksikan kejadian itu berteriak panik. "Nona Muda Xiaoyu!" Mereka bergegas maju, menangkap tubuh lemah Xiaoyu yang nyaris jatuh ke tanah.
Xiaolin terkejut. Tangannya yang baru saja dipegang Xiaoyu kini bergetar hebat. Sekelebat kenangan masa kecil muncul dalam benaknya—kenangan tentang semua orang yang jatuh sakit, terluka, atau mengalami kemalangan setelah bersentuhan dengannya.
Rumor yang selama ini dibisikkan di sudut-sudut istana kembali menggema di kepalanya.
Kutukan itu benar-benar ada.
Seorang tabib yang berada di antara para tamu segera diperintahkan untuk memeriksa Xiaoyu. Tangannya menempel di pergelangan tangan gadis itu, merasakan denyut nadinya. Namun, alih-alih mendapatkan respons normal, wajah tabib itu berubah ngeri.
"Tidak mungkin... Energi dalam tubuh Nona Xiaoyu kacau! Seperti... seperti dihisap sesuatu!"
"Apa?!"
"Apakah ini ulah Xiaolin lagi?!"
Bisikan-bisikan cemas berubah menjadi tuduhan. Tatapan para tamu yang semula hanya dipenuhi rasa ingin tahu kini berubah menjadi ketakutan dan kebencian. Para pelayan yang memegangi Xiaoyu gemetar, tidak berani menatap Xiaolin secara langsung. Bahkan, beberapa dari mereka secara refleks mundur, seolah-olah Xiaolin adalah iblis yang baru saja bangkit dari neraka.
Kaisar yang mendengar keributan itu segera keluar dari istana, wajahnya penuh amarah. "Apa yang terjadi?!"
"Yang Mulia!" Salah satu pelayan berlutut dengan tergesa-gesa. "Putri Xiaoyu... dia hampir kehilangan nyawanya setelah menyentuh Putri Xiaolin!"
Tatapan Kaisar langsung beralih ke Xiaolin. Dingin. Tajam. Tak ada sedikit pun rasa iba dalam matanya, hanya kemarahan dan kebencian yang selama ini tertahan.
"Xiaolin..." Suaranya menggema dalam kesunyian yang mencekam. "Kau benar-benar membawa sial bagi keluarga ini."
Jantung Xiaolin mencelos. Ia tahu, sejak kecil ayahnya tak pernah menyayanginya, tapi mendengar tuduhan itu keluar langsung dari mulut sang Kaisar membuatnya terasa seperti ditusuk belati yang tak kasat mata.
Xiaoyu yang masih dalam keadaan lemah terisak pelan, membuat Kaisar semakin murka.
"Tangkap Xiaolin!" perintahnya tegas. "Aku tak ingin makhluk pembawa sial itu menginjakkan kaki lagi di istanaku!"
Para pengawal segera bergerak, mencengkeram tangan Xiaolin dengan kasar. Dia tidak memberontak. Tidak berteriak. Ia hanya diam, menerima kenyataan bahwa dalam satu hari, seluruh hidupnya telah hancur lebur.
Saat ia diseret pergi, Xiaoyu menatap kepergiannya dari balik pelukan para pelayan. Senyum kecil yang nyaris tak terlihat muncul di bibirnya sebelum segera ia sembunyikan kembali.
Sementara itu, langit yang mulai gelap menyaksikan bagaimana Putri Xiaolin diusir dari istana, tak lagi diakui sebagai bagian dari keluarga kerajaan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
Wulan
ulah dia ini yang buat konspirasi 😤😤
2025-04-17
0