Hari pertama sebagai panitia asrama dimulai dengan kekacauan.
"Hey bangun! Kalian harus siap lima menit lagi, buat jadi pemimpin sholat subuh!" suara Ustadz Malik menggema di lorong asrama.
Aurora menggerutu sambil menarik selimutnya. "Anjir, ini mah ujian mental, aing tunduh keneh ge."
Mereka pun, bangkit dari tempat tidurnya, dan pergi ke mushola putri, untuk melaksanakan shalat berjamaah. (Tentunya tadi mereka mandi terlebih dahulu yaa)
Aresha bertanya setengah sadar, ya karena masih pagi banget, biasanya mereka akan pergi ke mushola sesudah adzan subuh, sedangkan sekarang mereka pergi ke mushola sebelum adzan. "Siapa duluan yang jadi imam?"
Semua mata otomatis melirik ke Abila.
Abila langsung panik. "Eh, aing mah... Nggak pernah jadi imam di depan banyak orang, woy! Anu lain lahh, tong aing!!"
"Tapi lo yang paling kalem dan suaranya enak didenger," ujar Ayesha santai.
"Lo ngomong gitu karena lo males kan, Ye?" Abila melotot.
Arumi terkekeh. "Udah lah, Bil. Anggap aja ini pengalaman baru."
"Sakerep maraneh we lah," ujar Abila yang membuat keempat kembarannya bersorak gembira.
"Nah gitu dong."
Dengan berat hati, Abila akhirnya maju sebagai imam. Begitu sholat dimulai, semuanya berjalan lancar… sampai Abila salah baca ayat.
Santri-santri lain mulai saling lirik-lirikan, menahan ketawa.
Aurora nyaris ngakak tapi buru-buru ditahan. Gawat, bisa kacau kalau ada yang ketawa di tengah shalat.
Untungnya, Abila cepat sadar dan melakukan sujud sahwi di akhir. Setelah selesai, dia langsung duduk bersandar ke dinding dengan wajah pasrah.
"Fixs, aing nggak mau jadi imam lagi," gumamnya, yang membuat keempat kembarannya tertawa ngakak.
"Nggak papa namanya juga belajar kan? Manusia itu tempatnya salah, Bil. Jadi jangan nyerah gitu dong," ucap Aurora sembari terkekeh.
"Nah bener tuhh, nggak ada manusia yang sempurna di dunia ini, Bil. Jadi lebih baik salah tapi lo mau belajar, dari pada lo bener tapi lo nggak mau belajar lagi, karena lo ngerasa lo itu udah bener," sahut Ayesha yang di setujui oleh Arumi.
"Iya, Bil. Tadi lo keren kok, gue belum tentu bisa kayak gitu," ucap Arumi.
"Alah lo kan cuman bisa di mek up doang, Rum."
"Bacot lo pada," sinis Arumi yangg membuat mereka tertawa kembali.
Aresha menepuk bahunya Abila, sembari berkata. "Intinya tadi udah bagus, Bil. Daripada gue yang jadi imam, bisa-bisa kita malah keputus di tengah jalan."
"Hahaha thanks yaa, duhh jadi pengen cendol di sanguan," timpal Abila yang di sambut gelak tawa keempat kembarannya.
---
Setelah sholat subuh, tugas mereka belum selesai.
"Kalian juga bertugas membersihkan masjid setiap pagi," kata Ustadz Malik sambil menyerahkan sapu dan pel.
Aurora mendelik. "Anjir, ini mah kita udah kayak OG jirr."
Arumi menepuk bahunya Aurora. "Nggak apa-apa, anggap aja olahraga pagi."
Lima kembaran itu, mulai bekerja. Tapi dasar mereka, kerjaan yang harusnya beres dalam 30 menit malah molor jadi satu jam gara-gara mereka sibuk bercanda.
Ayesha yang awalnya niat ngepel, malah bikin permainan "sliding" di lantai yang licin.
"Wey, coba lo luncur di sini, sumpah licin plus seru banget!" katanya sambil meluncur di lantai.
Arumi langsung ikutan. "Anjir, kayak ice skating!"
Aresha yang lagi serius nyapu cuma bisa geleng-geleng kepala. "Duh, ini mah bukan kerja bakti, tapi kerja nyusahin diri sendiri."
Abila yang udah mulai kesel akhirnya nyeletuk, "Udah lah, beresin dulu sebelum Ustadz Malik dateng!"
Lima menit sebelum Ustadz Malik mengecek, mereka akhirnya kerja serius. Walaupun tetap aja hasilnya agak berantakan.
Saat Ustadz Malik datang, dia mengamati sekeliling, lalu menghela napas panjang. "Ini kerjaan kok malah tambah kacau?"
Aurora cengengesan. "hehehe maap, Ustadz."
Ustadz Malik memijit pelipisnya. "Baiklah, anggap ini masih hari pertama kalian. Besok saya harap lebih baik."
Lima kembaran itu, mengangguk serempak.
Setelah selesai, mereka kembali ke asrama dengan tubuh lelah.
Aresha menjatuhkan diri ke kasur. "Gue baru sadar… jadi santri tuh capeknya luar biasa."
Abila mendesah. "Baru hari pertama kena hukuman, Beb. Kita masih ada sebulan penuh."
Semua langsung terdiam.
Arumi menatap langit-langit. "Fixs, aing kudu nyiapin mental lebih kuat."
Dan dengan begitu, dimulailah perjalanan panjang mereka sebagai panitia asrama paling absurd di Al-Ihsan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments