Fikri mundur beberapa langkah, terlihat jelas panik. Matanya melirik ke arah gerbang yang masih sedikit terbuka, kayak lagi nyari celah untuk kabur.
"Ngaku lo, Fik! Itu tadi lo ngasih naon?" tanya Abila, dengan tangannya bertolak pinggang.
Fikri berusaha tetap tenang. "Bukan urusan kalian."
Arumi mendecak sebal. "Ehh Jaenudin!!, urusan kita kalau lo ngelakuin sesuatu yang mencurigakan."
Aurora nyengir. "Apalagi kalau sampe ada yang lapor ke Ustaz Rifqi, itu bakal jadi urusan kita banget."
Fikri mendelik. "Jangan bercanda lo! Gue bisa kena skors!"
"Nah makanya!!"
Aresha menyipitkan mata, langkahnya maju, makin mendekati Fikri. "Ya udah, jawab pertanyaan kita, cepetan kita nggak se gabut kitu, nu nungguan maneh."
Fikri menghela napas panjang. Dia tahu nggak ada jalan keluar. "Oke fine... gue ngasih makanan buat anak-anak di asrama yang nggak betah sama makanan kantin."
Kelima kembar itu saling pandang.
Ayesha yang tadinya serius, tiba-tiba ngakak. "KIRAIN APAAN! MAKANAN DOANG?! KOCAK JIRR!!"
Fikri cemberut. "Jangan ketawa! Ini serius! Kalau ketahuan, gue bisa di-blacklist dari kantin, dan bisa di skors juga!"
Abila menggeleng-geleng. "Buset, Fikri Fikri, lo kaya mafia makanan aja."
Arumi terkikik. "Jangan-jangan lo ada kartel gorengan juga nih?"
Fikri mendengus. "Udah ah, gue mau balik. Jangan laporin gue, oke?"
Aurora melipat tangan. "Hmm… kita nggak bakal laporin lo. Tapi ada syaratnya."
Fikri menghela napas. "Apa lagi?"
Aresha menyeringai. "Mulai sekarang, kita juga bagian dari bisnis lo, gimana?!"
Fikri langsung melongo. "HAH?!"
Ayesha menepuk pundaknya. "Santai aja, kita cuma mau bantuin lo supaya bisnis lo lebih lancar, tapi hasilnya bagi enam."
Fikri mengusap wajahnya. "Gila, lo semua memang edan."
Arumi cengar-cengir. "Enya atuh, santri paling barbar harus punya bisnis yang barbar juga."
"Oke mulai sekarang kita resmi kerja sama ya!!" ujar Aresha
"Bentar gue belum setuju!" lirih Fikri
"Kita nggak perlu persetujuan lo, kalaupun lo nggak setuju kita bakalan tetep kerja sama!!" sahut Abila, yang membuat Fikri menghela napas dan mengangguk pasrah
"Nah gitu dong, hahaha!!"
Dan malam itu, lahirlah Mafia Makanan Asrama.
Masalahnya, seberapa lama bisnis ini bisa bertahan sebelum ada yang keceplosan?
_____
Bisnis gelap itu resmi dimulai atas paksaan dari kelimaa gadis kembar itu!!
Fikri awalnya ragu, tapi setelah beberapa hari, dia sadar kalau lima kembaran itu punya keahlian masing-masing yang bikin bisnis makin lancar.
Seperti, Aresha, bagian eksekusi, dia yang atur strategi penyelundupan.
Ayesha, pengawas lapangan, pastikan nggak ada yang curiga.
Abila, pengatur keuangan, setiap transaksi harus rapi.
Aurora, marketing, bikin kode rahasia buat pesanan.
Arumi, lobby dan negosiasi, kalau ada masalah, dia yang turun tangan.
____
Misi pertama, yaitu, nyelundupin Makanan ke Asrama.
Malam itu, mereka duduk melingkar di lantai kamar, merencanakan penyelundupan pertama.
"Arurang mulai dari yang kecil dulu," kata Aresha sambil membuka denah asrama yang dia gambar di kertas. "Target kita, gorengan dan pop ice dari warung depan."
Aurora nyengir. "Wow makanan sejuta umat itu."
Ayesha mengangguk. "Tapi gimana cara masukin nya? Kalau lewat gerbang, pasti bakal ketahuan."
Abila mengetuk dagunya. "Ada dua pilihan, satu, lewat pagar belakang yang deket kebun. Dua, kerja sama sama satpam yang suka ngemil di pos jaga."
Arumi langsung nyeletuk, "Gampang. Gue bisa ngobrol sama Kang Mamat, dia suka sama Umi kantin. Arurang bisa nyogok dia pake info gosip terbaru."
Fikri melongo tak percaya. "Lo serius?"
Arumi nyengir. "Percaya aja, Beb."
"Yehh... Bubab bebeb siah," ujar Ayesha sembari menjentikkan jarinya ke dahi Arumi, sementara Arumi mengaduh kesakitan, keempat kembarannya dan Fikri hanya terkekeh kecil.
Malam harinya, Aresha dan Fikri pergi ke warung, beli gorengan dan pop ice dalam jumlah banyak. Aurora ngasih kode ke santri lain buat siap-siap.
Sementara itu, Arumi sibuk ngobrol sama Kang Mamat di pos jaga. "Kang, denger-denger Umi kantin bakal dapet lamaran ya?!"
Kang Mamat kaget. "Hah?Sama siapa?"
Arumi sok bisik-bisik. "Katanya sama Ustaz Jaka. Tapi nggak tahu bener apa enggak."
Mata Kang Mamat berbinar. "Beneran? Wah, Akang harus cari tahu nih."
Di saat Kang Mamat sibuk kepo, Aresha dan Fikri menyelinap masuk dari sisi pagar belakang. Ayesha dan Abila sudah siap nerima barang di balik semak-semak.
SUKSES!
Rencana pertama berhasil dengan mulus, dan sesuai dengan rencana.
Besok paginya, hampir setengah santri di kantin lagi pada diem-diem menyeruput pop ice. Ada yang sambil senyum-senyum, ada yang curiga, dan ada juga yang panik.
Tiba-tiba, seorang santri nyolot ke tengah kantin.
"EH, SIAPA YANG JUALIN POP ICE KE ASRAMA? GUE MAU PESEN JUGA!"
SEISI KANTIN HENING.
Lima kembar dan Fikri langsung pasang muka datar, pura-pura nggak tahu apa-apa.
Masalahnya, Ustaz Rifqi ada di situ, dan dia ngeliatin mereka, kalo ketauan bisa berabe mereka.
"Ihh saha anu nyolot eta, meni lemes pisan biwir na teh," kesal Aurora
"Teing ihh, hayangen di kokop, sigana teh," ucap Aresha
"Kalem, ke lamun kapanggiheun ku salah sahiji ustadz atau ustazah, ku aing di kokop tah biwir anu nyolot, kat keun jeding mah," kesal Abila
"Hayangen di wewelan cabe eta mah," sinis Ayesha
"Yeuhh, hayangen di pakean liptint anu can BPOM eta mahh, Ye," timpal Arumi ikutan kesal
"Udah udah, berisik, ustadz Rifqi ngeliatin," celetuk Fikri yang akhirnya membuat kelima kembaran itu mengangguk dan berhenti mengomel
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments