Bastian berjalan lurus menyusuri lorong kampus itu sebelum akhirnya mempercepat langkahnya saat maniknya mendapati siluet tubuh seseorang yang dia kenali itu. Tatapannya tertuju pada seorang wanita yang berjalan menunduk sembari memegang segelas kopi di tangan kanannya.
Seperti kebiasaannya, Catherine akan pergi membeli kopi di kafe yang dekat dengan area kampus kemudian menggunakan minuman kopi itu sebagai alat berperangnya untuk melawan kantuk saat belajar di perpustakaan nanti.
Rutinitasnya hanya berputar antara belajar di kampus dan makan di area kantin. Catherine terkadang belajar sampai malam di perpustakaan kemudian kembali ke asrama untuk istirahat. Sebab untuk satu kamar asrama itu dihuni oleh empat orang termasuk dirinya, jadi sedikit sulit bagi Catherine untuk berkonsentrasi apalagi dia adalah tipe yang pendiam dan jarang ikut andil dalam pembicaraan.
Saat memastikan Catherine sudah berjalan mendekat ke arahnya, Bastian kembali mempercepat langkahnya ke arah wanita itu membuat kepala Catherine berakhir menabrak dada bidang milik Bastian diikuti minuman yang sedang dipegang oleh Catherine itu bergoyang.
Catherine nyaris hilang keseimbangan dan jatuh, mengingat keduanya berjalan cukup cepat dan tabrakan itu terjadi lumayan kuat. Namun Bastian segera meraih kedua bahu Catherine guna mencegahnya jatuh namun cengkraman tangan Catherine pada gelas kopinya itu berakhir melemah.
Tutup kopi itu teruka dan jatuh kebawah, berikut dengan isinya yang muncrat keluar dan mengenai kaos putih yang sedang dikenalan Bastian itu.
“Maaf.”
Itu adalah kata pertama yang keluar dari bibir Catherine, sekaligus sebagai obrolan pertama kali mereka dan Bastian akhirnya dapat mendengar suara wanita itu.
Bastian masih memperhatikan Catherine untuk beberapa saat. Catherine masih tampak shock dengan kejadian barusan, mulut wanita itu terbuka lebar tampak menyesali perbuatannya itu sembari matanya membulat saat menjatuhkan pandangannya pada kaos putih milik Bastian yang sudah kotor akibat tumpahan kopinya itu.
Kini kaos putih itu sudha memliki corak hitam mulai dari area perutnya turun hingga ke ujung kaosnya.
Benar-benar buruk, noda hitam dari kopi seperti itu pasti akan susah untuk dihilangkan.
Sebenarnya bukan masalah kopi yang menumpahi kaos seseorag, tetapi masalahnya adalah korban yang Catherine tabrak itu adalah Bastian.
Mencengangkan.
Catherine tahu Bastian adalah orang terpengaruh di kampusnya, jadi Catherine sendiri yang tidak suka dengan pusat perhatian orang-orang dan lebih suka menyendiri menjadi malas untuk berurusan dengan kaum mereka. Mereka jelas berbeda dari segi finansial dan penampilan, seakan Bastian adalah dari kelas atas dan Catherine adalah dari kelas bawah.
Catherine yang tidak tahu harus bereaksi bagaimana akhirnya melangkah pergi sebelum Bastian mencegatnya dengan mengambil satu langkah ke samping untuk menghalangi langkah wanita itu.
“Apakah kata maaf bisa membersihkan bajuku ini?” tanya Bastian dengan nada yang terdengar menjengkelkan bagi telinga Catherine.
Pria itu seolah menyalahkan kejadian ini sepenuhnya kepada Catherine padahal nyatanya Bastian juga salah disini. Siapa suruh pria itu tiba-tiba berjalan cepat di depannya?
Catherine akhirnya mendongakkan kepalanya ke atas membuat manik mereka bertemu untuk sesaat. Hanya sebentar sebelum Catherine lebih dulu memutuskannya.
Bastian dapat melihat sirat ketakutan dari sana.
Jujur, matanya indah. Bastian ingin melihatnya lagi lebih lama tetapi tampaknya Catherine mati-matian berusaha untuk menghindarinya. Dan rasanya Bastian ingin menyingkirkan kacamata kolotnya yang menghalangi mata indahnya itu.
Catherine terdiam sejenak sembari mengigit bibirnya, salah satu kebiasaannya ketika gugup sebelum ia berujar dnegan anda yang sangat pelan.
“Kau juga salah.”
Bastian yang mendengar hal itu tentu saja tidak menyangka bahwa Catherine akan dengan berani menyuarakan opininya seperti itu. Ternyata dia tidak selemah yang Bastian kira.
Mendengar reaksi wanita itu yang seperti ini, Bastian menjadi semakin tertarik.
“Sekarang kau menyalahkanku?” tanya Bastian, alis kanannya naik saat ia diam-diam kembali berharap bahawa wanita itu kembali mengangkat kepalanya ke atas agar manik mereka bisa bertemu lagi.
Bastian menunggu jawaban Catherine tetapi wanita itu hanya diam membuat hening menemani mereka berdua untuk beberapa saat.
“Kau harus bertanggung jawab nona,” lanjut Bastian lagi.
Catherine semakin gugup.
“Aku harus bagaimana?” tanya Catherine akhirnya.
Bastian tersenyum miring saat wanita itu sudah membalas perkataannya.
“Cuci.”
Saru kata yang keluar dari mulut Bastian itu berhasil membuat Catherine kembali menatapnya.
Catherine dapat merasakan kehadiran orang-orang disekitar mereka yang sudah kian ramai. Mereka cukup menjadi pusat perhatian kala itu, sebab sudah hukumnya kemanapun Bastian pergi pasti selalu ada mata yang tertuju kepadanya.
Ditambah sekarang pakaian pria itu kotor dan interaksinya dengan seorang wanita culun sepertinya, pasti orang-orang menjadi lebih tertarik lagi untuk tahu.
Catherine bahkan sudah bisa mendengar bisikan pelan yang terdengar menghina itu dilemparkan kepadanya. Tetapi Catherine berusaha menulikan pendengarannya. Toh, dia sudah biasa mendapatkan hinaan mengenai penampilannya yang buruk itu jadi Catherine sudah tidak terlalu memperdulikannya.
Saat Catherine kembali memfokuskan perhatiannya ke arah Bastian, pria itu secara mengejutkan tiba-tiba menarik ujung kaosnya ke atas kemudian dalam sekali tarikan ia melepas kaos yang melekat pada tubuh atasnya itu.
Catherine refleks menutup kedua matanya dnegan telapak tangannya. Jujur itu pertama kalinya Catherine melihat tubuh seorang pria seperti itu, apalagi dalam jarak yang begitu dekat. Catherine juga tidak menyangka Bastian akan melepaskannya begitu saja di depannya seperti ini.
“Apa yang kau lakukan?” Catherine yang masih kaget akhirnya melayangkan protesnya, kedua matanya masih terpejam rapat saat ia mendengar teriakan heboh dari sekitarnya.
Selama, sepertinya Bastian sudah berhasil membuat mereka berdua menjadi pusat perhatian kampus hari itu.
“Memberikan bajuku. Kau akan mencucinya kan?” tanya Bastian kembali dnegan nada bicaranya yang keleat santai, ia bahkan tidak perduli dengan belasan pasang mata yang sudah menatap secara terang-terangan ke arah mereka itu, lebih tepatnya ke arah tubuhnya yang terpampang jelas menjadi tontonan.
Perut kotak-kotaknya yang begitu menggoda itu benar-benar membuat para wanita disana susah payah untuk menahan teriakan mereka.
Catherine masih menutup rapat kedua matanya saat tangannya bergerak hendak meraih kaos milik Bastian dan segera kabur dari sana.
Sebenarnya itu adalah rencana awalnya, namun karena kedua matanya yang terpejam erat membaut Catherine kesusahan untuk menggapai kaos milik pria itu. Catherine terus menggerakkan tangannya tak menentu arah namun berakhir ia memegang sesuatu yang keras dan penuh dengan lekukan.
Bastian hanya menatap tindakan Catherine itu saat wanita itu secara tiba-tiba mendaratkan tangannya pada perut kotak-kotak Bastian dan mengelusnya pelan.
“Nona, apa kau berniat sekalian membersihkan tubuhku ini?” tanya Bastian kemudian meraih tangan Catherine dan mengenggamnya membuat gerakan wanita itu pada perutnya itu terhenti.
Nyatanya sentuhan Catherine yang terasa pelan dan polos itu membuat Bastian menahan napas.
“Aku sebenarnya dengan senang hati menerimanya, tetapi untuk sekarang aku akan memberikan kelonggaran untukmu. Kau bisa membersihkan kaosku ini saja,” ujar Bastian kemudian tersenyum kecil saat melihat Catherine dengan sigap menarik kembali tangannya.
Dan nahasnya wanita itu malah menggosokkan tangannya pada jaketnya membaut Bastian menatap sedikit kesal. Memangnya sekotor apa tubuh Bastian itu hingga wanit aitu terlihat jijik?
Setelah mendapatkan kaos milik Bastian, Catherine langsung mengenggamnya dengan erat dan segera berbalik kemudian berlari pergi dari sana.
Bastian yang melihat Catherine sudah berlari menjauh darinya akhirnya berteriak dengan cukup keras agar wanita itu masih bsia mendengarnya.
“Cuci yang bersih ya!”
Bastian masih menatapi punggung Catherine yang semakin menjauh darinya dan menghilang pada belokan tembok. Tanpa sadar Bastian tersenyum kecil akan interaksi mereka barusan itu.
Menggemaskan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments