dua hari berlalu....
Ethan masih di rawat di unit kesehatan itu, dan tentunya Jennie orang yang sering menjenguknya. pria yang biasanya sering diam dengan aura serius dan tegas, kini terlihat lebih ke aura kesedihan dan keputusasaan, pria ini sering memandangi jendela lekat-lekat dengan tatapan kosong, Jennie yang melihat itu teramat khawatir.
Namun ia tau kalau dirinya mendekati pria yang ada di hadapannya ini maka takkan mendapat respon yang baik. dirinya sering datang untuk sekadar melihat apakah Ethan baik-baik saja, atau sembari melaporkan beberapa hal pada Ethan yang masih belum pulih.
Untungnya Makhluk aberasi entah kenapa tak muncul selama 2 hari belakangan ini di wilayah mereka, ya! karena mereka cabang di wilayah ini, maka kewajiban mereka adalah membereskan makhluk aberasi dan menginvestigasi keberadaan mereka di sekitar wilayah ini.
wilayah ini adalah wilayah dengan penampakan makhluk aberasi terbanyak namun mereka lebih banyak bersembunyi, tapi bukan berarti jumlah mereka sedikit....
Jumlah mereka ada banyak di wilayah ini, karena itu wilayah mereka cukup merepotkan karena banyak makhluk aberasi tapi bersembunyi yang membuat mereka harus mencarinya dengan investigasi, meskipun tak sedikit juga yang memunculkan dirinya dan langsung menyerang membabi buta.
Ini adalah hal yang aneh karena mereka tak dapat di deteksi, tapi pencarian tetap berlanjut, walau aneh tapi menguntungkan juga sih, karena Ethan pasti akan memaksakan diri jika mereka benar-benar menemukan makhluk aberasi.
Ethan, pria itu merasakan kesedihan dan kefrustasian karena telah gagal menyelamatkan nyawa, ia juga tak bisa menyelamatkan perasaan Theo yang sakit karena ditinggal ayahnya lagi.
"Kau 'Saviour ' yang gagal yah? "
"Kau tak bisa menyelamatkan apapun.... "
Kalimat itu terus terngiang-ngiang di kepalanya yang membuat rasa sakitnya semakin parah, bisa dibilang Ethan saat ini sedang dalam kondisi down atau stress.
ingatan terakhir itu terus terputar di memorinya kepalanya kini merasa sakit karena terlalu depresi memikirkan perkataan itu "Berhenti, berhenti ... tidak ... arghhh! " Ethan mengerang sembari memegangi kepalanya yang terasa amat berdenyut, Jennie yang melihat hal itu langsung panik.
"Ethan?! kau kenapa?! kau baik-baik saja?! "
Wanita berkacamata itu langsung mencari dokter, mereka menenangkan Ethan yang seperti itu lalu Ethan pun pada akhirnya mulai tenang dan merebahkan dirinya di ranjang unit kesehatan itu.
"Apa yang telah terjadi pada Ethan? " tanya Jennie, terlihat teramat cemas.
"Tak ada masalah apapun lagi selain benturan saat itu di kepala, tapi tidak serius dan hanya luka bagian luarnya saja yang menyebabkan lebam tapi tentunya telah kami tangani. "
"Ia tak boleh berpikir terlalu keras dan mengalami tekanan mental karena luka di kepalanya belum pulih dan tubuhnya juga masih lemah, lebih baik jangan menyuruhnya memikirkan hal-hal yang berat. "
"Ia jadi seperti tadi Karena stress berat, dilihat dari pola perilaku pun sepertinya ia sedang ada dalam fase down . "
Pernyataan itu membuat Jennie membulatkan matanya terkejut, benar ... seharusnya ia terus mendesak Ethan untuk bicara terus terang tentang keluh kesahnya saja! jika berhasil itu akan lebih baik untuk kesehatan mental dan psikis pria itu.
"Apa yang harus saya lakukan? " tanya Jennie.
"Anda hanya harus membuatnya berhenti stress karena memikirkan suatu hal yang ia cemaskan, membuat ia jujur dan menceritakan keluh kesahnya padamu, itu lebih baik. " jawab Sang Dokter
"Masalahnya Ethan orang yang terlalu tertutup.... " gumam Jennie pelan.
"Karena itu, anda harus meyakinkannya, ia mengemban tanggung jawab yang besar, orangnya cenderung serius, pendiam dan tertutup, ini cukup sulit.... " timpal sang Dokter.
"Aku harus tetap Mencobanya.... " batin wanita itu.
...****************...
Sementara itu, di ruang Ethan dirawat, pria itu mulai terbangun, rasanya kepalanya masih berdenyut tapi sudah berkurang.
"Apa karena aku terlalu memikirkannya yah? " batinnya, matanya menatap kosong ke arah langit-langit, seperti menatap ke sana namun sebenarnya pikiran pria ini melayang jauh entah ke mana.
"Tapi bagaimana aku bisa melupakannya?! " batinnya lagi, ia tau penyebab rasa sakit kepala yang berdenyut terus ini bukan sekadar karena kepalanya yang lebam tapi karena kepalanya terbentur dan ia malah memikirkan banyak hal yang menyakitkan, saat ia gagal....
Tapi ingatan itu terus kembali, kalimat itu terus terputar jelas di kepalanya....
Drrrt!
Drrrt!
Sampai suara itu membuyarkan lamunannya, suara nada dering telepon genggam Jennie yang tertinggal di ruangan itu, Ethan berpikir ... haruskah ia mengangkatnya? dilihatnya lama yang tertera itu "Ren".
"Ren? haruskah aku mengangkat teleponnya? bagaimanapun ini handphone Jennie, tapi jika aku tak mengangkatnya ... bisa jadi ini kabar penting, ku angkat saja, anggap saja ini sebagai anggota TART, takutnya informasi penting.... " benaknya bermonolog seraya meraih benda pipih itu dan hendak menggeser ke atas tombol dengan ikon telepon berwarna hijau untuk mengangkatnya.....
"Tapi ... saat aku bertanya tentang kondisi Theo, kenapa ia tak memberitahuku? pasti ada alasannya, mungkinkah aku akan tau alasannya? " batin Ethan seraya mengangkat telepon dan langsung terdengar suara teriakan dari si pemuda baik hati namun kadang agak ceroboh dan gampang panik....
"JENNIE! GAWAT GAWAT GAWAT!!!! "
Siapa lagi kalau bukan Ren?? namun Ethan sudah terbiasa dengan tingkah temannya yang satu itu hanya mengorek-ngorek kupingnya karena suara teriakan Ren yang terlalu kencang dengan mimik wajah datar....
"berisik sekali bocah ini!! " batin Ethan meski mimik wajahnya datar karena sudah biasa.
kemudian terdengar kembalilah suara Ren di seberang sana....
"Jennie, Theo lagi-lagi kabur dan tak mau bertemu dengan psikiaternya hari ini! "
Deg!
"Apa maksudnya? apa yang terjadi pada Theo sebenarnya selama dua hari belakang ini? psikolog? apa yang sebenarnya terjadi??. "batin Ethan syok, ia lantas hendak menutup teleponnya itu.
"Jennie? kenapa tak ada jawaban? jawab aku Jennie! " suara Ren di seberang sana terus memanggil Jennie, namun Ethan dengan cepat menutup teleponnya itu, ia pun lekas mengecek riwayat pesan antara Jennie dan Ren.
percakapan pesan Ren dan Jennie dari 2 hari yang lalu :
Jennie : apakah Theo masih terus menangisi ayahnya?
Ren: Iya, dia tak mau berhenti, ia terus berteriak-teriak dan bahkan langsung panik saat jasad ayahnya kira angkat.
Ren : Ngomong-ngomong apa Ethan sudah bangun?
Jennie : Belum, sebaiknya kita tak memberitahukan akan hal ini padanya, Ethan kelihatannya Stress jadi akan buruk jika kita memberitahukan hal ini padanya.
Ren : Begitu yah? benar juga sih, aku akan bertugas selama 2 hari kedepan untuk menjaga di gedung pengungsian tempat Theo di sana, Rika.
Jennie : kau di sana bersama beberapa tentara lain dan Rika 'kan? semoga beruntung.
Ren : tunggu, apa yang harus kita lakukan pada Theo jika sudah begini?
Jennie : Tenangkanlah ia sebisa kalian.
Ren : Ok
Percakapan sehari yang lalu....
Ren: Jennie! Theo terus berulah dan agak tantrum, maklum sih trauma nya sepertinya cukup parah, bagaimana ini? sepertinya ia tak bisa hanya ditenangkan oleh kita.
Jennie : Baiklah, sepertinya kita harus memanggilkan psikiater untuknya, dan ... apa ada beberapa orang yang punya gejala yang sama? sepertinya mungkin ini juga akan membantu mereka.
Ren : Baik, bagaimana dengan kondisi Ethan?
Jennie : Sudah sadar dari kemarin, tapi ia terlihat down, aku benar-benar khawatir padanya ... tapi ia tak pernah mau berbicara terbuka dan jujur pada orang lain....
"Kau begitu mengkhawatirkan aku ya? Jennie? " batin Ethan saat membaca pesan itu.
Ting!
Ting!
pesan baru pun masuk ke handphone itu....
Ren : Jennie? ada apa? kenapa tidak membalasku?
Ren : Theo sepertinya bersembunyi dan tak mau bertemu dengan psikiater, bagaimana ini?
Ethan yang membaca pesan itu langsung mencengkram selimut pasien yang menyelimuti nya itu....
"Sudah kuduga, aku tak bisa melindungi perasaan orang lain, Theo bahkan sampai jadi trauma parah seperti ini.... " batin Ethan dengan rasa sakit dan penyesalan.
"Dasar lemah! " batinnya mengumpati dirinya sendiri.
...***********************...
Sementara itu di tempat gedung pengungsian untuk para pengungsi....
"Theo! kau di mana?! " teriak Ren.
"Sudah ketemu? " ujar Ren pada Rika.
"belumlah!" balas Rika.
Lalu mereka berpencar, setelah sendiri Ren pun membatin....
"Separah ini ya efek trauma dan kehilangan? "
"Wajar sih ... rasanya sangat menyedihkan, aku juga pernah mengalaminya, bahkan orang itu sampai sekarang juga menghilang dan tak pernah kembali padaku.... " benaknya mengingat rasa sakit hari itu, di mana ia terlalu lemah untuk melindungi seseorang yang berharga baginya, Ren menahan air matanya agar tak turun meski matanya sudah agak merah berkaca-kaca.
"Sudahlah, lebih baik aku lanjut mencari anak itu! " gumamnya lagi, daripada ia merasa sedih lebih baik mengalihkan pikirannya bukan?.
...*************************...
"Ethan? aku kemba--" Jennie terdiam sesuatu kala melihat ruangan rawat itu kosong, lalu ia pun mulai panik.
"Ethan?! kau pergi kemana?! " gumamnya kala pria yang seharusnya ada si ruangan itu menghilang.
"Ahh, belt systemnya! " batin Jennie lalu ia pun mengecek ke laci di ruangan itu dan Yup! sesuai dugaannya belt systemnya juga menghilang.
"Yaampun ... bagaimana ini?! dia berhasil menemukan beltnya! pergi ke mana lagi dia?!" gumamnya lalu ia melirik dan melihat ponselnya yang menyala. ia pun melihat pesan baru dari Ren dan riwayat telepon.
"Ohh tidak! dia sudah tau! Ren bodoh! " ujarnya mengutuk Ren.
...********************...
"Hacuh! apa ada yang membicarakanku?! " gumam Ren setelah bersin di seberang sana.
Lalu ia pun melihat jaket dan rambut anak kecil yang familiar dan ia kenali....
"Theo! kau di sini rupanya! " teriak Ren dan benar saja anak itu pun menoleh dan berteriak....
"Jangan mendekat! kau salah satu dari mereka! orang jahat yang mengambil tubuh ayah! padahala dia masih hidup tapi kenapa kalian mengambilnya?! kenapa?! " teriak anak itu yang hanya membuat Ren hanya bisa menghela nafas dengan hati yang iba.
Ting!
Ting!
Bunyi pesan masuk di ponselnya membuat pria itu pun mengeceknya dahulu dan ternyata itu pesan dari Jennie.
Jennie : Ren bodoh! bodoh! bodoh!
Ren : Hei apa maksudmu?! sudah pesanku tak dibalas dan saat telepon kau terus diam sekarang memarahiku?!
Jennie : apa yang kau katakan tadi saat telepon? jawab aku!
Ren : eee ... aku langsung menceritakan kalau Theo sekarang tak mau ke psikiaternya, tapi anehnya kau tak menjawabnya dan tak ada jawaban dari seberang sana!.
Jennie yang ada di unit kesehatan pada ruangan yang seharusnya Ethan ada di sana pun geleng-geleng kepala membaca pesan terakhirnya itu....
"INILAH PENTINGNYA MEMULAI PANGGILAN DENGAN KALIMAT 'HALO' DAN ' INI SIAPA YAH? ' DAN MENUNGGU ORANG YANG KAU TELEPON MENJAWAB MU BARU MENYAMPAIKAN APA YANG INGIN KAU SAMPAIKAN! DASAR REN BODOH! " batin Jennie tak henti-hentinya mengutuk kecerobohan rekannya itu.
-
-
-
kemanakah Ethan pergi? dapatkah Ren selalu yang bertugas di sana membuat Theo bangkit dari keterpurukan? siapa orang yang berharga yang meninggalkan Ren? dan apakah Jennie dapat membuat Ethan bangkit lagi? nantikan kelanjutannya!
Bersambung.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
Wang Lin
jennie galak amat, tapi seru juga liatnya
2025-03-24
0
SATURNUS MV
Ethan ngorek kuping aja masih kelihatan keren /Toasted/
2025-03-05
1
SATURNUS MV
harusnya "terputar di memori kepalanya" /Smirk/
2025-03-05
1