bab 19 Kau Memegangnya?

Suara langkah kaki berlarian menggema dilorong rumah sakit, tampak Jihan dan Oma Clara tengah menunggu di depan pintu ruangan ICU.

"Bagaimana keadaan papa, ma?" tanya Digo.

"Mama juga tidak tau Digo, dokter masih memeriksanya didalam." jawab Jihan lemah.

"Kenapa bisa seperti ini ma?" tanya Kinara.

Jihan menatap wajah Digo dengan tajam. "Semua ini gara-gara wanita itu! Tidak seharusnya kamu membawanya kerumah Digo!" tekan Jihan.

"Berhentilah menyalakan Renata ma, ini bukan salahnya." ucap Digo.

"Lalu siapa? Jika kamu tidak menghadirkannya dalam rumah tanggamu bersama Kinara, tentu semua ini tidak akan pernah terjadi." ujar Jihan.

"Cukup Jihan! Ini rumah sakit, jangan membuat keributan di sini." sela Oma Clara.

Digo menghela nafas panjang sambil mendongakkan kepalanya, mengusap kasar wajahnya berjalan mundur hingga punggungnya membentur tembok.

Sementara Oma Clara, Jihan dan Kinara duduk di kursi depan ruang tersebut.

Beberapa menit berlalu, dokter pun keluar dari ruangan tersebut.

Digo segera berjalan menghampiri. "Bagaimana keadaan papa saya dok?" tanyanya tidak sabar.

"Tuan Daniel sudah tidak apa-apa, masa kritisnya sudah berlalu. Untung saja kalian tidak terlambat membawanya. Tapi untuk saat ini, jangan biarkan beliau memikirkan hal-hal berat yang akan memicu kembali serangan jantungnya." terang dokter tersebut.

"Baik dok, terimakasih." ucap Digo.

"Apa kamu boleh masuk sekarang dok?" tanya jihan.

"Silahkan. Saya permisi." ucap dokter tersebut lalu pergi.

Jihan langsung masuk ke dalam ruangan tersebut dan disusul oleh yang lainnya.

"Pa, papa tidak apa-apa kan pa. Mama takut, jika terjadi sesuatu pada papa." ucap Jihan yang berada di samping kanan kepala Daniel bersama Oma Carla.

Namun mata lemah Daniel malah beralih ke sebelah kiri, menatap pada wajah Digo dan Kinara yang berdiri di sana.

"Digo, papa minta maaf jika selama ini papa belum menjadi orang tua yang baik untuk kamu. Tapi percayalah, papa hanya ingin yang terbaik untuk kamu. Kinara adalah wanita yang baik, tidak seharusnya kamu menyakitinya. Selain itu, papa Kinara juga telah memberikan amanahnya pada papa agar terus menjaganya. Dan papa ingin, kamu juga ikut menjaganya." ucap Daniel, lalu meraih tangan mereka berdua dan menyatukannya.

"Lupakan semua yang terjadi malam ini, papa ingin kalian berdua memulai hubungan yang baru. Perbaiki rumah tangga kalian menjadi lebih baik. Papa tidak mau ada orang lain yang menghancurkan rumah tangga kalian berdua. Hanya itu keinginan papa." lanjut Daniel panjang lebar.

Digo dan Kinara sama-sama terdiam, semua pertentangan berkecamuk di dalam hati dan pikiran mereka.

"Lakukan saja yang papa kamu inginkan Digo, jika kamu masih ingin melihatnya hidup!" tekan Jihan.

Sementara didepan ruangan, Hariz tampak melihat dan mendengar semuanya. Ia tau, sampai kapanpun Kinara memang bukanlah untuknya.

Ia hanyalah seseorang yang akan Kinara temui sekedar untuk melepaskan penat dihatinya.

Segera Hariz memiliki pergi dari sana, semuanya sudah cukup jelas untuk Hariz. Memanglah sudah tidak ada lagi harapan untuknya memiliki Kinara seperti dulu.

"Maaf pa, kita masih membutuhkan waktu untuk semua ini." ucap Kinara.

"Papa tau sayang, Digo pasti sudah melukai hatimu terlalu jauh. Tapi papa harap kalian masih bisa bersama." ucap Daniel pada Kinara.

"Dan untuk kamu Digo, papa mau kamu tinggalkan wanita itu demi papa." lanjutnya sambil menatap wajah pura semata wayangnya.

❣️❣️❣️

Hari berlalu..

Beberapa hari setelahnya, kini Renata pergi ke kantor seperti biasanya. Ia melakukan beberapa pemotretan di kantor Melviano group.

Sementara Digo yang beberapa hari memang tidak menghubungi Renata pun mulai merasakan rindu yang terasa semakin sesak di dadanya.

Untuk itu, Digo sengaja berpura-pura untuk mengecek photo shoot yang dilakukan Renata hari ini, bersama asistennya Jovan.

Renata yang tengah berpose untuk diambil gambarnya, cukup terkejut melihat Digo yang tiba-tiba masuk ke dalam ruang pemotretan.

Suasana ruangan itu langsung berubah menjadi tegang, seolah kini pekerjaan mereka tengah dinilai langsung menoleh pemilik perusahaan tersebut.

Renata yang kesal karena diacuhkan oleh Digo akhir-akhir ini pun tiba-tiba memiliki ide brilian.

Iya sengaja berpose agak sedikit nakal saat Digo tengah memperhatikannya. Sementara sang fotografer dibuat terpesona oleh gaya-gaya nakal Renata.

"Ya, cukup.. Kamu bisa istirahat dan ganti bajumu dulu untuk pemotretan selanjutnya Ren." titah Bagas.

"Baiklah." jawab Renata.

"Yuk Ren, kita ganti baju dulu." ajak Tari, selaku manager Renata di kantor tersebut.

"Nona Renata, jika sudah selesai dengan pemotretan anda. Saya harap anda langsung menghadap ke ruangan saya." titah Digo.

"Hm! Baiklah." jawab Renata ketus.

Digo langsung pergi dari ruangan tersebut bersama Jovan. Sementara Renata melanjutkan langkahnya untuk berganti pakaian bersama Tari.

"Ren, aku rasa gaya kamu tadi terlalu berlebihan. Makannya Tuan Digo memanggilmu." ujar Tari.

"Benarkah? Mungkin aku hanya sedikit terlalu bersemangat saja hari ini." elak Renata.

Tari mengangguk. "Mh! Aku harap Tuan Digo tidak akan memarahimu nanti." ucap Tari.

"Ya, semoga saja." jawab Renata.

dua jam kemudian, setelah Renata selesai melakukan pemotretan ia pun pergi ke ruangan Digo.

"Masuk!" suara Digo terdengar dari dalam ruangannya.

Renata pun segera masuk ke dalam ruangan Digo.

Dafina yang melihat Renata masuk ke ruang Direktur Utama pun langsung penasaran.

"Apa yang terjadi, kenapa Renata dipanggil lagi oleh tuan Digo?" gumamnya mulai bertanya-tanya.

Tidak mau hanya tinggal diam, perlahan Dafina pun mulai melangkah perlahan untuk sekedar menguping apa yang mereka bicarakan.

Dafina memutar tatapannya, seolah memastikan jika tidak ada yang melihatnya menguping nantinya.

Saat Dafina hampir saja sampai di depan pintu ruangan Digo, tiba-tiba satu suara mengagetkannya.

"Sekertaris Daf, anda mau apa?" ucap Jovan.

Dafina langsung terpenjat kaget, kakinya pun tersandung saat ia hendak berbalik badan. Hingga akhirnya tubuh Dafina jatuh di atas pelukan Jovan.

"Akh!" pekik Dafina.

Mata Dafina melebar, tatapan mereka bertemu dan terkunci sejenak.

"Asisten Jovan. Kenapa kamu mengagetkanku!" ucap Dafina sambil mendorong tubuh Jovan.

"Maaf sekertaris Daf, tapi apa yang anda lakukan didepan ruangan Tuan Digo?" tanya Jovan.

Dafina tersentak. "Ah.. Aku hanya.. Aku hanya ingin mengingatkan jadwal meetingnya saja nanti." elak Dafina.

"Tapi maaf sekertaris Daf, tuan Digo bilang dia sedang tidak ingin diganggu dulu. Karena ia sedang ada pembicaraan penting di dalam." terang Jovan.

"Pembicaraan penting? Dengan Renata?" tanya Dafina.

Jovan mengangguk. "Benar." jawabnya.

"Tapi, pembicaraan apa? Apa kamu tau sesuatu asisten Jo?" tanya Dafina.

"Saya tidak tahu sekertaris Daf. Saya hanya menjalankan tugas." jawab Jovan tegas.

"Kamu selalu seperti itu, kaku, tidak bisa diajak bicara." keluh Dafina.

"Sekali lagi maaf sekertaris Daf, lebih baik sekarang anda kembali ke ruangan anda." titah Jovan dengan sopan.

"Aku tau!" kesal Dafina.

Dafina pun segera melangkah dari depan Jovan, namun tiba-tiba ada seseorang OB yang tengah lewat membawa nampan berisi kopi panas pesanan karyawan lainnya.

Dengan refleks, Jovan langsung menarik tubuh Dafina yang hampir saja tertabrak nampan tersebut. Jika tidak tubuhnya pasti akan terguyur oleh kopi panas didalamnya.

Namun yang Jovan tidak sadari adalah, yang ia raih adalah dada Dafina. Jovan menarik dan menekannya. Dafina langsung melotot tajam ke arah Jovan. Pipi Dafina langsung memerah saat itu juga.

Jovan yang baru sadar akan letak tangannya pun buru-buru menariknya.

plakk!

"Kamu memegangnya? Bahkan kamu meremasnya! Apa kamu sudah gila asisten Jovan!" sentak Dafina.

"Maaf sekertaris Daf, aku tidak sengaja." ucap Jovan mencoba menerangkannya pada Dafina jika ia benar-benar tidak bermaksud untuk melakukannya.

Sementara OB tersebut masih mematung melihat keduanya dengan wajah tegang.

"ini gila, kau gila, kau gila!" maki Dafina sambil menunjuk pada Jovan dan OB tersebut lalu pergi dengan langkah kesal.

"Maafkan aku asisten Jo." ucap ob tersebut.

Jovan mengangkat tangannya. "Tidak masalah." pria itu langsung berjalan mengikuti langkah Dafina.

"Nona Dafina, aku sungguh sangat minta maaf. Tadi itu sungguh, aku tidak sengaja." ucap Jovan.

"Jangan dekati aku." ucap Dafina sambil terus berjalan.

Brak!

Dafina menutup pintu ruangannya, sementara Jovan langsung terhenti langkahnya tepat di depan pintu tersebut.

Terpopuler

Comments

Susanty

Susanty

dapat rezeki nomplok tuh Jovan 🤭🤣🤣

2025-04-06

1

Nur Janah

Nur Janah

coba kalo yg ngelakuin Digo pasti dg senang hati ya dav, sayang sekali tak sesuai dg keinginan 😂😂

2025-03-19

2

Jamayah Tambi

Jamayah Tambi

Termalah hakikat yg anak kau dah menikah

2025-04-06

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Digo Melviano
2 Bab 2 Pembicaraan Pribadi
3 Bab 3 Istri Kedua
4 Bab 4 Bulan Madu Singkat
5 Bab 5 Kencan Bersama?
6 Bab 6 Kejutan
7 Bab 7 Hampir Saja
8 Bab 8 Foto Panas
9 Bab 9 Nakal dan Manja
10 Bab 10 Teguran
11 Bab 11 Tidak Rela Berbagai
12 Bab 12 Sebuah Pengakuan
13 Bab 13 Wanita Penganggu
14 Bab 14 Waktu Yang Tidak Seharusnya
15 Bab 15 Jalur Yang Salah
16 Bab 16 Martabat
17 Bab 17 perjodohan
18 Bab 18 Serangan Jantung
19 bab 19 Kau Memegangnya?
20 Bab 20 Ulah Renata
21 bab 21 Malam Indah
22 Bab 22 Senyuman Jovan
23 Bab 23 Janji Renata
24 bab 24 Baik-baik Saja
25 Bab 25 Dia Adalah Istriku
26 Bab 26 Oma Carla
27 Bab 27 Cucu Menantu Keluarga Melviano
28 Bab 28 Membuat Sarapan
29 Bab 29 Digo atau Jovan
30 Bab 30 Bertahanlah
31 Bab 31 Nyawa Adalah Prioritas
32 Bab 32 Sangat Beruntung
33 Bab 33 Ancaman
34 Bab 34 Pergerakan
35 Bab 35 Siapa aku?
36 Bab 36 Waktu Yang Menjawab
37 Bab 37 Jangan Halangi Jalanku
38 Bab 38 Penyesalan Jihan
39 Bab 39 Kita Akan Cocok
40 Bab 40 Kabar Baik
41 Bab 41 Kesedihan Oma Carla
42 Bab 42 Kau Tidak Akan Marah?
43 Bab 43 Istri Hariz
44 Bab 44 Menantu Kesayangan
45 Bab 45 Seperti Model
46 Bab 46 Jati Diri
47 Bab 47 Terikat Denganmu
48 Bab 48 Bawa Istrimu Pulang
49 Bab 49 Paling Hancur
50 Bab 50 Aku ingin Bicara
51 Bab 51 Jika kamu Rindu
52 Bab 52 Aku Ingin Menculikmu
53 Bab 53 Seutuhnya Denganku
54 Bab 54 Melengkapi Hidupku
55 Bab 55 Aku Jadi Ingin
56 Bab 56 Penyemangat Hidupku
57 Bab 57 Jadi Yang Terakhir
Episodes

Updated 57 Episodes

1
Bab 1 Digo Melviano
2
Bab 2 Pembicaraan Pribadi
3
Bab 3 Istri Kedua
4
Bab 4 Bulan Madu Singkat
5
Bab 5 Kencan Bersama?
6
Bab 6 Kejutan
7
Bab 7 Hampir Saja
8
Bab 8 Foto Panas
9
Bab 9 Nakal dan Manja
10
Bab 10 Teguran
11
Bab 11 Tidak Rela Berbagai
12
Bab 12 Sebuah Pengakuan
13
Bab 13 Wanita Penganggu
14
Bab 14 Waktu Yang Tidak Seharusnya
15
Bab 15 Jalur Yang Salah
16
Bab 16 Martabat
17
Bab 17 perjodohan
18
Bab 18 Serangan Jantung
19
bab 19 Kau Memegangnya?
20
Bab 20 Ulah Renata
21
bab 21 Malam Indah
22
Bab 22 Senyuman Jovan
23
Bab 23 Janji Renata
24
bab 24 Baik-baik Saja
25
Bab 25 Dia Adalah Istriku
26
Bab 26 Oma Carla
27
Bab 27 Cucu Menantu Keluarga Melviano
28
Bab 28 Membuat Sarapan
29
Bab 29 Digo atau Jovan
30
Bab 30 Bertahanlah
31
Bab 31 Nyawa Adalah Prioritas
32
Bab 32 Sangat Beruntung
33
Bab 33 Ancaman
34
Bab 34 Pergerakan
35
Bab 35 Siapa aku?
36
Bab 36 Waktu Yang Menjawab
37
Bab 37 Jangan Halangi Jalanku
38
Bab 38 Penyesalan Jihan
39
Bab 39 Kita Akan Cocok
40
Bab 40 Kabar Baik
41
Bab 41 Kesedihan Oma Carla
42
Bab 42 Kau Tidak Akan Marah?
43
Bab 43 Istri Hariz
44
Bab 44 Menantu Kesayangan
45
Bab 45 Seperti Model
46
Bab 46 Jati Diri
47
Bab 47 Terikat Denganmu
48
Bab 48 Bawa Istrimu Pulang
49
Bab 49 Paling Hancur
50
Bab 50 Aku ingin Bicara
51
Bab 51 Jika kamu Rindu
52
Bab 52 Aku Ingin Menculikmu
53
Bab 53 Seutuhnya Denganku
54
Bab 54 Melengkapi Hidupku
55
Bab 55 Aku Jadi Ingin
56
Bab 56 Penyemangat Hidupku
57
Bab 57 Jadi Yang Terakhir

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!