15. Preman

Bastian menggantungkan kalimatnya saat Catherine kembali menatapnya untuk menunggu kelanjutannya.

“Lepas kacamatamu.”

Catherine menatap bingung ke arah Bastian, perintah macam apa itu?

Sebab Catherine tak kunjung melakukan permintaannya, Bastian yang tidak sabaran akhirnya kembali mendekatkan wajahnya. Kini lebih dekat bahkan pelipis mereka nyaris bersentuhan.

“Kau terlalu dekat,” ujar Catherine kemudian berniat mendorong Bastian menjauh saat pria itu kembali mengeluarkan suaranya.

“Ini baru perintah yang pertama tetapi kau sudah akan menolaknya.”

“Aku tidak bisa melihat tanpa kacamata,” ujar Catherine menolak perintah Bastian itu.

Bastian mengangkat alis kanannya sebelum tersenyum penuh arti, “Aku tahu kau tidak memiliki minus.”

Catherine tentu saja sangat kaget, dari mana Bastian mengetahui hal itu?

Catherine selama ini sengaja memakai kacamata agar dia tidak banyak berinteraksi dengan orang-orang dan agar dia kelihatan culun saja.

Tangan Catherine kemudian perlahan naik ke atas sembari meraih gagang kacamatanya itu.

“Sayang sekali mata indah seperti ini harus ditutupi,” ujar Bastian membuat gerakan tangan Catherine terhenti, wanita itu mengurungkan niat untuk melepaskan kacamatanya itu.

Dan diluar dugaan Bastian tiba-tiba mengikis jarak diantara wajah mereka dan mencium pipinya sekali. Catherine benar-benar bisa merasakan bibir Bastian yang menyentuh pipinya itu. Teramat cepat, dalam sekali kedipan mata pria itu sudah kembali menjauhkan wajahnya.

Bastian yang melihat Catherine duduk mematung dengan ekspresi kakunya itu hanya bisa terkekeh kecil.

“Entah siapa yang mengajarimu, tetapi tampaknya kau sudah tahu arti sebenarnya dari friends with benefit,” ujar Bastian lagi yang membuat Catherine mati kutu.

Bastian sekaan bisa membaca isi pikiran Catherine membuat wanita itu merinding. Pikirannya benar-benar kosong sekarang.

Berarti saat Bastian menawari taruhan itu kepada Catherine, dia tahu bahwa Catherine tidak mengerti arti dibalik kata itu dan Bastian malahan memanfaatkan kebodohannya itu. Sekarang setelah Bastian menang, dia malah bertindak semena-mena seperti ini.

Dasar licik.

“Dan asal kau tahu, ini baru tahapan pertama Catherine.”

Catherine yang mendengar hal itu langsung bangkit berdiri. Entah kenapa ia tiba-tiba merasakan sinyal bahaya muncul dalam otak cerdasnya itu yang menyuruhnya untuk segera kabur dari sana. Catherine segera meraih tasnya dan berlari keluar dari kelas meninggalkan Bastian sendirian disana.

Catherine belajar keluar dari kelas hendak menuju gedung asrama perempuan yang terletak tidak jauh dari gedung kampus sebelum ada seorang pria berotot yang tampak berdiri garang dengan banyak tato yang menjalar di sekujur tubuhnya, diikuti kumis dan janggutnya kemudian seakan mengedarkan pandangannya untuk mencari seseorang.

Bahkan sudah banyak mahasiswa yang lewat disana akhirnya menghentikan langkah sebentar untuk melihat ke orang itu.

Catherine yang menyadari pria bertato yang mirip preman itu akhirnya mengisyaratkan pria itu melalui tatapannya dan mengarahkan dagunya ke arah area luar kampus untuk mengajaknya berbicara disana.

Bastian yang dibelakang tentu saja mengejar Catherine namun dia kebetulan melihat Catherine tengah berbicara dengan seorang preman di depan sana. Bastian tidak tahu mereka terlibat obrolan apa, tetapi tampaknya cukup serius terlihat dari ekspresi keduanya.

Tiba-tiba sebuah pertanyaan melintas dalam otaknya, apakah Catherine meminjam duit kepada preman demi membayar hutangnya itu>

Akhirnya Bastian menghampiri mereka dengan langkah cepatnya, kemudian ketika sampai Bastian langsung menarik tangan Catherine dan menuntun wanita itu untuk berdiri di belakang tubuhnya dengan Bastian yang kini berdiri berhadapan dengan preman itu.

Preman itu yang menyadari kehadiran Bastian langsung menunduk sekali, ekspresinya menampilkan ketakutan dan rasa segan sebab nyatanya Bastian mengenal betul preman itu.

Sepertinya urusan preman itu dan Catherine sudah selesai, sebab setelah kedatangan Catherine, preman itu sudah pamit pergi.

Bastian akhirnya berbalik untuk menatap Catherine, “Siapa dia?” tanya Bastian kepada Catherine.

“Seorang preman,” jawab Catherine seperti biasanya, masih dengan nada ketusnya.

“Aku tidak bilang dia seorang badut jalanan Catherine.”

“Memangnya dia terlihat seperti badut?” tanya Catherine lagi dengan polosnya membuat Bastian ingin mencubit pipi wanita itu gemas.

“Maksudku apa hubungan kalian?” tanya Bastian lagi, berusaha sabar ketika berbicara dengan Catherine.

“Bukan urusanku,” jawab Catherine seperti biasanya, masih dengan nada ketusnya itu.

“Sekarang urusanku karena aku sudah bertemu dengannya,” balas Bastian tidak mau kalah.

Catherine mendengus sekali, “Aku membayar mereka.”

Sekarang giliran Bastian yang menyatukan alisnya bingung, untuk apa Catherine berhubungan dengan preman seperti itu? Bastian tahu preman itu karena mereka pernah terlibat masalah, lebih tepatnya preman itu bermasalah dengan Richard dan akhirnya Bastian dan Lotus juga jadi ikut terlibat.

“Untuk?”

“Mencari ayahku,” jawab Catherine dan ekspresi wanita itu langsung berubah murung dan sedih.

“Ayahmu hilang?” tanya Bastian, kini dengan nada yang lebih hati-hati.

“Kita tidak sedekat itu untuk saling berbagi informasi mengenai kehidupan kita seperti ini bukan Bastian?” tanya Catherine kemudian berjalan pergi dari sana, lagi-lagi meninggalkan Bastian sendirian.

Bastian hanya menatap punggung Catherine yang kian menjauh itu.

Awalnya Bastian mengira Bastian adalah mahasiswi pendiam, kutu buku yang polos dan dunianya hanya berputar dalam dunia bukunya itu. Tetapi setelah makin mengenal Catherine, semakin banyak sisi dalam dirinya yang membaut Bastian kian tertarik.

Semakin lama mengenalnya, Bastian semakin penasaran dengan Catherine.

Bastian ingin tahu semuanya.

 

Catherine sekarang sudah berada di dalam kamar asramanya. Catherine mengambil ponselnya kemudian memeriksa pesan terakhir dari tante Viola. Ia kembali menatap alamat yang diberikan oleh tante Viola itu.

Catherine tahu bahwa tempat itu adalah sebuah kelab malam dimana pekerjaan yang tante Viola tawarkan juga adalah menjadi seorang pelayan minuman disana. Tetapi Catherine bukanlah wanita yang bodoh, jika bekerja disana maka dia juga harus siap dengan segala interaksi di dalam sana.

Tidak menutup kemungkinan dia akan berhadapan dengan bau rokok serta alkohol serta kejadian-kejadian yang mungkin akan terjadi di luar kendalinya.

Tetapi gaji yang ditawarkan juga menggiurkan, padahal hanya mengantarkan minuman tetapi gaji pekerjaan itu tiga kali lipat lebih besar dengan lowongan yang Catherine lihat pagi ini yaitu bekerja sebagai kasir di sebuah kafe dekat kampus.

Catherine menatap alamat itu untuk terakhir kalinya sebelum memutuskan untuk bangkit dari kasurnya dan segera berganti pakaian.

Catherine memesan taksi online untuk pergi ke sana dan ketika turun dari taksi itu, Catherine sudah bisa mendengar dentuman musik yang cukup keras berasal dari dalam kelab malam itu.

Catherine menarik napas sekali sebelum akhirnya masuk ke dalam kelab malam itu. Ia kemudian dituntun ke sebuah ruangan dimana ada seorang wanita dengan usia yang berpaut belasan tahun lebuh tua darinya. Wanita itu memakai lipstik merah yang menyala kuat, kemudian rambut bergelombangnya diikuti dress ketatnya yang membela dadanya dengan berani.

Terpopuler

Comments

Chung Chung

Chung Chung

Up

2025-03-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!