BAB 15 LANGKAH PERTAMA BALAS DENDAM

“Kita perlu bicara,” kata Araf pelan.

Cintia menatapnya, hatinya berdebar kencang. “Tentang apa?”

Araf memandangnya lama sebelum akhirnya berkata, “Tentang kamu... dan apa yang sebenarnya kamu rencanakan.”

Cintia terdiam. Pandangannya beralih ke jendela toko yang terbuka, angin dingin Tamansari menyelinap masuk. Ia berusaha menenangkan dirinya, tapi detak jantungnya terasa semakin keras, seperti mengancam menghancurkan ketenangan yang ia bangun selama ini.

“Aku nggak ngerti maksudmu,” jawabnya akhirnya, suaranya datar, tapi tangannya yang menggenggam pinggir meja sedikit gemetar.

Araf menghela napas. “Jangan pura-pura, Cin. Aku tahu ada sesuatu yang kamu sembunyikan dariku. Aku tahu kamu bukan cuma sekadar ingin hidup tenang di sini.”

Cintia menahan napas. Ia menatap Araf dengan tatapan tajam, mencoba membaca niat di balik kata-katanya.

“Kamu pikir aku nggak tahu? Kamu selalu bertanya-tanya tentang Luna—tentang kehidupannya,” lanjut Araf. “Dan aku tahu kamu nggak mungkin sekadar ingin tahu. Kamu punya sesuatu di pikiranmu, kan? Sesuatu yang... nggak benar.”

Cintia tersenyum tipis, tetapi senyuman itu lebih menyerupai ejekan. “Kamu sok tahu, Araf.”

“Cin, aku cuma mau bantu kamu,” katanya, nadanya memohon. “Aku tahu kamu terluka, aku tahu masa lalu kamu nggak mudah. Tapi kalau kamu terus-terusan hidup seperti ini, memendam kebencian, kamu cuma akan menyakiti dirimu sendiri.”

“Bantu aku?” Cintia tertawa kecil, dingin. “Apa yang kamu tahu soal luka, Raf? Kamu nggak tahu apa-apa tentang aku. Kamu nggak tahu apa yang aku alami.”

Araf terdiam. Ucapan Cintia menusuknya, tetapi ia tetap berdiri tegak. “Aku nggak tahu segalanya, benar. Tapi aku tahu kalau kamu nggak bisa terus hidup dengan cara ini. Kamu harus bicara, Cin. Kamu harus jujur.”

“Jujur?” Cintia mendekat, menatap Araf dengan tatapan dingin yang membuatnya bergidik. “Apa kamu pikir aku ini seperti kamu? Kamu selalu berpikir dunia ini bisa diperbaiki dengan kata-kata manismu, ya? Dunia ini nggak sebaik itu, Raf. Dan aku nggak punya kewajiban untuk menjelaskan apa pun ke kamu.”

Araf membuka mulutnya untuk membalas, tetapi Cintia sudah berbalik, meninggalkan toko tanpa sepatah kata pun.

Cintia berjalan cepat ke arah pantai, tempat ia biasa menenangkan diri. Pikirannya berkecamuk, hatinya dipenuhi berbagai emosi yang sulit ia jelaskan. Kata-kata Araf terus terngiang di kepalanya.

“Aku nggak perlu bantuannya,” gumamnya pelan, seolah meyakinkan dirinya sendiri.

Tapi jauh di lubuk hatinya, ia tahu Araf benar. Hidupnya selama ini hanyalah serangkaian kebencian dan dendam yang ia pelihara. Ia membenci ayahnya, membenci Luna, membenci semua orang yang pernah menyakitinya.

Sesampainya di pantai, ia duduk di atas pasir, memandangi ombak yang bergulung. Ia merogoh ponselnya, membuka media sosial Luna. Sudah beberapa minggu terakhir ia memantau kehidupan gadis itu. Postingannya dipenuhi foto-foto bahagia: makan malam di restoran mahal, menghadiri acara-acara sosial, dan tersenyum bersama teman-teman suksesnya.

Namun, mata Cintia tertuju pada satu foto tertentu. Sebuah foto Luna bersama seorang pria. Pria itu tampak memeluk Luna dengan mesra, tetapi ada sesuatu dalam senyumnya yang membuat Cintia merasa aneh. Ia memperbesar foto itu, mencari petunjuk apa pun yang bisa ia gunakan.

“Aku tahu ada sesuatu di sini,” gumamnya.

Dari informasi yang ia kumpulkan melalui gosip warga, ia tahu Luna pernah mengalami masalah besar di masa lalu. Cintia belum tahu pasti apa yang terjadi, tetapi ia yakin itu adalah celah yang bisa ia manfaatkan.

Pikirannya mulai bekerja. Ia harus bergerak cepat.

Keesokan harinya, Araf datang lagi ke toko Bu Rini. Ia tampak ragu-ragu, tetapi akhirnya memberanikan diri untuk mendekati Cintia yang sedang menata rak.

“Cin,” panggilnya pelan.

Cintia menoleh, memasang senyum tipis. “Ada apa?”

“Aku—” Araf terdiam sejenak, seolah mencari kata-kata yang tepat. “Aku minta maaf soal kemarin. Aku nggak bermaksud menuduh kamu atau apa pun.”

Cintia mengangkat bahu. “Nggak apa-apa. Aku udah lupa.”

Namun, Araf tahu itu bohong. Cintia bukan tipe orang yang mudah melupakan sesuatu.

“Kalau ada sesuatu yang kamu butuhkan, aku di sini,” tambah Araf, mencoba menawarkan jalan damai.

Cintia menatapnya, berpikir sejenak. “Kamu serius?”

Araf mengangguk.

“Baiklah,” katanya akhirnya. “Aku cuma butuh bantuan kecil.”

Araf mengernyit. “Bantuan apa?”

“Aku ingin tahu lebih banyak soal Luna,” jawab Cintia, nadanya ringan seolah itu bukan hal penting.

Araf tampak bingung. “Luna? Kenapa kamu tertarik sama dia?”

Cintia berpura-pura tersenyum. “Nggak ada alasan khusus. Aku cuma penasaran. Dia kan orang sukses sekarang, dan aku cuma ingin tahu gimana dia bisa sampai di titik itu.”

Araf mengangguk pelan, meski ia merasa ada sesuatu yang janggal. “Kamu yakin cuma itu alasannya?”

“Ya,” jawab Cintia tegas. “Kamu mau bantu aku atau nggak?”

Setelah beberapa detik ragu, Araf akhirnya setuju. “Baiklah. Aku akan coba cari tahu.”

Cintia tersenyum puas. Ia tahu Araf tidak sepenuhnya percaya padanya, tetapi itu tidak penting. Yang penting adalah ia berhasil membuat Araf terlibat.

Beberapa hari kemudian, Araf datang dengan informasi baru. Ia mendapati bahwa Luna pernah mengalami skandal besar di salah satu perusahaan tempat ia bekerja beberapa tahun lalu. Meski skandal itu tidak pernah diungkap ke publik, Araf mendengar dari seorang teman bahwa Luna hampir kehilangan reputasinya.

“Aku nggak tahu detailnya,” kata Araf saat mereka berbicara di pantai. “Tapi katanya ada sesuatu yang cukup besar. Mungkin kamu bisa cari tahu lebih banyak dari situ.”

Cintia mengangguk, menyembunyikan senyum kecil di wajahnya. “Terima kasih, Raf. Kamu benar-benar membantu.”

Araf menatapnya curiga. “Cin, kamu nggak akan melakukan sesuatu yang nekat, kan?”

“Kenapa kamu selalu menganggap aku akan melakukan hal buruk?” tanya Cintia, berpura-pura tersinggung.

“Karena aku tahu kamu,” jawab Araf. “Aku tahu kamu nggak akan berhenti kalau sudah menginginkan sesuatu. Aku cuma mau kamu berhati-hati.”

Cintia tidak menjawab. Ia hanya memandang ke arah laut, pikirannya sudah dipenuhi rencana-rencana untuk langkah berikutnya.

Beberapa hari kemudian, Cintia sengaja mendatangi acara sosial kecil yang dihadiri Luna. Ini bukan pertama kalinya mereka bertemu. Sebelumnya, Luna sudah dua kali meminta maaf dan mengaku menyesal atas apa yang pernah terjadi di masa lalu. Namun, bagi Cintia, kata-kata itu tidak berarti apa-apa. Kali ini, ia ingin melihat Luna dari sudut pandang berbeda.

Ia berdiri di sudut ruangan, memperhatikan gadis itu dari jauh. Luna tampak sempurna seperti biasa, mengenakan gaun mahal dan berbicara dengan penuh percaya diri. Namun, seperti sebelumnya, ada sesuatu di balik senyuman itu. Ada rasa cemas yang tersembunyi, seolah Luna mencoba menutupi sesuatu.

“Jadi ini hidupmu sekarang, ya, Lu?” gumam Cintia pelan.

Ia mendekati meja minuman, berpura-pura sibuk dengan gelasnya ketika Luna tiba-tiba mendekatinya.

“Hai,” sapa Luna dengan senyum ramah.

Cintia hampir terkejut, tetapi ia segera menguasai dirinya. “Hai.”

“Kamu Cintia, kan?” tanya Luna. “Aku nggak yakin, tapi aku rasa aku pernah melihatmu dulu... di sekolah.”

Kata-kata itu membuat Cintia memberengut dalam hati. Luna berpura-pura melupakan dua pertemuan mereka sebelumnya. Ataukah itu cara Luna menghindari percakapan mendalam?

Terpopuler

Comments

⧗⃟ᷢʷ мιѕѕнαιυ🐌

⧗⃟ᷢʷ мιѕѕнαιυ🐌

hahh makin di pendam rasa dendam mu makin terdorong kamu buat kelakukan yg tak seharusnya kamu lakukan Cintia 😔 aku tau masalalu mu teramat sakit tapi dengan begini pun akan menambah rasa sakit mu🥺

2025-02-22

2

⧗⃟ᷢʷ ☆🅢🅐🅚🅤🅡🅐☆🇮🇩🇸🇩

⧗⃟ᷢʷ ☆🅢🅐🅚🅤🅡🅐☆🇮🇩🇸🇩

Cintia berdamai dengan keadaan ya biar hidupmu tenang

2025-02-22

2

lihat semua
Episodes
1 BAB 1 AWAL MULA.
2 BAB 2 BULLYING SOSIAL.
3 BAB 3 WAJAH TERSEBUNYI.
4 BAB 4 HUBUNGAN YANG MULAI TERJALIN.
5 BAB 5 AWAL KEPERCAYAANNYA.
6 BAB 6 MASA LALU YANG KEMBALI.
7 BAB 7 LUKA YANG BELUM SEMBUH.
8 BAB 8 LUKA YANG BELUM SEMBUH 2
9 BAB 9 RAHASIA ARAF.
10 BAB 10 PERTEMUAN DENGAN AYAH
11 BAB 11 HUBUNGAN YANG MULAI TERJALIN.
12 BAB 12 PENGHIANATAN ATAU KESALAHPAHAMAN?
13 BAB 13 RENCANA YANG MULAI DISUSUN
14 BAB 14 ARAF KEMBALI, TAPI DENGAN JARAK.
15 BAB 15 LANGKAH PERTAMA BALAS DENDAM
16 BAB 16 PERTEMUAN DENGAN LUNA.
17 BAB 17 ARAF MENEMUKAN PETUNJUK.
18 BAB 18 ALAM BAWAH SADAR.
19 BAB 19 BAYANGAN DALAM MIMPI.
20 BAB 20 BAYANGAN DI BALIK SENYUM.
21 BAB 21 MUSUH DI BALIK BAYANGAN
22 BAB 22 MUSUH DI BALIK BAYANGAN 2
23 BAB 23 JERAT YANG SEMAKIN DALAM.
24 BAB 24 PILIHAN YANG BERBAHAYA.
25 BAB 25 TARGET BARU
26 BAB 26 BABAK AWAL-RADITYA
27 BAB 27 PERMAINAN BARU.
28 BAB 28 TELAK!
29 BAB 29 KEPEDULIAN ARAF.
30 BAB 30 KETULUSAN HATI
31 BAB 31 HATI YANG MELULUHKAN
32 BAB 32 SESUATU YANG LEBIH KUAT DARI DENDAM ~CINTA~
33 BAB 33 BENCI YANG MULAI MEMUDAR.
34 BAB 34 PENGAKUAN ARAF
35 BAB 35 KEMBALINYA LUNA.
36 BAB 36 TOPENG YANG TAK RETAK.
37 BAB 37 PERMAINAN AWAL.
38 BAB 38 MENIKMATI PERMAINAN.
39 BAB 39 DI BALIK SENYUM MANIS.
40 BAB 40 SEMAKIN DEKAT DENGAN KEHANCURAN
41 BAB 41 PERMAINAN YANG BERUJUNG PERANG.
42 BAB 42 MENDEKATI API.
43 BAB 43 CINTIA DAN PERMAINAN CATUR YANG IA CIPTAKAN.
44 BAB 44 CATUR PERMAINAN.
45 BAB 45 PERMAINAN YANG BERLANJUT.
46 BAB 46 CINTA YANG TAK BISA DIHINDARI
47 BAB 47 DUA HATI YANG TERJEBAK.
48 BAB 48 SEKUTU DALAM KEGELAPAN.
49 BAB 49 MEMPERERAT JERAT.
50 BAB 50 MENUTUP RUANG GERAK LUNA!
51 BAB 51 AWAL KEHANCURAN LUNA.
52 BAB 52 KEHANCURAN LUNA.
53 BAB 53 KEHANCURAN LUNA BAGIAN 3
54 BAB 54 KEMENANGAN CINTIA!
55 BAB 55 AWAL KEHIDUPAN BARU CINTIA
Episodes

Updated 55 Episodes

1
BAB 1 AWAL MULA.
2
BAB 2 BULLYING SOSIAL.
3
BAB 3 WAJAH TERSEBUNYI.
4
BAB 4 HUBUNGAN YANG MULAI TERJALIN.
5
BAB 5 AWAL KEPERCAYAANNYA.
6
BAB 6 MASA LALU YANG KEMBALI.
7
BAB 7 LUKA YANG BELUM SEMBUH.
8
BAB 8 LUKA YANG BELUM SEMBUH 2
9
BAB 9 RAHASIA ARAF.
10
BAB 10 PERTEMUAN DENGAN AYAH
11
BAB 11 HUBUNGAN YANG MULAI TERJALIN.
12
BAB 12 PENGHIANATAN ATAU KESALAHPAHAMAN?
13
BAB 13 RENCANA YANG MULAI DISUSUN
14
BAB 14 ARAF KEMBALI, TAPI DENGAN JARAK.
15
BAB 15 LANGKAH PERTAMA BALAS DENDAM
16
BAB 16 PERTEMUAN DENGAN LUNA.
17
BAB 17 ARAF MENEMUKAN PETUNJUK.
18
BAB 18 ALAM BAWAH SADAR.
19
BAB 19 BAYANGAN DALAM MIMPI.
20
BAB 20 BAYANGAN DI BALIK SENYUM.
21
BAB 21 MUSUH DI BALIK BAYANGAN
22
BAB 22 MUSUH DI BALIK BAYANGAN 2
23
BAB 23 JERAT YANG SEMAKIN DALAM.
24
BAB 24 PILIHAN YANG BERBAHAYA.
25
BAB 25 TARGET BARU
26
BAB 26 BABAK AWAL-RADITYA
27
BAB 27 PERMAINAN BARU.
28
BAB 28 TELAK!
29
BAB 29 KEPEDULIAN ARAF.
30
BAB 30 KETULUSAN HATI
31
BAB 31 HATI YANG MELULUHKAN
32
BAB 32 SESUATU YANG LEBIH KUAT DARI DENDAM ~CINTA~
33
BAB 33 BENCI YANG MULAI MEMUDAR.
34
BAB 34 PENGAKUAN ARAF
35
BAB 35 KEMBALINYA LUNA.
36
BAB 36 TOPENG YANG TAK RETAK.
37
BAB 37 PERMAINAN AWAL.
38
BAB 38 MENIKMATI PERMAINAN.
39
BAB 39 DI BALIK SENYUM MANIS.
40
BAB 40 SEMAKIN DEKAT DENGAN KEHANCURAN
41
BAB 41 PERMAINAN YANG BERUJUNG PERANG.
42
BAB 42 MENDEKATI API.
43
BAB 43 CINTIA DAN PERMAINAN CATUR YANG IA CIPTAKAN.
44
BAB 44 CATUR PERMAINAN.
45
BAB 45 PERMAINAN YANG BERLANJUT.
46
BAB 46 CINTA YANG TAK BISA DIHINDARI
47
BAB 47 DUA HATI YANG TERJEBAK.
48
BAB 48 SEKUTU DALAM KEGELAPAN.
49
BAB 49 MEMPERERAT JERAT.
50
BAB 50 MENUTUP RUANG GERAK LUNA!
51
BAB 51 AWAL KEHANCURAN LUNA.
52
BAB 52 KEHANCURAN LUNA.
53
BAB 53 KEHANCURAN LUNA BAGIAN 3
54
BAB 54 KEMENANGAN CINTIA!
55
BAB 55 AWAL KEHIDUPAN BARU CINTIA

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!