Episode 12 - BELAJAR UNTUK MENERIMA Part 1

Bukan cuma naksir..?

Afika baru saja masuk ke dalam kamarnya. Setelah meletakkan tas ransel, dia langsung merubuhkan badannya di atas kasur. Dia memikirkan kembali kejadian sebelum memasuki kamar. Afika melihat Mayang sedang menonton tv. Akan tetapi Mayang hanya mendengus kesal dan tidak menghiraukannya.

‘May, kamu pasti marah banget sama aku. Tetapi kenapa aku juga merasa sedikit marah sama kamu? Nggak.. sedikit, tetapi benar-benar marah. Aku hampir tidak menyangka jika kamu berbuat hal seperti itu sama aku. Aku menjadi ragu untuk menyapamu lagi,’ pikirnya kalut. Nada piano first love-nya Utada Hikaru mengalun lembut. Afika segera mengambil handphone yang bergetar di saku seragamnya.

#Hamisea calling

“Halo, ada apa, Ham?”

“Fik, kamu kok belum datang sih? Aku dan Timmy udah kelaperan tau gara-gara kelamaan nungguin kamu!” Afika menjauhkan hp beberapa senti dari telinganya.

‘Duh, Hami berisik banget! Ngapain sih pake teriak-teriak segala?!!’

“Datang kemana? Ngapain nungguin aku?” tanyanya santai sambil memilih-milih baju di lemari.

“UAPAA??! Datang kemana katamu?!” sentak Hami lagi.

“Ham, speaker.. speaker-in hapenya!!!” giliran terdengar suara Timmy. “Fik, tiap malem minggu kan kita bertiga pesta piyama! Malam ini kan giliran nginep di rumahku! Kamu lupa ya??!”

Afika berhenti memilah-milah bajunya. Dia menghembuskan nafas dengan berat seakan-akan baru mengingat sesuatu yang terlupakan.

“Aku lupa! Maaf banget ya, Tim, Ham. Aku.. kayaknya malam ini nggak ikut deh. Aku capek banget sehabis pergi sama Miwon tadi. Ini ajah baru sampai rumah.”

“WHAT?! Baru sampe rumah?” ulang Timmy setengah menjerit. “Kalian tadi kemana ajah??! Cerita dong!”

“Kita tadi ke..,” suara Afika terputus. Sejenak dia  kembali teringat ucapan Miwon kali terakhir sebelum pulang. “Ham, kalau misalkan ada orang bilang ‘sekali-kali lihat aku, orang yang menyukaimu dan aku serius untuk mengejarmu’, itu maksudnya apa ya? Maksudku..,” Afika berusaha mengeluarkan kata yang tepat.

“Hah! Siapa yang bilang gitu sama kamu, Fik?” tanya Hami setengah berteriak.

“BUKAN MIWON-KU KAN??! BUKAN MIWON?!!” Timmy berteriak lebih keras, tepatnya setengah merintih. Afika terdiam sejenak. Dia ingin sekali jujur pada kedua sahabatnya, akan tetapi kenapa rasanya sangat canggung utuk membicarakannya.

“Anu.. maksudku kalau nggak salah kata-kata itulah yang dikatakan di sinetron kemarin. Aku.. jadi kepikiran ajah,” dustanya kemudian. Kedua temannya tidak segera menjawab. Mereka hanya berkata –aam-umm seakan-akan sedang berpikir. “orang itu beneran suka ya atau gimana?”

“Iya juga sih kayaknya. Dia seperti menyuruh orang itu untuk menoleh padanya, melihat dia yang benar-benar menunjukkan perasaannya. Mungkin karena dia greget sendiri soalnya orang yang disukainya selalu melihat orang lain dan bukan dirinya. Apalagi sampe niat ngejar-ngejar gitu kan?” tanpa sadar, Afika mengangguk mengiyakan pendapat Hami. “Sinetron apa tuh, pemainnya putus asa banget ngomong kayak gitu. Kayak nggak ada orang lagi di dunia ini sampai ngejar-ngejar tuh orang yang dicintainya.”

Afika tersentak, “Cinta??! Nggak sekedar naksir doang?”

“Yaa.. rasa suka kan juga melambangkan cinta juga kan, istilahnya kasih sayang gitu,” jelas Hami rada sotoy. “Masalahnya tuh orang berniat sampai ngejar segala kan? Berarti dia tuh udah lebih dari naksir! Dia benar-benar jatuh cintrong,” Afika terus terdiam mendengar penjelasan Hami. Matanya tidak berkedip sama sekali. “Fik, halow.. Fik???”

“Eh ya,” katanya setengah sadar. Dia memegangi kepalanya yang mendadak agak pusing. “Aku mau istirahat dulu ya. Maaf, aku capek banget.”

“Iya, yaa. Suaramu kayak orang kelelahan gitu,” kata Hami setengah khawatir.

“Fik, Fik! Kamu belom cerita soal Miwon..,” Timmy bersuara lagi.

“Udah! Afika lagi capek! Cerita-ceritanya besok ajah!” terdengar Hami membentaknya. Lalu melanjutkan pembicaraan, “Ya udah, met istirahat ya!”

“Makasih. Sampai ketemu besok senin,” setelah itu Afika meletakkan hpnya diatas kasur. Dia termenung memikirkan perkataan Miwon berkali-kali. ‘Apa yang dia suka dariku? Kenapa dia malah tertarik padaku?’ Afika berdiri dan memandang dirinya sendiri di depan cermin besar seukuran dirinya. Dia menggelengkan kepalanya

berkali-kali. ‘Semakin dipikirkan, semakin pusing saja!”

Afika terkejut ketika Mayang memasuki kamarnya. Dia mengawasi Mayang yang berjalan ke arah tempat tidur tanpa melihat dirinya. Mayang langsung tidur di atas kasurnya. Afika yang masih melihatnya hanya menarik sudut bibir kirinya sembari menggeleng-gelengkan kepala. Tiba-tiba terdengar ringtone chat. Afika duduk di kasur dan membuka chat-nya.

From: Miwon Rese

Thx dah mau dngerin curhatku. Kl mw bobok jgn

lupa mimpiin ak y. Gud nite..

...***...

“Ayo, cerita dong, Fik! Pelit nih!” Timmy terus menarik tangan Afika yang sedari tadi lemas. Afika sendiri tidak bangkit dari duduknya. Tubuhnya tergolek lemah di atas bangku. Sahabatnya yang satunya lagi duduk di bangku sebelah dan hanya menggelengkan kepala.

Afika sendiri tidak punya keinginan untuk bercerita pagi ini. Dia masih pusing memikirkan bagaimana sikapnya terhadap Miwon sekarang. Dia sendiri bingung apakah Miwon benar-benar bilang suka padanya atau tidak.

‘Jika memang benar, kenapa kemarin aku tidak langsung menolak dan menyuruhnya untuk berhenti menyukaiku? Tapi kalau iya sih, kalau dia beneran suka sama aku, tapi kemarin dia bilang kayak gitu.. jadi maksudnya kan.. GYAAA!!!’ kepala Afika berputar-putar.

Dia berdiri dan menghentakkan meja dengan keras. Timmy dan teman lainnya merasa terkejut. Mata teman-teman sekelasnya langsung mengarah padanya. Namun Afika tidak menghiraukan mereka. Afika malah menyesal karena telah membuat tangannya sakit. Dia meniup tangannya berkali-kali. Hami mendekatinya.

“Kamu kenapa sih, Fik? Kalau kamu ada masalah kan bisa cerita. Mungkin kita bisa bantu,” katanya sambil menepuk bahu Afika. Timmy juga menganggukkan kepala.

“Anu..,” belum sempat cerita, mata Afika melesat ke arah cowok yang baru saja memasuki kelas dengan santai. Wajahnya terlihat lebih cerah daripada biasanya. Afika menemukan sedikit perbedaan dari cowok itu tetapi dia belum menyadari apa itu.

Seperti biasa, cowok itu menyapa teman satu persatu. Jantung Afika berdegup kencang. Dia meremas lengan seragam Hami kuat-kuat.

“Ham, aku pindah di bangkumu ya! Please?!” serunya panik. Hami mengerutkan keningnya. Dia heran melihat wajah ketakutan temannya itu. Sedangkan Timmy merasa senang karena Afika ingin duduk di bangku dengan Hami. Dengan begitu, dia bisa duduk di dekat Miwon. Afika terduduk lemas.

“Duh, hari ini Miwon keren banget! Poni rambutnya diangkat ke atas gitu. Kenapa nggak dari dulu ajah sih pakai wax rambut?!” kata Timmy dengan mata berbinar-binar.

“CHAGIYA!!!” Hami dan Afika serempak menoleh ketika mendengar Miwon berteriak. Miwon melambaian tangan ke arah mereka dengan wajah sumringah.

“Dia ngomong apa sih tadi?” tanya Hami benar-benar tidak mengerti.

Timmy menutup bibirnya yang menahan senyum dengan tangan kirinya serta membalas lambaian tangan Miwon. “Kayaknya dia nyapa aku deh! Soalnya tadi dia manggil SAYANG!” katanya dengan wajah bersemu merah.

“HEHH??!” kedua temannya langsung mendelik. Mereka berdua sama sekali tidak ngeh dengan bahasa yang barusan mereka dengar.  Miwon memutar kursi di depan Afika. Sekarang mereka berdua berhadapan. Miwon menahan kepala dengan kedua tangan di pipi. Matanya memandang Afika dengan lirih.

“Chaagiyaaa..,” mata Afika masih mendelik dan mulutnya menganga lebar-lebar. Dia benar-benar merinding mendengar suara Miwon. Kedua temannya juga ikut menganga. Sebagian orang di kelas yang merasa penasaran dengan perilaku Miwon, langsung bergerombol di dekat mereka berempat. Hami dan Timmy terdorong di barisan belakang.

 

“Kamu kenapa sih, Won? Mendadak aneh gitu??!”

“Iya! Hari ini kamu beda banget!”

“Tampangmu kayak orang penuh cinta!” Miwon tidak menghiraukan berbagai pertanyaan yang dilontarkan oleh teman-temannya. Dia masih tersenyum memandang cewek di depannya. Risa yang sebelumnya berpikir sejenak, sontak menuding Miwon dengan wajah terkejut tetapi pasti.

“HAH! Kamu liatin Afika kayak gitu! Kamu manggil dia chagiya-chagiya.. jangan-jangan..!!!” Risa sengaja menggantung pernyataannya. Dia melirik teman-temannya dengan ekspresi sok tahu. Matanya dibuat agak menyipit. “Kalian udah jadian yaa..?!!” mendengar dugaan Risa, teman-teman sekelasnya langsung heboh. Timmy yang mendengarnya langsung berusaha masuk di gerombolan teman-temannya. Dia segera mendekati Afika dengan wajah terkejutnya.

“FIK! Itu nggak mungkin kan??!” Afika tambah melongo ketika melihat teman-temannya semakin salah paham. “Afika, sadar!” mendengar teriakan Timmy, Afika mengerjap-ngerjapkan matanya.

“A-chan, kamu bisa manggil aku chagiya juga. Kalau nggak mau ya Miwon oppa juga nggak apa-apa,” ucap Miwon sambil memiringkan kepalanya.

“Suit.. suiitt,”

“Ciyee.. Afika, jadian nggak bilang-bilang.”

“Jok lali peje-ne rek!” Timmy semakin terganggu  mendengarnya. Dia mulai berteriak. Suasana kelas  yang semula ramai, mendadak hening.

“ITU SEMUA NGGAK BENAR! MEREKA NGGAK JADIAN!!!” serunnya kesal.

“Kok kamu yang kesel sih?”

“Naksir juga yaa sama Miwon???”

“Jangan gitu dong, Tim. Kamu harus dukung mereka!” berbagi tudingan teman-temannya membuat Timmy langsung mengkeret. Matanya berkaca-kaca, hampir menangis. Afika yang mengetahui hal itu, langsung berdiri dan menghentakkan meja.

“Kami nggak jadian,” gumamnya pelan sembari menunduk. Teman-temannya terkejut mendengarnya. Mereka semua meminta penjelasan dari Miwon yang juga ikut berdiri.

“Iya, kami nggak jadian kok,” kalimat yang diucapkannya spontan membuat semua orang menjadi kesal. Wajah Timmy cerah kembali. “Tapi aku berencana akan berpacaran dengannya!” Teman-temannya kembali heboh. Timmy langsung menyingkir dengan muka mewek. Sementara itu, Afika melirik dengan wajah sedih ke arah gadis berkacamata yang terlihat berdiri tidak jauh dari gerombolan.

TO BE CONTINUED~

Episodes
1 Episode 1 - PROLOG
2 Episode 2 - SALING BERTEMU
3 Episode 3 - TATAPAN CEWEK BERWAJAH DINGIN
4 Episode 4 - SI PENGUNTIT
5 Episode 5 - PERUBAHAN EDELWEIS
6 Episode 6 - MENJAUHI EDELWEIS??! ITU TIDAK MUNGKIN!
7 Episode 7 - PERTEMUAN YANG TIDAK PENTING
8 Episode 8 - TIDAK ADA YANG PERLU DISEMBUNYIKAN LAGI!
9 Episode 9 - TRAGEDI SESAAT Part 1
10 Episode 10 - TRAGEDI SESAAT Part 2
11 Episode 11 - PERNYATAAN MIWON
12 Episode 12 - BELAJAR UNTUK MENERIMA Part 1
13 Episode 13 - BELAJAR UNTUK MENERIMA Part 2
14 Episode 14 - TUGAS GANDA YANG MENYENANGKAN Part 1
15 Episode 15 - TUGAS GANDA YANG MENYENANGKAN Part 2
16 Episode 16 - TUGAS GANDA YANG MENYENANGKAN Part 3
17 Episode 17 - TUGAS GANDA YANG MENYENANGKAN Part 4
18 Episode 18 - TUGAS GANDA YANG MENYENANGKAN Part 5
19 Episode 19 - BANTUAN UNTUK MIWON
20 Episode 20 - PERASAAN EDELWEIS SESUNGGUHNYA
21 Episode 21 - PILIHAN YANG SANGAT RUMIT
22 Episode 22 - MENCARI KEBAHAGIAAN MASING-MASING
23 Episode 23 - DOUBLE DATE
24 Episode 24 - PENAMPILAN SERAM MEMBAWA KEBAIKAN
25 Episode 25 - KERJA KELOMPOK YANG MENGUBAH PERASAAN Part 1
26 Episode 26 - KERJA KELOMPOK YANG MENGUBAH PERASAAN Part 2
27 Episode 27 - KEJUJURAN YANG MENYAKITKAN
28 Episode 28 - MENJADI LEBIH SEDIKIT BERANI
29 Episode 29 - LAGU SPESIAL UNTUK AFIKA
30 Episode 30 - KATA-KATA YANG MEMBUAT TERLUKA
31 Episode 31 - TIDAK BIMBANG LAGI
32 Episode 32 - HAPPY OR SAD ENDING & EPILOG
33 BONUS I : Kelanjutan Hidup Edelweis
34 BONUS II : Timmy Singgah di Hatinya
35 AUTHOR’S NOTE
Episodes

Updated 35 Episodes

1
Episode 1 - PROLOG
2
Episode 2 - SALING BERTEMU
3
Episode 3 - TATAPAN CEWEK BERWAJAH DINGIN
4
Episode 4 - SI PENGUNTIT
5
Episode 5 - PERUBAHAN EDELWEIS
6
Episode 6 - MENJAUHI EDELWEIS??! ITU TIDAK MUNGKIN!
7
Episode 7 - PERTEMUAN YANG TIDAK PENTING
8
Episode 8 - TIDAK ADA YANG PERLU DISEMBUNYIKAN LAGI!
9
Episode 9 - TRAGEDI SESAAT Part 1
10
Episode 10 - TRAGEDI SESAAT Part 2
11
Episode 11 - PERNYATAAN MIWON
12
Episode 12 - BELAJAR UNTUK MENERIMA Part 1
13
Episode 13 - BELAJAR UNTUK MENERIMA Part 2
14
Episode 14 - TUGAS GANDA YANG MENYENANGKAN Part 1
15
Episode 15 - TUGAS GANDA YANG MENYENANGKAN Part 2
16
Episode 16 - TUGAS GANDA YANG MENYENANGKAN Part 3
17
Episode 17 - TUGAS GANDA YANG MENYENANGKAN Part 4
18
Episode 18 - TUGAS GANDA YANG MENYENANGKAN Part 5
19
Episode 19 - BANTUAN UNTUK MIWON
20
Episode 20 - PERASAAN EDELWEIS SESUNGGUHNYA
21
Episode 21 - PILIHAN YANG SANGAT RUMIT
22
Episode 22 - MENCARI KEBAHAGIAAN MASING-MASING
23
Episode 23 - DOUBLE DATE
24
Episode 24 - PENAMPILAN SERAM MEMBAWA KEBAIKAN
25
Episode 25 - KERJA KELOMPOK YANG MENGUBAH PERASAAN Part 1
26
Episode 26 - KERJA KELOMPOK YANG MENGUBAH PERASAAN Part 2
27
Episode 27 - KEJUJURAN YANG MENYAKITKAN
28
Episode 28 - MENJADI LEBIH SEDIKIT BERANI
29
Episode 29 - LAGU SPESIAL UNTUK AFIKA
30
Episode 30 - KATA-KATA YANG MEMBUAT TERLUKA
31
Episode 31 - TIDAK BIMBANG LAGI
32
Episode 32 - HAPPY OR SAD ENDING & EPILOG
33
BONUS I : Kelanjutan Hidup Edelweis
34
BONUS II : Timmy Singgah di Hatinya
35
AUTHOR’S NOTE

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!