Episode 18 - TUGAS GANDA YANG MENYENANGKAN Part 5

Tara baru saja menggandeng cowok dari kelas XIIIPA3. Cowok yang sebelumnya sudah dia telantarkan. Alasannya pun sama. Dia tidak betah berpacaran dengan cowok lebih dari satu minggu. Tara dan Haru, pacar barunya itu, sedang mengantri di depan kain berselambu hitam. Antriannya sangatlah panjang. Untuk menghilangkan rasa bosan, iseng-iseng dia membaca spanduk yang besar di atas kain berselambu hitam.

“Rumah hantu berdarah. Dengan bintang hantu bersejarah, Afika? What?!!” spontan Tara tertawa terbahak-bahak. Haru juga ikut tertawa. Hami berjalan membawa kotak untuk biaya masuk rumah hantu dan terhenti di barisan kedua, barisan Tara.

“Tar, uangnya?” Tara memasukkan uang sambil terus tertawa tanpa henti. Heru juga memasukkan uang di dalam kotak.

 

“Temanmu itu beneran jadi hantu? Ternyata dia sudah menyadari bakatnya ya,” katanya sambil terus tertawa. Hami berbisik di telinga Tara.

“Persiapkan dirimu sebelum masuk kesana. Hati-hati, Tar. Di dalam penuh dengan bahaya,” Tara langsung menelan ludah. Dia meras sedikit takut dengan perkataan Hami tetapi ditahannya dengan tertawa lagi. Dia langsung menggamit lengan Haru.

“Tenang saja. Aku kan punya Haru buat melindungi aku,” yang dirangkul lengannya hanya senyam-senyum saja.

“Terserah deh,” kata Hami sambil mengendikkan bahu. Lalu dia berjalan ke barisan lain untuk meminta uang. Tara melepaskan tangan Haru. Wajah dia agak pucat pasi.

“Eh, katanya hantu-hantunya serem banget loh!”

“Iih.. masa iya? Tadi aku juga dengar ada hantu yang bakalan ngejar kamu sampai ke ujung dunia. Aku penasaran banget! Makanya aku kesini.”

Tara mendengarkan suara junior-juniornya yang berdiri di barisan belakangnya. Tiba-tiba saja bulu kuduknya merinding. Dia ingin segera menarik Haru untuk keluar barisan, tetapi...

“Selamat datang! Silahkan masuk rombongan 4 orang,” Danu mempersilahkan Tara dan junior dibelakangnya untuk masuk. Melihat Tara yang masih mematung, membuat Haru menyeretnya untuk masuk ke dalam. Akhirnya mereka masuk juga.

Kedua juniornya sudah berjalan duluan. Tara merangkul lengan pacarnya dengan erat. Ruangannya sangat gelap. Hanya ada bola-bola lampu warna-warni dan suara cekikikkan di sekitar ruangan.

“Kamu Shima dan Hanne kan? Anak kelas sepuluh-tiga?” tanya Tara pada kedua juniornya yang berjalan dengan santai. Padahal banyak kepala tengkorak yang berdarah di setiap sisinya. ‘Kalian nggak takut?”

Keduanya menoleh.

“Oh, kak Tara toh. Biasa ajah lagi, mbak. Wong setannya nggak beneran kok,” ucapan Shima membuatnya agak tenang. Baru saja Shima melepaskan tangan Henna, tiba-tiba saja kaki Shima tersandung sesuatu. Shima mengangkat benda itu. Kepala manusia berwajah seram dengan beberapa helai rambut di kepalanya mengeluarkan suara ‘BAWA AKU PULANG! BAWA!’ membuatnya berteriak. Dilemparkannya bola itu pada Henna yang spontan ditangkapnya. Kepala makhluk itu bicara lagi ‘ATAU KAMU.. YANG MAU MEMBAWAKU PULANG??! AYO KITA PULANG BERSAMA, grrr.’ Henna spontan berteriak.

Haru dan Tara juga terkejut. Tetapi hanya Haru yang tertawa dan bersembunyi dibalik punggung Tara. Henna melemparkannya ke arah Tara. Akan tetapi malah terlempar mengenai kepala Haru. Cowok bertubuh jangkung layaknya model itu langsung meloncat dan berteriak. Dia berlari kembali ke arah pintu masuk. Tara geleng-geleng kepala.

“Aku nggak nyangka bisa pacaran sama cowok betina kayak gitu. Teriakannya juga kayak cewek habis dicopet orang. Mendingan kuputusin ajah nanti,” mulut Tara komat-kamit sendiri. Dia melangkah lagi. Kedua juniornya sudah berjalan agak jauh. Tara tidak dapat menemukan mereka. Hanya suara teriakan yang terdengar.

Seorang berbaju putih dengan jubah hitam layaknya vampir tiba-tiba saja muncul dibalik gua. Wajahnya sangat pucat dan memiliki taring. Dia mencoba menakuti Tara dengan menujukkan taring gigi dan kukunya yang panjang. Tara mendekatinya sambil memilin rambutnya.

“Oh, Garra ya? Kostum kamu bagus juga. Make overnya sukses juga ya,” Vampir yang semula menunjukkan seringainya, langsung berhenti.

“Kamu kenal aku, Tar? Ya ampun! Aku bahagia sekali! Kamu masih ingat sama aku,” katanya setengah terharu.

“Siapa yang nggak kenal kamu, cowok satu kelas di kelas sepuluh yang sudah nembak aku,” ucap Tara.

“Kamu masih ingat juga ya! Walaupun kamu pernah nolak aku, mau nggak nanti kita jalan bar..,”

“Nggak sudi,” potongnya cepat. Dia kembali melenggang berjalan ke depan lagi. Cowok berkostum vampir itu hanya melogo melihatnya hingga jauh.

‘Ternyata nggak seseram yang dibicarakan banyak orang. Nyaliku memang kuat! Huh! Dasar manusia! Mana yang lebih menakutkan dari ini?’ Tara tersenyum senang.

Kali ini dia memasuki ruangan makan. Disana terdapat lima orang sedang duduk disana. Mereka tampak seperti satu keluarga dengan mengenakan pakaian 70-an. Tara berjalan mengitari meja makan itu. Sang ayah sedang membaca dan membalikkan koran secara perlahan. Sementara istri dan ketiga anak gadisnya sedang makan dengan gerakan lambat. Wajah mereka tampak pucat. Tara sedikit merinding ketika suara ibu yang bersenandung dan suara gamelan jawa yang sedari tadi terdengar. ‘Kenapa mata mereka kosong ke depan. Tidak bereaksi berlebihan sama sekali.’ Tara mencoba mendekati salah satu gadis yang sedang mengunyah makanan.

“Haloo..,” Tara mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajah gadis itu. Gadis itu berhenti makan. Dia menoleh ke arah Tara dengan gerakan lambat. Tara sedikit gemetar melihat mata gadis itu memerah dan tersenyum padanya, menunjukkan gigi penuh cairan warna merah. Tubuh Tara langsung tegap dan dia tidak menemukan keempat orang lainnya di meja makan. Tara berbalik dengan terburu-buru. Ternyata keempat keluarga itu sedang berdiri di belakangnya dengan mata merah dan senyuman lebar.

“GYAAA.. TIDAAKKK!!!” Tara tidak mampu menahan ketakutannya. Seorang gadis yang tadi sedang duduk, kini memegangi tangannya. Tara berusaha untuk lari tetapi keempat hantu itu membuatnya tersudut. Kelimanya berdiri menggerakkan badan seperti robot. Saking takutnya, Tara melepas tangan gadis itu dengan kasar dan berlari sambil menutup mata. Dia terus berlari sampai tersandung dan terjerembab di dalam sumur. Tara segera membuka matanya.

Keterkejutannya tidak sampai disitu saja. Dia baru saja menyadari bahwa dia masuk ke dalam lubang dimana terdapat seseorang bersembunyi disitu. Bukan manusia.. tetapi benar-benar seperti makhuk gaib!

Tara masih berjongkok dan wajahnya menempel tepat di kening seorang gadis yang wajahnya tertutup dengan rambut panjangnya. Sinar matanya membuat Tara tidak bisa bergerak lagi.

“Tar, kamu nggak apa-apa?” tanya gadis itu. Gadis itu menyingkirkan helaian rambut yang menutupi matanya dan memperlihatkan kantung mata yang sangat hitam. Bukan, tetapi seluruh lingkaran matanya berwarna hitam sehingga membuat tubuh Tara semakin bergetar. Gadis itu menyentuh pundak Tara.

“Kyaaa.. SETANNYA TAHU NAMAKU! OH EM JI!!!” Tara bergerak cepat keluar dari dalam lubang berbentuk sumur. Gadis itu memegangi tangannya. Tara menoleh perlahan.

“Berikan sedikit kebahagiaanmu padaku!” Tara menjerit lagi. Sosok gadis didepannya lebih menakutkan daripada sebelumnya. Sosoknya mengeluarkan aura yang sangat gelap. “Berikan satu pacar cadanganmu padaku! Kalau tidak, kutukan akan menyertaimu seumur hidupmu!” serunya lagi. Kini gadis itu memegangi kedua pundak Tara yang tidak berhenti berteriak sambil menutup mata. “AKAN AKU BERIKAN WAKTU SATU

TAHUN UNTUK BERTUKAR JIWA DENGANKU! BIARKAN AKU MEMILIKI SEBAGIAN COWOK CADANGANMU!”

Tara yang sudah banyak berkeringat saking takutnya, segera terjatuh dan berlari lagi. Langkahnya kembali terjatuh dan berlari kembali. Gadis berwajah seram itu terus menerus mengejarnya dan dilanjutkan oleh hantu pocong dan suster ngesot yang memegangi kaki Tara. Mereka mengejarnya sampai ujung pintu keluar.

Seorang gadis berbaju putih itu tertawa kecil dan bersembunyi lagi di dalam sumur. Namun kedua orang yang berdiri di depannya membuatnya sedikit terkejut.

“Aku nggak nyangka kamu bisa menakuti adekku seperti itu,” gumam Wildam sambil mengangkat kacamatanya yang sedikit turun. Hami yang berdiri di sebelahnya mengangguk senang. Afika tertawa kecil. “Kamu hebat, Fik!”

“Kalian masuk bareng?” tanya Afika.

“Tadi Wildam penasaran dengan rumah hantu kita. Makanya dia meminta aku untuk menemaninya.”

“Tadinya mau masuk sama Ed. Tetapi Ed mendadak menghilang entah dimana,” tambah Wildam. Lalu Wildam mengajak Hami berjalan lagi. Hami sempat berbalik dan menyemangati Afika yang juga menggenggam tangan ke  atas.

“Eeeuh.. lihat! Itu kuntilanak ya?” suara orang dibelakangnya, membuat Afika langsung berbalik dengan memasang tampang seram.

“Kalian bisa memanggilku Juon! Apa kalian mau berhutang nyawa denganku??! Mari kita mainkan kokkurisan bersama!!!”kedua cowok di depannya langsung membatu.

...***...

        Tepat pukul tiga sore, para pengunjung sudah tidak sebanyak pagi tadi. Rumah Hantu Berdarah pun sudah sepi pengunjung. Para siswa kelas XIIPS1 melepas lelah di depan pintu rumah hantu. Danu dan Hami berdiri di hadapan mereka.

        Danu mengangkat kedua tangannya ke  atas, “Yosh! Akhirnya rumah hantu kita sukses besar! Balik modalnya pun melebihi daripada yang aku perkirakan. Aku bangga banget sama kalian. Kita semua benar-benar kompak!” Hami sendiri masih mengitung uang di dalam kotak. “Nanti uangnya akan dibagikan pada kalian masing-masing secara adil,” mendengar hal itu, para siswa XIIPS1 sorak-sorai bergembira. Afika duduk di gerombolan paling belakang. Risa yang semula duduk di depannya, langsung bergeser mendekati Afika setelah melihatnya. ‘Apa dia tidak takut padaku? Apalagi ditambah dengan dandananku kayak setan gini,’ pikir Afika bingung. Risa mengangkat tangannya, meminta bersalaman dengannya. Afika yang masih bingung bercampur heran langsung

menyalaminya.

        “Aku salut padam, Fik. Kamu hebat! Bisa membuat semua orang takut! Kamu memang cewek yang paling menakutkan daripada cewek-cewek preman disini, whoo!!!” serunya bersemangat. Afika garuk-garuk kepala.

        “Cewek paling menakutkan?”

        “Hey, jangan salah sangka. Aku memuji keberanianmu loh!” kata Risa lagi. Keduanya tersenyum bersama. Setelah itu keduanya melihat teman-teman berkumpul mengerubungi Miwon. Risa pun juga menghambur ke gerombolaan itu. Afika pun menyusul saking penasaran apa yang menarik perhatian teman-temannya. Miwon menunjukkan video di hp nya. Seorang gadis sedang memainkan piano di atas panggung. Afika baru menyadari bahwa gadis itu adalah dia. Miwon merekamnya! Afika merasa sedikit kesal karena Miwon merekam tanpa seijinnya.

        “Kamu memainkannya dengan baik, Fik,” komentar Danu.

        “Iya, sayang banget tadi nggak lihat nih,” ucap temannya yang lain.

        “Miwon kok nggak merekamku juga sih?” dumel Timmy sembari memukul lengan Miwon pelan. Miwon malah cengengesan. Setelah selesai menunjukkannya, Miwon menggandeng Afika untuk keluar dari kerumunan. Afika berusaha melepaskannya. Dia merasa malu karena semua teman melihatnya dan banyak yang bersiul menggoda. Kecuali Timmy dan Hami yang hanya tercengang melihatnya.

        “Ayo kita nikmati sisa-sisa permainan di setiap stan yang masih buka.”

        “Tapi penampilanku masih kayak gini,” Afika menunjukkan penampilan dirinya yang masih bertransformasi menjadi hantu. Miwon juga menunjukkan kostum yang dipakainya. Juga kapak yang menempel di setiap sisi kepalanya.

        “Make up di wajahku penuh darah, bahkan lebih menakutkan daripada dirimu. Ayolah, kita bersenang-senang!!!” Miwon kembali menarik tangan Afika. Diam-diam Afika tersenyum. Entah kenapa dia tidak merasa malu dihadapan banyak orang dengan penampilans eperti itu. Genggaman tangan Miwon membuatnya sedikit lega dan

aman. Mereka melakukan banyak hal seperti bermain memancing ikan di kolam karet, bermain dengan anak panah yang mengenai sasaran, melihat aneka jajanan pasar, dan lainnya. Hingga mereka menemukan papan besar yang terlukis tuuh cowok dan cewek yang memakai seragam sekolah Jepang dengan kepala yang disengaja dibuat berlubang. Banyak orang yang tertarik untuk berfoto disana. Miwon menyeret Afika untuk berfoto disaana. Namun Afika menolaknya.

        “Seragam itu sangat bagus. Nggak cocok dengan wajah hororku,” dumelnya. Miwon menariknya lagi dan menghampiri fotografer papan tadi.

        “Johan kan?” tunjuk Miwon. Cowok yang sedang memegang kamere mengangguk.

        “Tolong foto kami dua kali ya. Tapi nggak usah pakai papan itu,” mendengar penjelasan Miwon, Afika berusaha melepaskan genggaman tangan cowok itu. Afika sangat benci difoto. Apalagi dengan riasan yang masih menempel diwajahnya. Namun Miwon tidak melepasnya. Miwon langsung merangkul pundak Afika. “Jangan merasa takut. Tidak ada yang perlu ditakutkan karena aku akan selalu berada disampingmu. Jadikan ini kenangan indah ya,” perkataan Miwon membuat tubuh Afika yang semula kaku dan canggung, menjadi sedikit nyaman. ‘Baru kali ini ada seseorang yang berjanji ingin selalu berada disampingku selain kedua orang tuaku.’ Afika mencoba sedikit tersenyum.

        ‘JEPRET!’Pemotretan pertama berhasil diambil. Tinggal satu potret lagi. Johan menghitung lagi sebelum memotret mereka berdua, “Satu.. dua.. ti..,”

        “Aku sangat senang bisa mengenalmu, A-chan,” suara Miwon membuat Afika terkejut dan menoleh melihatnya. ‘JEPRET!’

TO BE CONTINUED~

Episodes
1 Episode 1 - PROLOG
2 Episode 2 - SALING BERTEMU
3 Episode 3 - TATAPAN CEWEK BERWAJAH DINGIN
4 Episode 4 - SI PENGUNTIT
5 Episode 5 - PERUBAHAN EDELWEIS
6 Episode 6 - MENJAUHI EDELWEIS??! ITU TIDAK MUNGKIN!
7 Episode 7 - PERTEMUAN YANG TIDAK PENTING
8 Episode 8 - TIDAK ADA YANG PERLU DISEMBUNYIKAN LAGI!
9 Episode 9 - TRAGEDI SESAAT Part 1
10 Episode 10 - TRAGEDI SESAAT Part 2
11 Episode 11 - PERNYATAAN MIWON
12 Episode 12 - BELAJAR UNTUK MENERIMA Part 1
13 Episode 13 - BELAJAR UNTUK MENERIMA Part 2
14 Episode 14 - TUGAS GANDA YANG MENYENANGKAN Part 1
15 Episode 15 - TUGAS GANDA YANG MENYENANGKAN Part 2
16 Episode 16 - TUGAS GANDA YANG MENYENANGKAN Part 3
17 Episode 17 - TUGAS GANDA YANG MENYENANGKAN Part 4
18 Episode 18 - TUGAS GANDA YANG MENYENANGKAN Part 5
19 Episode 19 - BANTUAN UNTUK MIWON
20 Episode 20 - PERASAAN EDELWEIS SESUNGGUHNYA
21 Episode 21 - PILIHAN YANG SANGAT RUMIT
22 Episode 22 - MENCARI KEBAHAGIAAN MASING-MASING
23 Episode 23 - DOUBLE DATE
24 Episode 24 - PENAMPILAN SERAM MEMBAWA KEBAIKAN
25 Episode 25 - KERJA KELOMPOK YANG MENGUBAH PERASAAN Part 1
26 Episode 26 - KERJA KELOMPOK YANG MENGUBAH PERASAAN Part 2
27 Episode 27 - KEJUJURAN YANG MENYAKITKAN
28 Episode 28 - MENJADI LEBIH SEDIKIT BERANI
29 Episode 29 - LAGU SPESIAL UNTUK AFIKA
30 Episode 30 - KATA-KATA YANG MEMBUAT TERLUKA
31 Episode 31 - TIDAK BIMBANG LAGI
32 Episode 32 - HAPPY OR SAD ENDING & EPILOG
33 BONUS I : Kelanjutan Hidup Edelweis
34 BONUS II : Timmy Singgah di Hatinya
35 AUTHOR’S NOTE
Episodes

Updated 35 Episodes

1
Episode 1 - PROLOG
2
Episode 2 - SALING BERTEMU
3
Episode 3 - TATAPAN CEWEK BERWAJAH DINGIN
4
Episode 4 - SI PENGUNTIT
5
Episode 5 - PERUBAHAN EDELWEIS
6
Episode 6 - MENJAUHI EDELWEIS??! ITU TIDAK MUNGKIN!
7
Episode 7 - PERTEMUAN YANG TIDAK PENTING
8
Episode 8 - TIDAK ADA YANG PERLU DISEMBUNYIKAN LAGI!
9
Episode 9 - TRAGEDI SESAAT Part 1
10
Episode 10 - TRAGEDI SESAAT Part 2
11
Episode 11 - PERNYATAAN MIWON
12
Episode 12 - BELAJAR UNTUK MENERIMA Part 1
13
Episode 13 - BELAJAR UNTUK MENERIMA Part 2
14
Episode 14 - TUGAS GANDA YANG MENYENANGKAN Part 1
15
Episode 15 - TUGAS GANDA YANG MENYENANGKAN Part 2
16
Episode 16 - TUGAS GANDA YANG MENYENANGKAN Part 3
17
Episode 17 - TUGAS GANDA YANG MENYENANGKAN Part 4
18
Episode 18 - TUGAS GANDA YANG MENYENANGKAN Part 5
19
Episode 19 - BANTUAN UNTUK MIWON
20
Episode 20 - PERASAAN EDELWEIS SESUNGGUHNYA
21
Episode 21 - PILIHAN YANG SANGAT RUMIT
22
Episode 22 - MENCARI KEBAHAGIAAN MASING-MASING
23
Episode 23 - DOUBLE DATE
24
Episode 24 - PENAMPILAN SERAM MEMBAWA KEBAIKAN
25
Episode 25 - KERJA KELOMPOK YANG MENGUBAH PERASAAN Part 1
26
Episode 26 - KERJA KELOMPOK YANG MENGUBAH PERASAAN Part 2
27
Episode 27 - KEJUJURAN YANG MENYAKITKAN
28
Episode 28 - MENJADI LEBIH SEDIKIT BERANI
29
Episode 29 - LAGU SPESIAL UNTUK AFIKA
30
Episode 30 - KATA-KATA YANG MEMBUAT TERLUKA
31
Episode 31 - TIDAK BIMBANG LAGI
32
Episode 32 - HAPPY OR SAD ENDING & EPILOG
33
BONUS I : Kelanjutan Hidup Edelweis
34
BONUS II : Timmy Singgah di Hatinya
35
AUTHOR’S NOTE

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!