2. Ciuman Panas

Bastian adalah seseorang yang terampil dalam memanfaatkan pesona dalam dirinya untuk menghipnotis orang-orang untuk tunduk padanya. Pebawaan pria itu selalu terasa kuat dan tangguh disaat yang bersamaan.

Namun Catherine juga bukan lawan yang lemah untuknya, dia bukan tipe wanita yang akan secara sukarela membiarkan Bastian mengambil ahli pertahanan dirinya. Catherine tidak akan m Bastian untuk mengontrol diirnya secara sesuka hati seperti ini.

Untuk sejenak Catherine hampir terbuai dalam permainan pria itu namun kewarasannya masih tertanam kuat dalam dirinya saat ia mendorong kuat dada pria itu.

Bastian akhirnya melepaskan ciuman panjang mereka disusul deru napas keduanya yang terdengar begitu sensual dan liar. Bastian berakhir menjilat sudut bibirnya yang lembap itu sembari menghujam lurus kedua manik milik Catherine.

“Kau sedang dipenuhi oleh emosimu. Dan aku sedang tidak mood jadi pergilah dari hadapanku sekarang Bas,” ujar Catherine kemudian memutuskan kontak mata mereka sembari berusaha meredam amarahnya yang memuncak karena tindakan kurang ajar pria itu barusan.

Sejujurnya Catherine tahu alasan dibalik aksi Bastian yang bertingkah diluar kendalinya itu. Pasti karena Catherine tidak mematuhi perintah pria itu dengan pergi ke tempat yang seharusnya dia tidak pergi.

Tetapi Catherine terlanjur penasaran, sebenarnya Bastian selama ini itu hidup dalam dunia yang seperti apa.

“Jangan kesana lagi,” ujar Bastian dengan nada bicaranya yang berubah serius.

Kalimat itu berhasil memancing Catherine untuk kembali mendongakkan kepalanya ke atas, membuat tatapan mereka kembali bertemu.

“Kenapa tidak boleh?” tanya Catherine balik dengan nada menantangnya.

Berbeda dari deretan wanita lain yang dekat dengan Bastian, Catherine bukanlah tipe wanita penurut yang selalu tunduk pada seua perintah pria itu hanya karena sentuhan dan pesonanya yang liar itu.

Bastian memanglah seorang pemain handal, tetapi jika dalam urusan menjadi wanita pembangkang yang suka melanggar semua aturan yang telah ditetapkan Bastian dalam hubungan mereka, itu adalah keahlian Catherine.

Sebagaimana Bastian yang merubah Catherine dari wanita polos yang pemalu menjadi wanita liar yang tidak kenal aturan.

Semua itu karena Bastian.

Bastian yang mengajarinya semua hal gila itu kepadanya.

Bastian mengacak rambutnya sekali, tampak frustasi menghadapi Catherine.

“Catherine, kumohon sekali saja kau mematuhi ucapanku ini,” ujar Bastian yang kesal dengan wanita didepannya itu yang cenderung selalu membangkang dan keras kepala.

“Itu adalah tempat umum,” balas Catherine lagi tidak mau kalah.

“Itu adalah tempatku dan aku melarangmu masuk,” ujar Bastian langsung dengan nada tegasnya membuat Catherine diam untuk sesaat.

“Tapi…”

Catherine sudah siap untuk kembali melontarkan kalimat penolakannya sebelum tangan Bastian terangkat kemudian secara perlahan mengusap sudut bibir Catherine dengan sangat pelan dan lembut membuat Catherine menahan napasnya sekali.

“Melihatmu bersama pria lain seperti itu rasanya membuatku gila Cat,”ujar Bastian dengan nada putus asanya.

Catherine menatap Bastian sebelum mengeluarkan dengusan kecilnya, “Kau cemburu?” tanya Catherine lagi-lagi dengan nada bicaranya yang tidak sopan itu, cenderung memberikan kesan merendahkan seolah wanita itu benar-benar tidak takut dengan Bastian.

Disaat wanita-wanita lain sibuk mengangkat ego Bastian secara tinggi, Catherine malah dengan mudahnya menginjak-injak harga dirinya itu.

“Bahkan sekarang aku terpikir untuk berc*nta denganmu disini. Sekarang juga,” ujar Bastian dengan nada bicaranya yang berubah rendah dan terkesan serak membuat Catherine berdigik ngeri.

Mati-matian ia berusaha tidak terpengaruh dengan sikap Bastian itu, sebab Catherine tahu, sekalinya ia tenggelam dalam dunia Bastian, maka tidak akan ada jalan kembali lagi.

Catherine kemudian mengedarkan pandangannya ke sekeliling, dimana tempat mereka berdiri adalah sebuah lorong sempit yang hanya muat dengan dua tubuh orang dewasa, itupun harus berdiri berdempetan seperti yang mereka lakukan sekarang itu.

Gelap dan kotor.

“Apa kau lebih senang dengan pria itu? Setelah aku mengajarimu semua hal nakal itu, sekarang kau ingin melakukannya dengan orang lain? Itu tidak adil Catherine,” ujar Bastian dengan nada frustasinya.

Catherine menatap kedua manik Bastian sebelum menautkan alisnya.

“Apa yang kau bicarakan, aku tidak mengerti. Kemudian ingatlah Bastian, taruhan kita itu hanya berjalan jika kedua belah pihak menginginkannya dan sekarang aku secara jelas menolakmu, tetapi kau melanggarnya. Kau seorang pria yang tidak bisa menepati janjimu Bastian. Jadi kuanggap taruhan itu sudah berakhir sekarang,” jelas Catherine lagi menyampaikan kekecewaannya.

Kalimat Catherine itu berhasil membangkitkan amarah Bastian lagi. Bastian kembali mengikis jarak diantara keduanya saat sekali lagi Bastian sedikit menunduk kemudian mendaratkan bibirnya pada leher jenjang milik Catherine, menjilatnya dan mengigitinya sekali.

Catherine mengerang, tampak mengatupkan bibirnya secara susah payah guna menahan desahannya yang hampir keluar itu.

Tangan Catherine sontak mendarat secara cepat pada kedua bahu lebar Bastian kemudian mencengkramnya kuat saat tangan Bastian secara cepat menyibak ujung pakaiannya kemudian menyusup masuk dan mulai meraba perut ratanya hingga naik ke area dadanya yang masih dibungkus bra-nya itu sebelum meremasnya.

“Kubilang aku…sedang tidak mood Bas,” peringat Catherine lagi kepada Bastian dengan susah payah, suaranya berubah berat dengan deru napasnya yang mulai kembali tidak beraturan.

Namun Bastian tampaknya tidak mau mendengarkan perintah Catherine atau lebih tepatnya tidak perduli, Bastian terus menciumi leher jenjang Catherine membuat Catherine semakin meremas bahu pria itu kuat-kuat.

Catherine tidak suka dipaksa. Walaupun kedekatan dan kontak fisik diantara keduanya itu sudah sering mereka lakukan, tetapi mereka selalu melakukannya diatas ijin kedua belah pihak. Tidak hanya dari sepihak dan Catherine juga tidak suka Bastian yang melakukannya dalam keadaan emosi seperti ini.

Catherine yang sudah mulai kesal karena kalimatnya tidak didengarkan akhirnya menendang kuat betis pria itu membuat Bastian yang tidak menduga dengan tindakan Catherine itu akhirnya merintih sembari mengumpat sekali.

Tendangan itu cukup kuat, namun Bastian berhasil menahannya dan menanggap itu adalah pembalasan dari Catherine atas perilaku kurang ajarnya kepada wanita itu.

Bastian tahu bahwa yang ia lakukan sekarang itu adalah sebuah kesalahan besar. Tetapi Bastian tidak bisa berhenti, entah kenapa melihat Catherine yang berinteraksi dengan pria lain seperti itu membuatnya menggila.

Bastian terus menjelajahi leher jenjangnya dan meninggalkan bekas yang cukup banyak disana.

Catherine yang sudah tidak tahan akhirnya berakhir melayangkan tangannya dan menampar pipi Bastian.

“Ayo kita putus Bastian,” ujar Catherine serius.

Bastian tersenyum miring, “Putus? Sedari awal kita memang bukanlah sepasang kekasih Catherine.”

Catherine masih menatap Bastian lekat-lekat sembari tangannya bergerak menutupi area lehernya yang nyatanya sudah Bastian nikmati secara keseluruhan itu.

“Dan kuharap kita benar-benar menjadi orang asing sehabis ini.”

Bastian menaikkan alis kanannya tampak menatap penuh ketertarikan, “Permintaanmu itu mustahil untuk kukabulkan Catherine.”

“Kenapa?”

Pria tampan ini kemudian tersenyum sekali sebelum berujar dengan nada rendahnya yang penuh sensual.

“Sebab milikku ini selalu bangun ketika bersamamu, sayang.”

Sebenarnya bagaimana awal mulanya? Kenapa hubungan mereka bisa berakhir menjadi serumit ini?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!