Sabtu 11 Juni 2016

Alhamdulillah tadi pagi merupakan hari terakhir kami mengikuti ujian akhir semester 2 untuk kenaikan kelas dari kelas 10 menuju ke kelas 11. Rasa Terima Kasihku dan juga Bri kepada Andra yang sudah mengajari kami mati-matian sungguh tak terbendung, dia rela bergadang berhari-hari demi mengajari kami teman-temannya yang sangat bodoh di pelajaran matematika. Aku tak tahu bagaimana hasilnya nanti. Tetapi saat mengerjakan soal-soal matematika kemarin-kemarin hari, aku rasa aku bisa menjawab semua soalnya.

Perihal untuk nilai akhir nanti, aku harap aku masih meraih juara kelas seperti biasanya karena aku ingin sepadan dengan Andra. Andra sangat cerdas maka dari itu aku harus cerdas juga ya meskipun aku tahu aku tidak pernah sepintar dia. Aku tak masalah dengan mata pelajaran apapun tetapi jika itu sudah menyangkut matematika aku angkat tangan. Melambaikan bendera putih, aku menyerah. Aku sungguh susah memahami matematika dan aku sangat membenci pelajaran itu.

Aku tidak suka mata pelajaran itu. Entah dari gurunya. Entah dari materinya. Aku tidak suka semua itu, setiap mata pelajaran matematika aku hanya terpaksa duduk di kelas dan mendengarkan semampuku dan mencerna seadanya. Aku benar-benar benci matematika. Terima kasih Andra karena telah mengajari aku yang bodoh dalam matematika ini.

Lucunya lagi Andra sudah menyelesaikan ujian akhir semester 2-nya beberapa minggu yang lalu dan materinya jauh berbeda dengan materi kami yang berasal dari sekolah negeri dan tentu saja hasilnya seperti yang diperkirakan dia tetap meraih peringkat satu paralel 1 sekolahnya dan jalannya untuk menjadi ketua OSIS semakin lancar dan mulus dia juga sudah melancarkan kampanyenya beberapa hari terakhir dia bilang setidaknya dia menguasai seperempat suara dari sekolah itu. Aku harap sama urusannya berjalan dengan lancar dan dia dapat meraih apa yang dia inginkan dan harapkan. Aamiin Semoga Tuhan mengabulkannya.

Setidaknya sekarang aku dapat bernapas lega karena ujian kenaikan kelas atau ujian akhir semester 2 telah berakhir dan tinggal menunggu pembagian rapot yang akan dilaksanakan pada hari Senin besok, hatiku sejujurnya jauh sangat berdebar-debar karena hal itu. Entah bagaimanapun hasilnya nanti aku pasrahkan semuanya kepada Tuhan, Tuhan tahu apa yang terbaik untukku, Tuhan tahu apa yang aku butuhkan dan bukan apa yang aku inginkan. Meskipun tentu aku ingin tetap meraih juara kelas seperti biasanya.

Ada hal lain yang selalu mengganggu beberapa hari belakangan tentang khayalanku yang semakin menjadi-jadi. Aku tahu Bri mungkin hanya bercanda saat mengatakannya namun perkataannya tentang cinta tak seiman waktu itu sungguh membekas di hatiku. Kurasa aku memang tertarik pada Andra. Aku tahu aku hanya seorang gadis biasa berusia 16 tahun yang berasal dari pinggiran desa. Khayalanku jauh terlampau tinggi, menaruh hati pada seseorang seperti Andra yang tentunya takkan pernah bisa kuraih.

Ayolah, Ayana! Dia hanya baik, dia baik kepada semua orang karena itu memang sifatnya. Dia baik kepada semua orang dan dia baik kepadamu karena kamu merupakan salah satu dari orang-orang itu. Aku tidak seharusnya menaruh hati padanya hanya karena dia baik padaku. Jujur saja, semua yang ada padanya membuatku semakin tertarik dan aku tidak bisa memungkiri hal itu. Ayolah, Ayana! Simpan perasaan ini sendirian, kubur perasaan itu dalam-dalam. Takkan pernah ada akhir yang indah bagiku jika aku terus menerus menyimpan perasaan ini.

Tetapi aku harus tetap tenang, perasaan ini masih seumur jagung, baru saja tumbuh suatu hari nanti aku yakin perasaan ini akan hilang dengan sendirinya aku yakin akan hal itu, dan aku menjanjikan akan hal itu. Siapa yang tidak akan tertarik pada Andra, dia hanya begitu sempurna bagiku. Iya, dia sempurna. Khayalanku yang begitu sempurna. Dan juga tentang ucapan Brian yang mengatakan cinta tak seiman itu terlalu tinggi, hanya aku yang memiliki perasaan itu, hanya aku yang tertarik pada Andra dan itu pun sangat baru. Andra tidak tertarik kepadaku. Mendengar ucapan-ucapan yang membuai seperti itu hanya membuat rasa khayalku semakin tinggi. Jadi seperti ini rasanya cinta dalam diam, mencintai sendirian, terluka sendirian, rindu sendirian, hanya aku yang memiliki perasaan ini. Wah bahasaku tinggi sekali, ya.

Sungguh khayalan yang begitu sempurna bagiku, tiba-tiba lagu Peterpan bersenandung di telingaku. Lagunya yang berjudul Khayalan Tingkat Tinggi, kurasa itu sangat mendeskripsikan apa yang sedang kurasakan sekarang, sungguh aku begitu pengkhayal. Sejujurnya aku sangat takut jika Andra menjauhiku setelah apa yang diucapkan Brian saat itu, aku takut dia risih kepadaku, aku takut dia menjauh, aku takut dia tidak mau lagi berteman denganku. Aku sungguh takut. Bisa mengenalnya dengan baik merupakan sesuatu yang terasa sangat menyenangkan bagiku. Ya, terasa begitu biru, campuran antara rasa kagum dan kesedihan yang mendalam.

Sungguh, setelah hari itu sikapnya tidak berubah sama sekali kepadaku, karena itu aku sangat bersyukur. Mengenalnya terasa sangat menyenangkan. Iya, karena dia adalah Andra. Andra yang begitu sempurna di mataku, bagiku tidak ada yang perlu diubah darinya, dia begitu sempurna. Untuk saat ini perasaan ini akan kubiarkan saja. Seiring berjalannya waktu, perasaan ini akan hilang dengan sendirinya, hilang sampai benar-benar tak tersisa, tak berbekas sama sekali. Dan saat itu tiba, aku tahu takkan ada rasa penyesalan sama sekali di hatiku karena Andra memang Begitu sempurnanya, dia begitu sempurna. Suatu hari nanti aku akan menemukan sosok sepertinya ya memang ditakdirkan untukku. Jauh sekali ya pemikiranku padahal aku masih kelas 1 SMA. Hahaha.

Tetapi, jujur, aku merasa semakin biru saat aku memikirkannya. Saat aku memikirkan Andra. Apa rasa biru selama ini kurasakan karena khayalanku yang begitu tinggi, ya? Atau karena cintaku bertepuk sebelah tangan? Atau aku jatuh cinta pada seseorang yang seharusnya memang tidak boleh? Untuk saat ini, simpan dia dalam khayalanku saja. Dia pasti akan sangat risih jika tahu aku menyimpan rasa kepadanya hanya karena dia begitu baik kepadaku.

Hubungan kami masih baik, kami terus saja mengirim pesan setiap hari seperti biasanya, tak ada satu kata pun dari kami yang keluar tentang cinta tak seiman waktu itu. Itu bukan sesuatu yang pantas untuk dibahas. Dia masih baik seperti biasanya. Andra yang selalu baik. Andra yang selalu sempurna. Yang selalu membuatku merasa biru.

Khayalanku sedang berada di tinggi-tingginya. Aku tahu ini bukan sesuatu yang mungkin untuk direalisasikan. Kapanpun itu, semesta akan melarang kami untuk bersatu, aku tahu itu. Berbicara seperti ini membuat Andra seolah-olah juga merasakan hal yang sama kepadaku. Nyatanya hanya aku, hanya aku yang sedang tertarik, yang sedang mencecapi seperti apa rasanya jatuh cinta untuk pertama kalinya. Aku tahu itu. Aku tahu sekali. Suatu hari nanti aku akan membaca ulang catatan harianku ini dan aku akan tertawa.

Tetapi aku takkan pernah menyesal karena Andra memang pantas untuk dicintai, dia begitu sempurna. Dia Sempurna apa adanya. Khayalanku ini suatu hari nanti akan hancur dibangunkan oleh kenyataan pahit. Aku tahu itu. Perasaanku suatu hari nanti akan hilang tak berbekas. Ini cukup. Begitu cukup. Terima kasih, Tuhan! Alhamdulillah. Engkau menghadirkan dia sebagai salah satu tokoh cerita dalam cerita kehidupanku. Aku sangat bersyukur. Perasaanku dan khayalanku ini akan hilang suatu hari nanti, cepat atau lambat.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!