Catherine menarik napas sekali sebelum masuk ke dalam ruangan 101 itu. Mirip semacam ruangan santai dimana didalamnya terdapat beberapa sofa besar yang mengepung sebuah meja yang sudah penuh dengan berbagai macam botol alkohol, gelas-gelas kaca kemudian asbak rokok dan jangan lupakan kunci mobil mewah mereka lengkap dengan dompet mereka di atas meja.
Begitu Catherine masuk, ia langsung merasa mual. Ruangan itu terukti sangat pengap walaupun ada pendingin udara didalamnya, apalagi asap rokok yang terus mengepul di seluruh ruangan membuat Catherine berpikir bahwa keputusannya untuk memakai masker adalah hal yang baik.
Terdapat dua pria dengan pakaian khas kantor di dalam sana, tengah duduk di atas sofa dimana masing-masing diantara mereka ditemani oleh seorang wanita cantik yang duduk di samping mereka.
Catherine hanya sibuk menundukkan kepalanya tanpa berniat untuk melihat pemandangan itu lebih lama lagi dan hanya fokus untuk cepat-cepat menyelesaikan pekerjaannya saja. Itu adalah pertama kali Catherine memasuki dunia yang terasa begitu asing baginya itu. Catherine merasa tersesat, merasa muak dan merasa jijik terhadap dirinya sendiri karena sudah masuk ke dalam tempat seperti itu.
Semua karena kebodohannya yang bisa ditipu oleh tante Viola.
Catherine kemudian dengan susah payah berjongkok sembari meletakkan nampannya ke atas meja itu dan mulai meletakkan gelas minuman yang para tamu itu pesan ke atas meja.
Tanpa Catherine sadari, salah satu dari pria yang sedang duduk itu menatap Catherine dengan cukup lama. Anehnya, kehadiran Catherine yang datang menggunakan masker, kemudian ekspresi tidak nyamannya yang tercetak jelas dibalik masker itu dan bagaimana wanita itu yang terus menarik rok pendeknya itu ke bawah menggunakan tangannya berhasil menarik perhatiannya.
Awalnya samar-samar Catherine masih dapat mendengar obrolan para pria itu adalah membicarakan bisnis mereka yang bahkan tidak Catherine mengerti itu. Tetapi tiba-tiba salah satu dari mereka, tepatnya pria yang sedang memegang batang rokok itu kini secara terang-terangan menatap ke arah Catherine membuat wanita yang duduk disampingnya itu tampak berakhir diabaikan.
“Leo, fokuslah kepadaku,” pinta wanita itu dengan suara manjanya, tangannya kemudian terangkat dan mengelus pipi pria itu pelan untuk mengalihkan fokusnya.
Namun bukannya menarik kembali fokusnya dari sana, pria itu kini malah turut mengeluarkan suaranya untuk Catherine.
“Apakah kau tidak tahan dengan asap rokok?” tanya Leo sembari tidak melepaskan tatapannya barang sedetikpun dari Catherine.
Wanita disampingnya itu akhirnya menjauhkan tangannya dari pipi Leo kemudian melipat tangannya secara kesal karena merasa diabaikan.
Catherine yang tidak tahu-menahu bahwa ia sedang diajak bicara berakhir hanya berdiam diri saja. Catherine masih sibuk merapikan meja yang berantakan itu, kemudian mengambil gelas kosong yang ada disana sebelum bangkit berdiri.
Leo yang merasa diabaikan itu akhirnya mulai kesal.
“Hei pelayan, aku berbicara denganmu,” ujar Leo dengan sedikit meninggikan suaranya membaut semua orang berakhir menatap Catherine sekarang.
Catherine mengerjap beberapa kali, Catherine yang sedari tadi menunduk ke bawah refleks langsung mendongakkan kepalanya dan menatap ke arah Leo.
“Kenapa kau memakai masker?” tanya Leo yang mengganti pertanyannya itu.
“Maaf tuan, saya sedang flu jadi saya takut menularkannya kepada anda,” ujar Catherine kemudian menunduk sekali sebagai bentuk hormatnya.
Leo tampak menangguk pelan diikuti Catherine yang pamit permisi untuk pergi dari sana.
Namun saat Catherine berbalik badan dan hendak berjalan, tiba-tiba wanita yang tadinya duduk di samping Leo itu tiba-tiba menjulurkan kakinya untuk menyandung kaki Catherine.
Catherine yang awalnya tidak begitu terbiasa menggunakan hak tinggi, bahkan itu pertama kalinya ia memakai sepatu hak tinggi seperti itu sehingga terkadang Catherine harus berjalan dengan memegang dinding yang ada disampingnya.
Catherine hampri saja jatuh kalau saja dia tidak berpegangan dengan pintu tetapi nampan yang ia bawah harus terjatuh berikut dengan gelas-gelas kosong yang jatuh ke lantai dan pecah menjadi beberapa keping.
Catherine menatap kaget dengan kejadian barusan, ia benar-benar tidak menyangka bahwa wanita itu dengan sengaja menyandungnya hingga jatuh seperti ini.
Catherine akhirnya berbalik kemudian melemparkan tatapan tajamnya ke arah wanita itu.
“Wow, kau lihat tatapannya itu. Tajam seperti pisau,” ujar wanita itu lagi dengan nada bicaranya yang terkesan merendahkan Catherine.
“Makanya lain kali perhatikan langkahmu itu,” lanjut wanita itu lagi sembari tertawa mengejek.
“Kau yang melakukannya,” ujar Catherine dengan nada pelannya, tidak ada raut emosi yang ditampilkan. Catherine begitu tenang dan tidak terlihat takut dalam meladeni wanita menyebalkan didepannya itu.
“Kau menyalahkanku?” tanay wanita itu tidak terima, apalagi setelah melihat sikap Catherine yang tidak memancarkan aura ketakutan sama sekali membuatnya semakin kesal saja.
Catherine tidak akan takut dengan orang-orang seperti itu. Lagian ia sendiri juga tidak salah disana dan orang-orang seperti mereka hanya bisa menindas kaum lemah untuk kesenangan mereka.
Catherine masih menatap wanita itu sebelum akhirnya menunduk sekali untuk meminta maaf. Sebaiknya di hari pertamanya bekerja, Catherine tidak boleh mencari masalah.
“Bersihkan,” ujar Leo tiba-tiba membaut ssemua orang menatap ke arahnya.
Wanita yang duduk disampingnya itu tersenyum miring, “Iya, bersihkan itu dasar pelayan ceroboh,” ujar wanita itu lagi dengan nadan memerintahnya kepada Catherine.
Leo kemudian menatap wanita di sampingnya itu, “Maksudku kau, kau yang kutip,” ujar Leo dengan nada seriusnya kepada wanita itu.
Wanita yang duduk disampingnya itu tentu saja terkejut bercampur malu.
“Tapi Leo…”
“Kau kubayar untuk menemaniku dan menuruti perintahku,” ujar Leo lagi yang tak terbantahkan.
Wanita itu akhirnya tidak dapat berkutik lagi, ia bangkit dari duduknya kemudian berjongkok dan mulai mengutip pecahan beling kaca yang berserakan di atas lantai itu.
Catherine akhirnya menatap ke arah Leo dengan tatapan bingungnya, apa pria itu sedang mencoba untuk menolongnya? Tetapi kenapa?
“Tidak ada kata terima kasih untukku? Aku sudah membantumu membersihkan kekacauan ini,” ujar Leo sembari mengedipkan matanya sekali ke arah Catherine.
Catherine mengigit bibirnya kuat di balik maskernya itu sebelum membuka mulutnya dan berujar, “Terima…”
Namun kalimatnya itu langsung dipotong oleh Leo, “Buka maskermu, aku ingin melihat wajahmu,” perintah Leo lagi membaut Catherine refleks mengambil satu langkah mundur.
Catherine menggeleng kemudian memutuskan kontak mata mereka sembari kembali menunduk.
Nyatanya interaksi mereka itu menjadi tontonan menarik di ruangan itu.
“Duduk disampingku,” perintah Leo lagi membuat Catherine terkejut dengan permintaan pria itu.
Catherine lagi-lagi menggeleng, tugasnya disana hanyalah mengantarkan minuman, bukan menemani para tamu untuk minum.
“Seorang Leo ditolak,” ujar pria lain yang sedang bersama Leo sejak tadi di ruangan itu.
Ejekan itu entah kenapa membuat harga diri Leo terluka, terlebih lagi sekarang pelayan yang bahkan ia tidak tahu namanya itu menolak untuk duduk disampingnya bahkan terlihat menghindarinya.
“Hei, kau hanya pekerja disini. Sudah seharusnya kau menuruti perintah para tamu dan melayani mereka bagaikan raja,” ujar wanita yang sudah selesai membersihkan pecahan kaca itu sebelum meletakannya secara kasar ke atas meja.
Catherine memejamkan kedua matanya dengan rapat sekali sebelum menarik napas yang cukup panjang. Tetapi sayangnya kesabaran dan kemurahan Catherine sudah habis. Catherine sudah berusaha bersikap sopan dengan mereka di awal, bahkan meminta maaf terhadap kesalahan yang bukan ia perbuat. Namun tampaknya Catherine tetap saja dipandang rendah oleh mereka.
Jika sudah seperti ini, Catherine tidak mungkin membiarkan dirinya diinjak-injak seperti ini lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments