Rabu 1 Juni 2016

Aku tak berhenti tertawa tadi. Untuk pertama kalinya, aku, Andra, dan Bri melakukan video call. Saat pertama kali wajah kami semua tampak di layar ponsel, aku dan Bri langsung tertawa terbahak-bahak sedangkan Andra menggigit bibirnya menahan tawa, aku tak tahu alasannya. Setelah sekian lama hanya berkirim chat, akhirnya kami untuk pertama kalinya melakukan video call. Dalam rangka Andra yang menepati janjinya untuk mengajari aku dan Bri pelajaran matematika. Beberapa hari lagi kami akan melaksanakan Ujian akhir semester.

Andra ternyata serius saat bilang akan mengajari kami. Ponselnya dia letakkan menghadap papan tulis yang ukurannya lumayan besar. Akhirnya setelah berkali-kali bercanda dan Andra memarahi kami agar serius. Kami mengikuti pembelajaran yang ia lakukan dengan saksama. Andra memang cerdas, dia akan jadi guru yang baik. Materi pelajaran yang ia ajarkan mudah kami mengerti. Sampai Brian mulai bercanda dan Andra kembali berteriak marah. Aku hanya tersenyum melihat mereka. Andra memang marah namun bukan murka. Bagaimana ya menjelaskannya, dia marah namun sedetik kemudian tertawa.

Aku dan Brian menyimak penjelasan Andra sambil mencatat yang ia jelaskan di buku kami masing-masing. Andra memang guru yang baik. Dia masih terlihat sama. Terlihat sempurna di mataku. Malam ini dia mengenakan kemeja flanel kotak-kotak dan celana jins. Cat kamarnya didominasi warna abu-abu. Ada Blue yang tidur dengan nyenyak di atas tempat tidurnya yang kelihatan dari layar ponselnya, sesekali ia mengigau. Ekornya bergerak-gerak pelan. Lucu. Blue jauh lebih besar dari bayanganku.

Malam ini kami habiskan dengan banyak bercanda. Aku tak tahu apakah Bri memahami penjelasan Andra atau tidak namun aku memahami semua penjelasannya. Dia benar-benar terampil dalam mengajar. Spidol di tangan kirinya dan penghapus di tangan kanannya. Dia kidal. Kami melakukan video call cukup lama. Mulai dari jam setengah delapan sampai jam setengah sebelas.

Ada beberapa materi yang Andra jelaskan tadi. Dia lebih banyak mengajarkan kami cara mengerjakan soal dengan cepat. Dia bahkan bilang ada beberapa soal yang menurutnya akan muncul dalam ujian nanti. Saat aku tanya apakah sekolahnya juga memiliki materi yang sama dengan sekolah kami. Dia bilang cukup berbeda. Yang ia ajarkan mungkin akan keluar di sekolah-sekolah negeri. Tentu aku dan Bri senang sangat berterimakasih kepadanya.

Andra bahkan memberikan kami beberapa soal latihan yang harus kami selesaikan. Setelah selesai dia meminta kami untuk menyebutkan jawabannya. Jika salah, maka dia akan menjelaskan jawabannya yang benar di papan tulis.

Di sela-sela mengerjakan aku merasa dia memandangiku. Jadi aku melihatnya dan tersenyum. Dia balas tersenyum. Aku suka melihat senyumnya. Kami bahkan banyak mengobrol tadi. Kami saling melempar canda ke satu sama lain. Entah mengapa Bri dan Andra ternyata lumayan suka menjahiliku. Mereka terus menerus menggodaku sambil bernyanyi lagunya grup band Wali yang berjudul kekasih halal hanya karena aku menggunakan hijab berwarna merah. Aku yang mendengar suara mereka tentu tak bisa menahan tawa. Sekarang aku tahu mengapa Bri dan Andra akrab, mereka memiliki selera humor yang sama. Awalnya Bri yang menyanyikan satu bait lirik lagunya, kemudian tak disangka-sangka ternyata Andra melanjutkannya. Begitu terus sampai lirik bagian reff lagu tersebut selesai. Pipiku sampai terasa pegal karena banyak tertawa.

Aku tadi memutuskan untuk bertanya kepada mereka tentang bagaimana hari mereka. Brian bilang baik, namun salah satu pacarnya minta putus. Sedangkan Andra bilang harinya lebih baik karena dia bisa melihat wajahku. Seketika aku terdiam dan tertawa. Sedangkan Brian malah berkomentar "Ternyata Andra jago gombal, ya. Hahaha." Yang langsung dibantah oleh Andra. Andra bilang itu murni ungkapan apa yang ia rasakan bukan gombalan seperti yang selalu si pujangga buaya ucapkan. Aku dan Andra lalu tertawa berbeda dengan Bri yang menggerutu tak terima. Ia kembali membantah. Ia bukan buaya, ia hanya ahli dalam cinta. Bahkan aku pura-pura muntah saat dengar dia mengatakannya.

Aku juga meminta maaf kepada Andra jika aku dan Bri merepotkannya. Namun Andra bilang jika ia sendiri yang memang menawarkan diri untuk mengajari kami dan ia senang akan hal itu. Dia bilang dia senang melihatku. Aku tersenyum. Rasa biru itu semakin menjadi-jadi. Hingga pada akhirnya Bri tiba-tiba berkata, "Cinta tak seiman. CTS." Aku dan Andra seketika melayangkan tatapan sebal kepadanya yang ia balas dengan gelak tawa puas. Brian berpikir terlalu jauh.

Andra bilang dia senang berteman dengan kami. Bri meledeknya dengan berkata jika Andra tak punya teman di sekolahnya dan langsung dibantah oleh Andra. Dia menunjukkan fotonya yang berlibur bersama teman-teman sekelasnya. Dan si pujangga buaya malah minta nomor ponsel salah satu gadis yaang ada di foto. Tentu saja Andra menolak memberikannya. Dia bilang dia tak bisa memberikan temannya ke buaya. Respon Bri sangat lucu, ia menaikkan salah satu alisnya sambil tersenyum jahil, aku dan Andra tertawa melihatnya.

Candaan kami terasa sangat menyenangkan bagiku. Aku berada di Banyuwangi, Bri berada di Bandung, dan Andra berada di Jakarta. Kami terpisah jarak namun terasa begitu dekat. Jika hanya dengan video call saja sudah terasa semenyenangkan ini, lalu bagaimana saat kami bertemu secara langsung nanti. Saat kami bertiga bisa duduk di tempat yang sama dan saling berbagi cerita dan canda tawa. Aku suka perasaan ini.

Aku lalu mencoba mengungkapkan niatku kepada mereka dan mereka berdua setuju. Semoga Pak Radit mempertemukan kami lagi sehingga kami bisa berbicara secara langsung. Bukan hanya kami, namun juga seluruh anggota Radits Squad. Hari itu pasti akan terasa menyenangkan. Kami juga  mendiskusikan banyak hal. Bri dan Andra sangat suka membahas politik. Bagiku mereka seperti bapak-bapak di pos ronda yang mengomentari harga minyak goreng yang naik. Aku hanya diam memerhatikan mereka sambil tersenyum. Topik mereka tak menarik bagiku namun melihat mereka berbincang terasa menyenangkan sampai mereka berdua mulai saling mengumpat dan mulai berbicara dengan nada tinggi. Pandangan politik mereka sama. Namun yang membuatku melongo yaitu ketika mulai mengumpat saat berbicara tentang kebijakan-kebijakan negara yang dirasa merugikan rakyat. Seketika aku ikut bergabung. Aku mengeluarkan uneg-unegku juga. Kami tahu kami hanya anak kecil. Kami tahu itu.

Saat video call akan berakhir kami bertiga berdoa sesuai keyakinan kami masing-masing. Aku dan Bri selesai berdoa lebih dulu sedangkan Andra masih khusyuk dengan doanya. Dia terpejam. Setelah selesai berdoa dia membuat tanda salib. Kami bertiga saling tatap lagi dan kembali tertawa. Aku tak tahu bagaimana jadinya jika kami nanti benar-benar bertemu bertatap muka nanti. Ku rasa kami akan terlalu banyak bergurau dan bercanda.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!