lTentang Andra. Aku jadi semakin mengenalnya. Terimakasih, Tuhan. Terimakasih karena sudah memberikanku kesempatan mengenalnya. Dia satu-satunya anak laki-laki yang selalu menarik perhatianku meskipun kami tak pernah bertemu lagi. Dia ramah, humoris, pintar. Semakin mengenalnya semakin aku ingin tahu lebih banyak tentangnya.
Dia berasal dari keturunan Tionghoa di Semarang. Namun dia dan saudara-saudaranya dikirim ke Jakarta dari SMP untuk bersekolah di salah satu sekolah elit bertaraf internasional di sana. Dia memiliki seorang kakak laki-laki dan seorang kakak perempuan. Kakak laki-lakinya lebih tua delapan tahun darinya, sedangkan kakak perempuannya lebih tua empat tahun. Andra lahir di tahun 1999. Di bulan Mei. Satu tahun dan delapan hari sebelum hari ulang tahunku.
Andra tinggi. Lebih tinggi dari Brian. Tubuhnya tegap walau tak seberotot Brian. Rambutnya lurus dan hitam legam, ia potong pendek. Di foto profilnya, rambutnya ia tata dengan gaya rambut coma. Alisnya tebal, matanya lebar, hidungnya mancung. Kulitnya putih bersih, jauh lebih putih dariku dan Brian. Bibirnya sedikit kemerahan merah jambu karena dia tidak merokok dan tidak memiliki cita-cita menjadi salah satunya. Dia yang bilang.
Ada sesuatu di matanya yang selalu membuatku ingin menatapnya lama-lama. Aku sering memandanginya dari foto profilnya. MasyaAllah, sungguh indah ciptaan Tuhan. Pupil matanya gelap, lebih pekat dari gelapnya malam. Seakan menyimpan banyak rahasia di dalamnya. Jujur, aku tak pernah melihat anak laki-laki setampan dia sebelumnya. Dia hanya begitu sempurna.
Belakangan ini kami banyak membicarakan hal-hal kecil yang menurut kami menarik. Dia juga suka anime sepertiku. Dia tidak suka makanan manis, dia jago bermain gitar, dia suka olahraga basket, dia suka membaca novel, suka mengoleksi komik, dia selalu juara kelas, dan dia sering membolos. Iya, dia sering membolos sekolah. Dia bilang di semester satu kemarin dia sudah membolos empat kali dan sudah dihukum enam kali. Aku tidak tahu kenapa dia dan Brian agak suka melanggar peraturan. Andra bilang aturan adalah batas, dan batas ada untuk dilanggar. Wah, aku takjub dengan pemikirannya yang salah.
Andra punya seekor anjing Samoyed. Dia memberinya nama Blue. Dia beberapa kali mengirimkan foto Blue padaku. Andra sering mengajak Blue berkeliling di taman dekat apartemennya setiap sore hari. Blue kelihatan sangat ramah dan penurut. Blue sering mengibaskan ekornya dan melompat-lompat kegirangan setiap diajak berjalan-jalan. Sedangkan Andra akan merekam Blue dari belakang sambil terus mengikuti kemana langkah kaki Blue.
Andra tinggal seorang diri di apartemen tersebut, di daerah Kalibata. Dia terbiasa memasak dan belanja kebutuhannya sendiri. Dia pernah mengirimkanku hasil masakannya. Salah satu nya chicken rice yang terlihat sangat menggiurkan. Awalnya dia bilang dia tinggal bersama kakak laki-lakinya, namun karena mereka sering bertengkar, jadi mereka tidak tinggal serumah lagi.
Andra sangat ramah. Aku bisa membayangkan suaranya yang begitu santai dan lembut ketika membaca setiap pesannya. Suaranya pasti terdengar menyenangkan. Dia membuatku melihat dunia dari sudut pandang yang berbeda. Seakan-akan melihat dunia merupakan hamparan taman bunga indah. Iya. Dia bilang jika dia beranggapan dunia adalah hamparan bunga yang indah.
Dia memang blak-blakan, langsung mengutarakan isi hatinya tanpa ragu. Namun dia menyatakannya dengan cara yang baik. Contohnya saja, dia agak terganggu dengan kebiasaan Brian yang sering mengirim chat tidak mengenal waktu. Dia berkata "Brian, lain kali buat jadwal chat, ya. Agar saya tidak terbangun tengah malam dengan terpaksa karena mendapat pesan atau panggilan dari kamu." Aku tertawa membaca pesannya. Ia mengeluh tentang kebiasaan Brian dengan sopan. Sopan setidaknya bagiku.
Aku tidak menyangka dapat bertukar pesan dengan Andra. Semakin kami melakukannya, semakin aku ingin tahu lebih banyak tentangnya. Ingin mendengar semua ceritanya. Dia selalu ceria dari setiap pesan yang ia kirim kepadaku. Aku senang akan hal itu. Sangat senang sekali. Terimakasih Tuhan karena memberikanku kesempatan mengenalnya.
Dia juga bercerita tentang kebiasaannya yang suka minum kopi. Iced americano merupakan minuman wajibnya setiap sore hari. Agar ia bisa fokus mengerjakan apa yang seharusnya ia selesaikan. Dia bilang. Dia juga suka minum teh hitam. Bagus untuk tubuh. Dia juga sering berolahraga setiap malam. Biasanya dia akan lari berkeliling taman setiap jam delapan malam. Setelahnya dia akan pulang dan mandi, lalu menikmati teh hitam sambil membaca komik atau novel. Dia bilang dia bisa menamatkan satu komik atau novel dalam waktu tiga hari. Dia punya cita-cita memiliki tattoo. Tidak perlu yang besar, dia ingin yang sederhana namun berarti. Mungkin di punggung atau di pergelangan tangannya suatu hari nanti.
Lagi-lagi aku merasa biru. Aku merasa biru setiap membaca kata demi kata setiap pesannya. Iya. Dia terdengar ceria. Namun tetap ada kesedihan di dalamnya. Aku tidak tahu mengapa. Mungkin ini hanya perasaanku saja karena aku sering membaca tulisannya yang memberikan kesan yang sama. Ada rasa yang tidak bisa ku ungkapkan setiap bertukar pesan dengannya. Aku juga bingung perasaan apa ini.
Setiap hal yang Andra tulis selalu membuatku merasa biru. Aku sendiri kesusahan menjelaskan tentang warna biru yang selalu ku rasakan belakangan ini. Ada percampuran rasa sedih yang mendalam, kagum, dan ada senang yang hadir setiap kami berkomunikasi. Aku bahkan tak tahu sampai kapan dia akan terus betah bertukar pesan denganku sampai akhirnya ia bosan nantinya. Aku mohon, jangan bosan dulu. Aku tak pernah tahu apakah kami akan bertemu lagi setelah ini. Aku tak pernah tahu kapan dia akan berhenti membalas pesanku. Aku sedikit takut.
Aku harap kami akan terus bertukar pesan, namun aku tahu suatu hari nanti, yang entah kapan tetapi pasti, dia akan berhenti mengirimkan ku pesan. Akan berhenti memberi kabar kepadaku. Dia juga akan menghapus nomor whatsapp ku juga. Aku yakin sekali. Jadi, aku hanya ingin menikmati hari-hari dimana aku akrab dan mengenalnya saat ini. Mengenalnya terasa begitu menyenangkan. Membuatku selalu menunggu pesan darinya. Menunggu cerita-cerita kesehariannya, atau obrolan santai kami yang selalu membuatku tersenyum. Sungguh, Andra hanya begitu sempurna.
Satya Alfiandra Wijaya. Semua tentangnya semakin menarik bagiku. Semakin membuatku ingin tahu lebih banyak dan lebih banyak lagi. Aku ingin mengenalnya lebih lama. Bertukar pesan dengannya sepuas mungkin sampai suatu hari nanti dia bosan. Hingga nanti kami menjadi asing.
Aku sadar posisiku. Aku sadar diri. Dia hanya ramah. Dia hanya baik. Dia ramah ke semua orang, dan aku salah satunya. Memangnya apa sih yang ku harapkan? Pacaran? Tidak. Tidak ada kata pacaran di dalam kamus hidupku dan selama-lamanya akan terus begitu. Aku bahkan tak berani berkhayal jika Andra tertarik kepadaku. Itu tidak mungkin. Kemustahilan yang nyata sekali. Sungguh tidak mungkin. Aku malu sekali.
Hanya karena bertemu sekali dengannya dan dia baik kepadaku malah membuatku menuntut lebih darinya. Padahal Tuhan sudah sangat baik memberikanku kesempatan mengenal Andra. Andra hanya begitu sempurna bagiku.
Andra. Terimakasih sudah mau mengenalku. Semua tentangmu begitu menyenangkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments