Minggu 3 April 2016

Aku kembali bertukar pesan dengan Andra . Dia bilang dia sedang pergi ke gereja hari ini. Dia mengirimkanku fotonya lagi. Di salah satu gereja Katolik di dekat rumahnya. Aku tak tahu namanya. Dia tersenyum ke kamera, duduk berjejer dengan keluarganya dengan khidmat. Dia duduk di paling ujung kursi. Sementara anggota keluarganya yang lain tidak melihat ke kamera. Mungkin foto itu diambil diam-diam. Dia bilang peribadatan belum dimulai. Pada foto yang ia kirimkan, terdapat salib dan patung Yesus Kristus yang ditempatkan di tengah ruangan. Desain ruangannya klasik. Dindingnya dicat dengan warna krem sedangkan bingkai jendela yang nampak di foto Andra dicat dengan warna coklat.

Andra masih sama. Terlihat begitu sempurna di mataku. Tidak ada yang kurang darinya. Tidak berlebihan pula. Pas. Dia mengenakan kemeja dan celana nilon. Begitu rapi. Di sampingnya, nampak sang ibu sedang memandang ke depan, kedua tangannya menggenggam rosario. Ia memanggil ibunya dengan sebutan Mama. Mamanya cantik sekali. Aku jadi tahu mengapa Andra begitu tampan. Andra juga bilang dia suka Hari Minggu. Sangat suka sekali.

Dia sempat lama tak membalas pesanku. Aku tahu, dia pasti sedang khusyuk beribadah. Jadi dia menjauhkan ponselnya. Setelah beberapa jam kami lanjut bertukar pesan. Dia kembali mengirimkanku foto. Dia sedang berada di suatu restoran. Sedang bersantap dengan keluarganya. Dia bilang menu makanan favoritnya adalah sapo tahu.

Sapo Tahu memperoleh namanya dari penggunaan sapo atau claypot yang digunakan untuk memasak makanan ini dan terbuat dari bahan keramik sehingga bisa menyimpan panas yang cukup lama. Bahan dasarnya sendiri berupa tahu telur, jamur merang, wortel, sawi putih, tepung maizena, dan campuran bumbu lainnya. Sapo Tahu bertekstur halus dan lembut serta cita rasa dari Sapo Tahu gurih dan lezat apalagi disajikan ketika masih panas. Andra sangat menyukainya. Terkadang dia bilang dia mencampurnya juga dengan daging ayam. Andra bilang aku harus mencoba masakannya yang ini suatu hari nanti.

Sesampainya di rumahnya, dia akan menyiapkan bajunya dan kembali ke Jakarta. Benar saja, dia mengirimkan videonya yang sedang berjalan di Bandara Internasional Ahmad Yani. Dia seorang diri kembali ke Jakarta. Aku sempat bertanya apakah dia tidak takut pergi seorang diri. Dia bilang tidak. Dia bahkan sempat bercanda jika aku ada di sana maka seharusnya aku yang menemaninya. Aku tertawa. Aku masih merasa biru namun aku bisa tertawa mendengar candaannya kali ini. Kemudian hingga sekarang, pukul 18.00, dia masih belum online. Terakhir dia bilang pesawatnya take off. Hati-hati di jalan.

Andra masih sama. Dia masih menyenangkan seperti biasanya. Aku takut jika suatu hari dia tiba-tiba bosan bertukar pesan denganku. Oh iya, Andra tak pernah memintaku mengirimkannya foto. Sama sekali. Namun dia selalu menuntutku menceritakan kejadian-kejadian yang ku alami setiap hari.

Tentang Brian? Tenang, aku masih bertukar pesan dengannya meskipun tak sesering dengan Andra . Aku sempat menyarankan kepada mereka berdua agar kami bertiga membentuk grup. Brian mau-mau saja, namun dia bilang Andra menolak saat dia mengajaknya membentuk grup beberapa waktu lalu. Ya memang benar, sih. Andra juga menolak ajakanku. Dia bilang Brian akan mengganggu kami jika kami membentuk grup bertiga. Aku kembali tertawa terbahak-bahak. Harus ku akui, terkadang Brian memiliki tingkah ajaib yang muncul tiba-tiba.

Andra, si penyuka warna biru. Menyukai langit. Dia selalu saja menarik bagiku. Seperti bulan yang bersinar terang di antara bintang-bintang malam. Semakin aku akrab dengannya, semakin aku merasa kurang puas. Semakin ingin aku mengenalnya. Semakin pula aku merasa biru. Percampuran antara rasa kagum dan sedih yang mendalam. Perasaan yang semakin aku rasakan saat mengenal Andra .

Andra tak banyak cerita tentang hubungannya dengan orang tuanya. Ia memang beberapa kali bercerita tentang kakak-kakaknya, namun dia jarang bercerita tentang orang tuanya. Berdasarkan foto yang ia kirim. Ku rasa hubungan mereka baik-baik saja. Saat aku menceritakan hal-hal lucu tentang orang tuaku, dia akan senang menanggapi dan berkomentar, berbeda saat aku menanyakan perihal kabar orang tuanya. Dia hanya bilang kabar orang tuanya baik. Aku tak berani bertanya lebih jauh. Itu privasinya. Haknya jika dia ingin bercerita atau tidak kepadaku. Dia akan mengalihkan pembicaraan seketika. Jika suatu hari nanti dia ingin menceritakannya, aku akan senang hati mendengarnya.

Andra juga selalu meraih juara pertama di sekolahnya. Peringkat paralel. Dia hebat. Pelajaran favoritnya adalah matematika dan fisika. Dua pelajaran yang paling ku benci sepenuh hati. Dia sering membolos karena memang murni keinginan hatinya. Dia tidak memiliki masalah dengan pelajaran atau temannya di sekolah. Dia lebih cenderung memiliki masalah dengan dirinya sendiri.

Iya. Dia memiliki kemalasan yang luar biasa. Tuhan tidak adil, aku harus bersusah payah agar meraih juara kelas, namun dia bisa meraihnya dengan mudah karena dia memang terlahir jenius. Kemarin dia bilang jika IQ nya 160. Awalnya aku tak percaya, namun aku ternganga saat dia menunjukkan sertifikat hasil tes IQ nya. Aku bertanya kepadanya, apa cita-citanya, dia bilang dia tidak punya. Dia hanya mengikuti arus kehidupan. Biarkan alur takdir yang membawanya kemanapun takdir itu.

Andra juga berjanji akan mengajariku dan Brian untuk ujian akhir semester nanti. Dia percaya diri dengan kemampuan akademisnya. Tentu saja aku dan Brian senang.

Dia bilang dia ingin mencalonkan diri menjadi Student Council President yang akan diadakan Bulan Juni nanti. Dia bilang itu semacam ketua OSIS. Dia punya visi dan misi yang ingin ia terapkan di sekolahnya. Andra juga bilang ini salah satu langkah untuk menemukan tujuan hidupnya. Aku jadi penasaran bagaimana rasanya bersekolah di sekolah elit yang berbasis internasional seperti sekolah Andra .

Andra bilang dia suka dengan kurikulum yang diterapkan di sekolah itu. Fasilitas sekolahnya juga lengkap. Bahkan dilengkapi kafe. Terkadang Andra menghabiskan waktunya bermain dengan keyboard laptopnya di sana berjam-jam, mencurahkan semua ide yang ia miliki, ditemani iced americano. Dia bilang dia bisa menghabiskan tiga gelas minuman dingin itu dan duduk di sana hampir empat jam.

Mengenai rumah yang waktu itu kami bahas. Aku sungkan untuk menanyakannya lagi. Namun di beberapa naskah yang ia kirim ke Radits Squad, sudah tidak membahas rumah. Aku masih bertanya-tanya rumah apakah yang sedang ia tuju. Ku rasa kami masih terlalu muda untuk memikirkan hal seperti itu jika memang dia mengartikan rumah sesuai pendapatku.

Andra . Aku berharap Tuhan melindungi setiap langkahmu. Menghias setiap harimu dengan kebahagiaan. Aku senang mendengar kabarmu. Mendengar semua ceritamu. Aku terus ingin mendengarnya. Sungguh. Aku mengharapkannya. Mari terus berteman sampai kapanpun. Karena itu salah satu hal yang membuatku bahagia dan itu terasa menyenangkan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!