Bab 8: Adaptasi atau Mati Gaya?

Pagi pertama di Al-Ihsan berjalan lebih lambat dari yang mereka kira. Setelah subuh, mereka harus ikut kajian pagi. Biasanya, kalau di rumah, habis subuh mereka bakal balik ke kasur masing-masing, terus baru bangun lagi kalau udah kesiangan. Tapi di sini? Boro-boro tidur lagi, mereka malah langsung digiring ke aula buat ikut kegiatan pagi.

"Anjir, udah kayak latihan militer," bisik Aurora sambil nguap.

Ayesha nyikut lengannya. "Leheng keneh, Ini mah masih mending."

"Mending nahaon?" Aurora mendelik. "Gue udah berasa kayak robot jirr."

Kegiatan pagi dimulai dengan hafalan Al-Qur'an. Para santri lain dengan lancar melafalkan ayat-ayat yang sudah mereka hafal sebelumnya. Sementara lima kembar?

Mereka cuma saling lirik-lirikan.

Aresha nyengir kecil. "Aing mah hafal... Al-Fatihah doang."

"Bagus, lamun teu hafal malah keterlaluan," bisik Abila.

Ketika tiba giliran mereka maju, Ustaz Malik melirik mereka. "Baik, siapa yang mau setor hafalan duluan?"

Lima bersaudara itu diam.

Sunyi.

Sampai akhirnya Arumi dengan santai berkata, "Bismillahirrahmanirrahim..."

Lalu hening lagi.

Ustaz Malik menaikkan alis. "Lanjutkan?"

Arumi cengar-cengir. "Eh... ayat pertama dulu, Ustaz, yang lainnya... nyusul."

Santri lain ketawa kecil, tapi cepat-cepat ditahan saat Ustaz Malik menatap tajam. "Baik. Sepertinya kalian harus mulai dari awal. Nanti sore, saya mau kalian setor surat pendek yang kalian hafal."

Lima kembaran itu cuma bisa ngangguk pasrah.

---

Setelah kajian pagi selesai, mereka dikasih waktu buat istirahat sebentar sebelum lanjut ke kelas. Begitu jam makan siang tiba, mereka berbaris rapi di depan dapur asrama buat ambil makanan.

Aresha melirik ke piring santri lain yang udah lebih dulu ambil makanan. "Anjir, porsinya dikit banget."

"Bersyukur geus untung arurang di bere emam ge,"

ujar Abila.

Ayesha nyengir. "Jangan bandingin sama di rumah. Di sini lo harus belajar makan seperlunya."

Pas mereka sampai di meja makan, Abila melihat ada peraturan tertempel di dinding. Isi peraturan itu adalah “Dilarang berbicara saat makan. Harus dihabiskan.”

Aurora mendesis. "Lah, mana asiknya makan kalau nggak bisa ngobrol?"

"Telen dulu, karek ngomong," kata Arumi.

Mereka makan dengan kecepatan masing-masing. Aresha dan Aurora jelas yang paling males, sementara Ayesha dan Abila lebih fokus buat menyelesaikan makan mereka tanpa banyak protes.

Pas lagi asik makan, tiba-tiba seorang santri senior datang menghampiri mereka. Lagi-lagi, Kak Farah.

"Kalian masih adaptasi, ya?" tanyanya.

Aresha ngunyah pelan, lalu balas, "Iya, Kak. Lagi coba bertahan ini."

Kak Farah tersenyum tipis. "Bagus. Tapi hati-hati, di sini aturan lebih ketat dari yang kalian kira. Kalau ada yang melanggar..." Dia sengaja menggantungkan kalimatnya.

Aurora berbisik ke Abila, "Aing mah panasaran, seketat apa sih?"

Dan seperti jawaban dari pertanyaan itu, tiba-tiba terdengar suara keras dari dapur.

BRAKK!

Semua santri menoleh.

Seorang santri laki-laki tampak berdiri kaku di depan salah satu ustadz, wajahnya pucat. Di lantai, ada nampan makanan yang jatuh, isinya berserakan.

Ustadz yang berdiri di depannya menatap tajam. "Siapa yang menyuruhmu membawa makanan ke kamar?"

Santri itu menunduk, gak berani ngomong.

Semua santri yang lain hanya diam, gak ada yang berani ikut campur.

Aresha menelan ludah. "Oke, ayenamah arurang beneran harus kalem dulu."

---

Setelah sehari penuh adaptasi yang bikin stres, mereka akhirnya bisa balik ke kamar. Tapi masalahnya, kamar itu lebih terasa kayak sel tahanan dibanding tempat istirahat.

Arumi menjatuhkan diri ke kasur. "Aing mah kangen kasur rumah."

"Kita semua kangen," kata Ayesha.

Abila duduk di pinggir ranjang, matanya menerawang. "Arurang teh beneran bisa betah di sini, nggak, sih?"

Suasana kamar jadi hening.

Mereka belum tahu jawabannya. Tapi satu hal yang pasti—ini baru awal dari perjalanan panjang mereka di Al-Ihsan.

Dan petualangan baru masih akan berlanjut...

Episodes
1 Prolog
2 Bab 1
3 Bab 2: Lima Mojang dan Rencana Gila
4 Bab 3: Bolos yang epic
5 Bab 4: Bolos yang epic (Lanjutan)
6 Bab 5: Bolos dimarahin
7 Bab 6: Misi Rahasia Rebut HP
8 Bab 7: Hari Pertama di Al-Ihsan Islamic Boarding School
9 Bab 8: Adaptasi atau Mati Gaya?
10 Bab 9: Makin Berat atau Makin Biasa?
11 Bab 10: Keisengan Pertama yang Berujung Petaka
12 Bab 11: Dari Pengacau Jadi Panitia?
13 Bab 12: Realita Pahit di Balik Seragam Panitia
14 Bab 13: Operasi Rahasia Lima Kembar
15 Bab 14: Rahasia Fikri Terbongkar
16 Bab 15: Operasi Tutup Jejak
17 Bab 16: Perlawanan Dimulai
18 Bab 17: Terjebak di Sarang Bu Nyai
19 Bab 18: The Revenge Plan – Balas Dendam Manis
20 Bab 19: Operasi Kabur dari Kegiatan Malam!
21 Bab 20: Misi Kabur ke Warung Bi Enung!
22 Bab 21: Operasi Ngerjain Santri Baru
23 Bab 22 : Ketahuan Lagi, Tapi…?
24 Bab 23: Kacau Tapi Berkah!
25 Bab 24: Drama Hafalan yang Bikin Malu
26 Bab 25: Lulus dengan Drama
27 Bab 26: Kehidupan Baru di Kampus
28 Bab 27: Gagal Dulu, Baru Adaptasi
29 Bab 28: Bangkit atau Pulang?
30 Bab 29: Titik Balik
31 Bab 30: Lima Tahun Kemudian
32 Bab 31: Kembali ke Akar
33 Bab 32 : Mimpi yang Lebih Besar
34 Bab flashback: Perpisahan yang Terlalu Cepat
35 Bab 33: Langkah Menuju Dunia
36 Bab 34: Bangun dari Nol
37 Bab 35: Ketika Cinta Mulai Menyapa
38 Bab 36: Perasaan yang Tak Terhindarkan
39 Bab 37: Perasaan yang Mulai Diuji
40 Bab 38: Langkah Baru, Hidup Baru
41 Bab 39: Saatnya Menyusun Masa Depan
42 Bab 40: Langkah Besar, Keputusan Besar
43 Bab 41: Perjalanan yang Baru Dimulai
44 Epilog: Mojang Cianjur Selamanya
Episodes

Updated 44 Episodes

1
Prolog
2
Bab 1
3
Bab 2: Lima Mojang dan Rencana Gila
4
Bab 3: Bolos yang epic
5
Bab 4: Bolos yang epic (Lanjutan)
6
Bab 5: Bolos dimarahin
7
Bab 6: Misi Rahasia Rebut HP
8
Bab 7: Hari Pertama di Al-Ihsan Islamic Boarding School
9
Bab 8: Adaptasi atau Mati Gaya?
10
Bab 9: Makin Berat atau Makin Biasa?
11
Bab 10: Keisengan Pertama yang Berujung Petaka
12
Bab 11: Dari Pengacau Jadi Panitia?
13
Bab 12: Realita Pahit di Balik Seragam Panitia
14
Bab 13: Operasi Rahasia Lima Kembar
15
Bab 14: Rahasia Fikri Terbongkar
16
Bab 15: Operasi Tutup Jejak
17
Bab 16: Perlawanan Dimulai
18
Bab 17: Terjebak di Sarang Bu Nyai
19
Bab 18: The Revenge Plan – Balas Dendam Manis
20
Bab 19: Operasi Kabur dari Kegiatan Malam!
21
Bab 20: Misi Kabur ke Warung Bi Enung!
22
Bab 21: Operasi Ngerjain Santri Baru
23
Bab 22 : Ketahuan Lagi, Tapi…?
24
Bab 23: Kacau Tapi Berkah!
25
Bab 24: Drama Hafalan yang Bikin Malu
26
Bab 25: Lulus dengan Drama
27
Bab 26: Kehidupan Baru di Kampus
28
Bab 27: Gagal Dulu, Baru Adaptasi
29
Bab 28: Bangkit atau Pulang?
30
Bab 29: Titik Balik
31
Bab 30: Lima Tahun Kemudian
32
Bab 31: Kembali ke Akar
33
Bab 32 : Mimpi yang Lebih Besar
34
Bab flashback: Perpisahan yang Terlalu Cepat
35
Bab 33: Langkah Menuju Dunia
36
Bab 34: Bangun dari Nol
37
Bab 35: Ketika Cinta Mulai Menyapa
38
Bab 36: Perasaan yang Tak Terhindarkan
39
Bab 37: Perasaan yang Mulai Diuji
40
Bab 38: Langkah Baru, Hidup Baru
41
Bab 39: Saatnya Menyusun Masa Depan
42
Bab 40: Langkah Besar, Keputusan Besar
43
Bab 41: Perjalanan yang Baru Dimulai
44
Epilog: Mojang Cianjur Selamanya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!