13. Teman Tidur

Catherine benar-benar terus kepikiran dengan taruhan Bastian itu. Catherine penasaran dengan arti dari istilah yang disebut oleh Bastian tadi.

Catherine membuka pintu asramanya dengan helaan napas beratnya dan dia menemukan Poppy sedang tiduran di kasurnya sedangkan Jessica entah pergi kemana.

Catherine meletakkan tasnya ke atas meja belajarnya sebelum menghampiri Poppy dan duduk di pinggiran kasur wanita itu.

Poppy yang sedang bermain ponsel akhirnya mengalihkan perhatiannya ke Catherine ketika mendapati wanita itu menghampirinya dengan raut capeknya itu.

“Catherine? Akhirnya kau pulang juga. Ada banyak hal yang ingin kutanyakan kepadamu,” ujar Poppy dengan nada riang khasnya itu.

“Ada hal yang ingin kutanyakan kepadamu juga,” balas Catherine. Mengingat temannya terbatas hanya Poppy dan Jessica, Catherine hanya bisa bertanya kepada Poppy teman sekamarnya itu sebab dengan Jessica rasanya wanita itu susah untuk diajak berdiskusi.

“Sebenarnya apa hubunganmu dengan Bastian? Kenapa kalian begitu dekat? Bahkan kalian duduk bersama tadi, lain kali kenalin aku juga dong,” tanya Poppy beruntun yang sudah bis Catherine tebak apa yang ingin Poppy utarakan kepadanya itu.

Belakangan ini Bastian benar-benar memenuhi topik pembicaraan mereka berdua.

Catherine menggeleng, seakan tidak setuju dengan kalimat Catherine itu.

“Lebih baik jangan, bisa kusimpulkan dia orang yang menyebalkan.”

Bukannya tersinggung karena Catherine cenderung menghina idolanya itu, Poppy malah menangguk seolah ikut setuju dengan pernyataan Catherine.

“Dia mungkin sedikit menyebalkan dan jahil, tetapi tidak apa-apa. Yang penting dia tampan.” Ujar Poppy lagi kemudian tersenyum lebar seolah tengah membayangkan wajah tampan Bastian sekarang.

Catherine yang tercengang mendengar kalimat Poppy itu hanya bisa menoyor kepala wanita itu pelan karena gemas.

“Kumohon sadarlah,” ujar Catherine ketika melihat Poppy yang senyum sendiri seperti orang gila sekarang.

“Aku hanya mengidolakan wajah tampannya itu dan menanggapnya sebagai penyemangat untukku pergi kuliah. Dan memangnya apa kau menanggap Bastian tidak tampan? Kalau iya maka sepertinya kau sudah terlalu banyak belajar Catherine, kusarankan kau mengambil jeda dan mulailah melihat ke dunai sekitarmu ini,” cecar Poppy panjang lebar seakan menasehati Catherine.

Catherine membenarkan letak kacamata yang bertengger pada wajahnya itu sebelum berujar dengan anda yang sangat pelan.

“Sedikit.”

“Apanya?”

Catherine mendongak dan menatap ke arah Poppy, “Kuakui dia tampan,” ujar Catherine jujur.

“Nah benar kan, kau juga setuju denganku,” ujar Poppy sembari tersenyum penuh kemenangan.

“Ah lupakan itu, ada yang ingin kutanyakan kepadamu.”

“Tentang hal apa?”

Catherine terdiam sejenak tampak berpikir sebelum menarik napas sekali dan bertanya, “Apa kau tahu istilah friends with benefit?”

Poppy yang seketika mendengar Catherine menyebutkan istilah itu, matanya langsung membelalak lebar dengan mulutnya yang terbuka. Poppy shock dengan apa yang barusan ia dengar itu. Lantas Poppy langsung menggeser duduknya mendekat ke arah Catherine sembari meraih bahu wanita itu dan mengarahkannya agar mereka dapat duduk berhadapan sekarang.

“Darimana kau belajar istilah itu? Seorang kutu buku sepertimu sudah tahu hal begituan ya ternyata?” tanya Poppy masih dengan raut kagetnya.

Catherine hanya menatap dengan tatapan bingungnya saat melihat reaksi Poppy yang seperti itu.

“Kenapa? Memangnya artinya itu apa?”

Poppy mencengkram kedua bahu Catherine sembari memberikan tatapan seriusnya ke arah Catherine sembari berujar, “Itu adalah teman dalam hubungan yang lebih intens,” ujar Poppy mulai menjelaskan.

Catherine menautkan alisnya, “Maksudnya? Jelaskan secara rinci,” pintanya lagi.

Mendadak Poppy mendekatkan wajahnya pada telinga Catherine sebelum mengedarkan pandangannya ke sekitar kamar, seolah memastikan tidak ada orang disana padahal nyatanya kamar mereka memang hanya ada mereka berdua.

Catherine dapat melihat rona merah pada pipi Poppy saat wanita itu hendak menjelaskannya kepada Catherine yang semakin memancing kegugupan Catherine untuk mendengarkan penjelasan wanita itu selanjutnya.

Poppy mendekatkan bibirnya pada telinga Catherine kemudian berbisik dengan pelan. Sangat pelan.

Kalau ditanya darimana Poppy tahu hal seperti itu, jawabannya adalah karena ia sering membaca novel dengan tema seperti itu.

“Itu artinya adalah teman tapi saling berciuman, teman tapi saling berbagi ranjang yang sama, teman tapi saling memuaskan hasrat satu sama lain…”

Catherine yang mendengar penjelasan Poppy itu matanya langsung membulat sempurna saat jantungnya mendadak berdegup dengan cepat. Sontak Catherine langsung menjauhkan diri dari Poppy membuat penjelasan Poppy itu menjadi terhenti.

“Tidak mungkin, tidak mungkin ada teman yang begitu,” teriak Catherine shock dengan nada bicaranya yang meninggi.

“Memang itu artinya Catherine.”

“Tidak,” Catherine menggeleng pelan, seolah tidak percaya dengan pendengarannya barusan itu.

Poppy yang melihat reaksi keterkejutan Catherine itu bisa menyimpulkan bahwa Catherine baru mengetahui istilah itu hari ini.

“Ngomong-ngomong dari siapa kau tahu istilah itu? Atau mungkin dari sebuah buku?” tanya Poppy lagi penasaran.

Sedangkan Catherine hanya diam.

Poppy tiba-tiba tangan Poppy terarah untuk menutupi mulutnya yang terbuka lebar sebab terkejut dengan kesimpulan dalam otaknya yang baru ia ambil itu.

“Jangan-jangan…”

“Bukan dari Bastian!” teriak Catherine langsung memotong kalimat Poppy membuat Poppy semakin kaget.

“Aku bahkan belum menyebut namanya, namun kau sendiri yang mengatakannya sekarang,” ujar Poppy seolah dengan mudah menangkap basah Catherine yang tidak pandai mengontrol emosinya itu.

Sial, Catherine terjebak.

Sedangkan kini Poppy sudah tersenyum dengan penuh arti.

“Apa Bastian…”

Catherine menggeleng sembari membekap mulut poppy agar wanita itu tidak lagi melanjutkan kalimatnya. Otak Catherine langsung berpikir keras untuk mencari alasan yang lain.

“Bukan aku, tapi Bastian… aku mendengarnya berbicara dengan orang lain saat itu,” ujar Catherine menjelaskan lagi.

Popy menepuk tangan Catherine kemudian, mengisyaratkan wanita itu untuk melepaskan bekapan mulutnya.

“Maksudnya?”

“Aku menguping pembicaraannya dengan seorang wanita di kampus.”

Poppy kembali histeris, sepertinya wanita itu percaya dengan kebohongan Catherine itu.

“Kau serius?”

“Serius,” jawab Catherine kemudian terdiam untuk waktu yang cukup lama. Tiba-tiba dia merasa tidak enak hati hati karena sudah berbohong dengan Poppy.

Poppy langsung memegang dadanya kemudian berlagak layaknya orang yang sedang patah hati.

“Bastianku…aku tidak rela. Tetapi dilihat dari kehidupan bebasnya selama ini, itu pasti hal yang biasa baginya,” ujar Poppy.

Kini giliran Catherine yang kepikiran, apakah Catherine bukan satu-satunya korban? Apakah ada korban lain lagi?

Dan yang paling mengusik pikirannya saat ini adalah, apakah Catherine sudah melakukan kesalahan dengan menerima taruhan itu?

Tetapi Catherine yakin nilai Bastian tidak akan lebih tinggi darinya. Iya, setidaknya Catherine harus percaya ia bisa menang taruhan itu dari Bastian. Masih ada harapan.

Tiba-tiba ponsel Catherine bergetar sekali membaut percakapan mereka harus terhenti.

Catherine ijin kepada Poppy untuk mengangkat panggilannya itu. Catherine kelaur dari kamar asramanya dan mengangkat panggilan itu di lorong asrama mereka.

Itu adalah semua nomor asing yang Catherine kenal betul pemiliknya.

“Apa kau sudah menemukannya?” tanya Catherine begitu panggilan mereka terhubung.

“Belum.”

Mendengar jawaban itu Catherine hanya menghela napas berat, sebelum akhirnya mematikan panggilan itu secara sepihak.

 

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!