Episode 3 - TATAPAN CEWEK BERWAJAH DINGIN

In the Classroom, ada Choi Siwon!

“Hai semua! Nama saya Miwon Cakiman Prakoso. Kalian bisa memanggil saya Miwon. Saya pindahan dari KALSEL, lebih tepatnya di kota Banjarbaru,” ujar cowok yang baru saja menjadi siswa baru disini.

Menurut pengamatan melalui kacamata saya, cowok itu cukup keren. Cowok itu tampak proporsional dengan tinggi badan mungkin sekitar 180 cm, model rambutnya pendek dengan poni di atas alis, dan kelihatan banget tingkat kepercayaan diri yang tinggi. Cowok yang benar-benar langka alias good looking lah. Nilai plusnya dia juga terlihat berwajah baby. Kalau dilihat dari tampangnya sih... agak nggak berdosa gitu! Bagus juga kalau aku masukkan dia dalam karakter komik shoujo yang aku buat.

“Banyak yang bilang sih kalau saya ada kemiripan dengan Siwon,” serunya lagi. Oh my God! Benar-benar pede tingkat gila! Tapi... benar juga sih! Cowok itu memang punya dua lesung di pipi seperti Choi Siwon. Wajahnya juga hampir mirip kalau tersenyum ceria begitu.

“Mirip Siwon??! Mirip vetsin kaleeee!!!” celetuk Damar yang duduk di bangku paling depan. Seisi kelas langsung tertawa terbahak-bahak. ‘Timmy, yang diejek malah ikut cengengesan. Badut juga tuh anak,’ bisikku pada Timmy, disebelahku. Kedua mataku melotot. Sepertinya Timmy juga terhipnotis sama cowok konyol itu deh. Buktinya sekarang matanya memandang lurus ke depan dan sama sekali tidak berkedip. Senyumnya pun melebar.

Kualihkan pandanganku ke belakang. Kulihat Afika yang duduk di belakang paling pojok. Gelap. Sendirian. Dia tidak tertawa sama sekali. Bahkan sepertinya dia mengalami bad mood berat. Wah, aura disekitarnya sangat gelap. Ada apa ya dengannya? Sepertinya dia lebih kacau dari biasanya. Apa dia sedih gara-gara banyak orang yang mengasingkan dia ya? Tapi kan pengasingan itu sudah sering. Aku sampai kasihan sama dia.

Afika, dia sahabatku yang paling mengerti diriku. Sudah lima tahun aku mengenalnya. Dia selalu menjagaku. Dia selalu mendengarkan curhatku. Dia selalu menolongku di kala susah. Pokoknya Afika my best friend deh! Berawal dari kelas 1 SMP. Pada waktu itu aku belum mengenalnya sama sekali. Kami berada di kelas yang berbeda. Tapi aku sering mendengar tentangnya dari telinga ke telinga. Afika yang aneh. Afika yang selalu

dipanggil miss Sadako. Afika yang sering membuat semua orang pada lari tunggang-langgang. Afika keturunan anak setan.

Aku sempat berfikir kalau mereka semua sangat keterlaluan. Hingga suatu kali, aku menemui temanku di kelas sebelah. Aku melihatnya disana. Afika duduk sendirian di bangku paling ujung. Aura yang ia munculkan sangatlah gelap. Tiba-tiba aku merasa ngeri melihatnya. Entah perasaan apa yang aku rasakan waktu itu. Tatapan

yang dingin dan membuat bulu kudukku agak merinding. Sepertinya semua kabar burung itu benar. Ia dapat membekukan seseorang hanya melalui tatapannya. Melalui keberadaannya. Sepulang sekolah, aku digencet oleh Mayang and the gank.

Mayang adalah teman sekelas aku yang menjadi primadona di kelas. Sebenarnya aku sudah mengenalnya dari Sekolah Dasar. Dia selalu satu kelas denganku. Kami berdua selalu meraih peringkat yang tidak jauh beda. Jika aku mendapatkan peringkat satu, dia mendapatkan peringkat dua. Begitu pula sebaliknya di tingkat berikutnya. Mungkin karena itu, dia seolah-olah selalu merasa tersaingi. Dia merobohkan sepeda ontelku di halaman belakang sekolah. Dia lontarkan semua kemarahannya ketika mengetahui aku mendapatkan nilai sempurna pada ulangan matematika hari ini.

Dia lontarkan pula kesedihannya kenapa harus ada aku di dunia ini. Mayang dan kedua temannya mengeluarkan isi tas yang kupegang dan mengambil lembaran ulangan matematika. Aku hanya diam saja ketika Mayang merobek-robek kertas itu di depanku. Sesungguhnya aku menangis di dalam hati. Namun apa daya, aku hanyalah gadis kecil yang sangat takut akan pertengkaran. Aku mencintai perdamaian. Aku  adalah sosok pendiam yang begitu mencintai perdamaian. 

Lalu datanglah Afika. Dia mendatangi kami dan meminta Mayang untuk tidak menggangguku lagi atau Mayang akan dihukum oleh mamanya Afika. Ternyata Mayang adalah saudara sepupu Afika yang tinggal serumah dengan keluarga Afika. Namun aku tidak pernah mendengar cerita Mayang tentang saudara sepupunya itu.

Bahkan dia tidak pernah menyapanya. Mayang benar-benar keterlaluan. Semenjak itu, Mayang tidak pernah menggangguku lagi. Aku mulai mendekati Afika sedikit demi sedikit. Awalnya tampak sedikit mengerikan karena teman-teman banyak menjauhiku karena aku berteman dengannya. Tapi aku tidak mempermasalahkan itu. Toh, sebenarnya aku memang tidak pernah benar-benar memiliki teman, apalagi teman dekat.

Sekarang aku benar-benar memiliki teman dekat. Bahkan aku sangat mengenalnya. Ditambah lagi aku juga memiliki Timmy. Dia adalah gadis yang ceria dan disukai banyak orang. Karakternya yang unik dan latar belakang keluarganya yang agak tajir membuatnya memiliki banyak teman. Akan tetapi dia malah ingin menjadi sahabat kami, walaupun dia tahu kalau kami bukan tergolong bagian siswa yang populer.

“Hami! Cowok itu memang ajaib. Sesuatu deh!” pandanganku mengikuti telunjuk Timmy yang

mengarah pada siswa baru tadi. Siwon imitasi itu berjalan menuju bangku Afika. Bu Yussy, wali kelas maupun teman-teman lainnya langsung terkejut dengan tindakan beraninya. Aku bertaruh pasti Afika juga memiliki seribu tanda tanya.

“Hai, namaku Miwon. Geser dong,” kulihat cowok itu menyapa Afika dengan wajah riang. Afika hanya tercenung. Lantas menggeser tubuhnya di kursi sebelahnya.

Sekarang Afika benar-benar berada di bangku sangat pojok, nempel tembok lagi. Cowok periang itu langsung duduk di sebelah Afika. Tuh kan, cowok itu kayaknya baik

banget. Dia datang dan mendekati seorang cewek yang dijauhi oleh semua orang atau mungkin setiap orang yang bertemu dengan cewek itu. Apa mungkin semua ini hanya untuk mencuri perhatian anak-anak cewek? Pasti sebentar lagi banyak sekali cewek-cewek yang bakalan naksir sama dia.

Tiba-tiba pandangannya seakan mengarah padaku. Sepertinya dia hendak berpantomim. Cowok itu mulai membentuk bulat pada jari-jarinya di depan mata, lalu sepertinya menunjuk ke arahku dan... tersenyum. Glek! Beneran ke arahku nih? Kayaknya dia tahu kalau dari tadi aku perhatikan. Narsis tuh anak!

“Wah, Mi! Kayaknya anak baru itu habis ngasih smiles ke Timmy deh! Gyaa..malunya! Aku kan masih nggak siap kalau dia bakalan ngejar-ngejar Timmy juga!!!” bisik cewek centil di sebelahku lagi. Aku hanya mendengus kesal. Tuh kan! Sindromnya kumat. Nggak yang itu, yang ini sama ajah! Sama-sama narsiiiisssss!!!!!

...***...

Aneh sekali. Kali pertama aku bertemu dengannya, seakan-akan ada sesuatu yang membuatku ingin mengenalnya lebih jauh. Cewek berwajah dingin penuh misteri. Memang sih, sebelumnya aku mengira kalau dia itu hantu. Ekspresinya seperti patung dan tidak bisa ditebak sama sekali. Tadi di kelas juga dia hanya diam saja. Tidak berbicara dengan siapapun. Sedari tadi percakapan yang aku lontarkan pun tidak dihiraukannya. Dia menjadi berbeda dengan cewek sewot yang aku temui sebelumnya. Siapa kamu sebenarnya? Kenapa selalu diam? Gyaa... itu membuatku sangat penasaran!

Sudah sekitar sepuluh menit sejak breaktime, aku masih membuntutinya di belakang pohon. Melihatnya bercengkrama dengan kedua temannya di bawah pohon tempatku bersembunyi dibaliknya. Sepertinya mereka tidak menyadari keberadaanku. Aku ini sejenis orang yang aneh bukan sih? Tidak! Aku hanya ingin mengenalnya. Tapi aku masih malu untuk mendekatinya. Bukan karena aku masih baru disini, tapi karena aku menemui cewek yang berbeda daripada yang lainnya. Siapa tadi namanya...

“Afika,” nah, itu namanya baru saja disebut! Namanya bagus banget. Sosoknya jadi unyu-unyu deh di pikiranku. “ Kamu ngobrol apa ajah sih sama dia tadi di kelas?” tanya salah satu temannya yang berkacamata tebal. Cewek itu juga agak freak deh. Tadi di kelas juga dia mandangin aku lama... banget. Secepatnya kubuka kupingku lebar-lebar.

“Sama dia?” ulang Afika pelan.

“Itu tuh, cowok yang sok kecakepan.”

Sial! Diriku memang cakep kali’! Tunggu, berarti mereka lagi ngomongin diriku yaa, ckckck....!!!!!

“Oh, nggak ada.”

“Duh, Fika! Seharusnya kamu ngobrol banyak dong sama dia! Hobi kamu apa? Kalo tidur jam berapa? Udah punya pacar atau belum?” tanya temannya yan terlihat agak centil.

“Yeee...emangnya elu!” celetuk gadis yang berkacamata.

“Tapi kok tadi Miwon nggak ikut main bola basket  ya sama anak-anak cowok disini? Dia kemana ya?”

“Memangnya dia harus bilang sama kamu mau kemana? Emangnya kamu emaknya, heee...,” timpal si anak kacamata lagi. Cewek satunya tadi malah menggembungkan kedua pipinya. Wajahnya terlihat ngambek.

Percakapan kedua temannya membuatku geli. Ternyata Afika memiliki teman yang kocak juga ya. Tapi... Afika hanya diam saja. Tidak ada senyum maupun tawa. Hanya diam. Membatu. Kini pandangannya menerawang di depan lapangan basket. Tidak ada apa-apa di sana, kecuali di pinggir lapangan juga ada beberapa anak yang menggelar tikar di bawah pohon. Tampak kedua cowok dan kedua cewek yang sedang tertawa ria. Apa Afika benar-benar sedang memandang mereka? Sepertinya aku harus sedikit memiringkan tubuh agar melihat lebih jelas.

“Eeh, halo! Kamu ngapain miring-miring kayak gitu?” wajahku membeku seketika. Salah satu teman Afika yang agak centil, berbalik dan menyadari keberadaanku. Apalagi Afika dan temannya yang lain juga berbalik melihatku. Miwon bego! Aku harus berdiri tegap layaknya pemain film. Cowok cakep nggak harus menjadi penguntit seperti ini. Kayaknya Miwon harus berimprovisasi sepenuhnya. Kutengadahkan kepala menatap langit-langit.

“Aku nggak nyangka, udara disini sangat sejuk. Sinar matahari pun mengintip malu, hampir enggan mengganggu eloknya pohon yang memberikan kesejukan pada semua orang yang berada disini,” kutengadahkan pula kedua tangan ke atas. Wah, Aku memang jago berimprovisasi! Afika pasti kagum dengan sosok tampanku yang berada tepat di bawah rindangnya pohon. “Oh, hai!” sapaku kemudian.

“Kamu ngapain sih? Kebelet pup?” sahut Afika dengan wajah tanpa ekspresi. Tatapannya sekaligus nada perkataannya membuatku membatu seketika. Kedua temannya langsung tertawa cekikikkan. Aku yakin jika Afika juga ingin membuka percakapan denganku. Aku mengerti, baby!

“Walaupun kedua matamu hampir tertutup oleh lebatnya poni dan rambutmu, tetapi tidak menyembunyikan tatapan kekagumanku padamu,” kusingkapkan anak-anak poni yang menutupi kedua matanya. Afika langsung menginjak kakiku.

“Auch,”

“Hami, Timmy. Sebentar lagi bel masuk nih,” katanya datar. Afika dan kedua temannya menggulung tikar dan beranjak pergi. Salah satu temannya berbalik dan menunjuk ke arahku. Seorang cewek berwajah agak manis dan energik itu tersenyum lebar padaku.

“Kalau kamu sempat, mampir ajah di ruangan teater! Aku yakin bakatmu pasti sama denganku! Daah, Miwon!”

Aku hanya melongo seorang diri.

TO BE CONTINUED~

Episodes
1 Episode 1 - PROLOG
2 Episode 2 - SALING BERTEMU
3 Episode 3 - TATAPAN CEWEK BERWAJAH DINGIN
4 Episode 4 - SI PENGUNTIT
5 Episode 5 - PERUBAHAN EDELWEIS
6 Episode 6 - MENJAUHI EDELWEIS??! ITU TIDAK MUNGKIN!
7 Episode 7 - PERTEMUAN YANG TIDAK PENTING
8 Episode 8 - TIDAK ADA YANG PERLU DISEMBUNYIKAN LAGI!
9 Episode 9 - TRAGEDI SESAAT Part 1
10 Episode 10 - TRAGEDI SESAAT Part 2
11 Episode 11 - PERNYATAAN MIWON
12 Episode 12 - BELAJAR UNTUK MENERIMA Part 1
13 Episode 13 - BELAJAR UNTUK MENERIMA Part 2
14 Episode 14 - TUGAS GANDA YANG MENYENANGKAN Part 1
15 Episode 15 - TUGAS GANDA YANG MENYENANGKAN Part 2
16 Episode 16 - TUGAS GANDA YANG MENYENANGKAN Part 3
17 Episode 17 - TUGAS GANDA YANG MENYENANGKAN Part 4
18 Episode 18 - TUGAS GANDA YANG MENYENANGKAN Part 5
19 Episode 19 - BANTUAN UNTUK MIWON
20 Episode 20 - PERASAAN EDELWEIS SESUNGGUHNYA
21 Episode 21 - PILIHAN YANG SANGAT RUMIT
22 Episode 22 - MENCARI KEBAHAGIAAN MASING-MASING
23 Episode 23 - DOUBLE DATE
24 Episode 24 - PENAMPILAN SERAM MEMBAWA KEBAIKAN
25 Episode 25 - KERJA KELOMPOK YANG MENGUBAH PERASAAN Part 1
26 Episode 26 - KERJA KELOMPOK YANG MENGUBAH PERASAAN Part 2
27 Episode 27 - KEJUJURAN YANG MENYAKITKAN
28 Episode 28 - MENJADI LEBIH SEDIKIT BERANI
29 Episode 29 - LAGU SPESIAL UNTUK AFIKA
30 Episode 30 - KATA-KATA YANG MEMBUAT TERLUKA
31 Episode 31 - TIDAK BIMBANG LAGI
32 Episode 32 - HAPPY OR SAD ENDING & EPILOG
33 BONUS I : Kelanjutan Hidup Edelweis
34 BONUS II : Timmy Singgah di Hatinya
35 AUTHOR’S NOTE
Episodes

Updated 35 Episodes

1
Episode 1 - PROLOG
2
Episode 2 - SALING BERTEMU
3
Episode 3 - TATAPAN CEWEK BERWAJAH DINGIN
4
Episode 4 - SI PENGUNTIT
5
Episode 5 - PERUBAHAN EDELWEIS
6
Episode 6 - MENJAUHI EDELWEIS??! ITU TIDAK MUNGKIN!
7
Episode 7 - PERTEMUAN YANG TIDAK PENTING
8
Episode 8 - TIDAK ADA YANG PERLU DISEMBUNYIKAN LAGI!
9
Episode 9 - TRAGEDI SESAAT Part 1
10
Episode 10 - TRAGEDI SESAAT Part 2
11
Episode 11 - PERNYATAAN MIWON
12
Episode 12 - BELAJAR UNTUK MENERIMA Part 1
13
Episode 13 - BELAJAR UNTUK MENERIMA Part 2
14
Episode 14 - TUGAS GANDA YANG MENYENANGKAN Part 1
15
Episode 15 - TUGAS GANDA YANG MENYENANGKAN Part 2
16
Episode 16 - TUGAS GANDA YANG MENYENANGKAN Part 3
17
Episode 17 - TUGAS GANDA YANG MENYENANGKAN Part 4
18
Episode 18 - TUGAS GANDA YANG MENYENANGKAN Part 5
19
Episode 19 - BANTUAN UNTUK MIWON
20
Episode 20 - PERASAAN EDELWEIS SESUNGGUHNYA
21
Episode 21 - PILIHAN YANG SANGAT RUMIT
22
Episode 22 - MENCARI KEBAHAGIAAN MASING-MASING
23
Episode 23 - DOUBLE DATE
24
Episode 24 - PENAMPILAN SERAM MEMBAWA KEBAIKAN
25
Episode 25 - KERJA KELOMPOK YANG MENGUBAH PERASAAN Part 1
26
Episode 26 - KERJA KELOMPOK YANG MENGUBAH PERASAAN Part 2
27
Episode 27 - KEJUJURAN YANG MENYAKITKAN
28
Episode 28 - MENJADI LEBIH SEDIKIT BERANI
29
Episode 29 - LAGU SPESIAL UNTUK AFIKA
30
Episode 30 - KATA-KATA YANG MEMBUAT TERLUKA
31
Episode 31 - TIDAK BIMBANG LAGI
32
Episode 32 - HAPPY OR SAD ENDING & EPILOG
33
BONUS I : Kelanjutan Hidup Edelweis
34
BONUS II : Timmy Singgah di Hatinya
35
AUTHOR’S NOTE

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!