BAB 6 MASA LALU YANG KEMBALI.

“Kenapa kamu terus baik sama aku, Raf?”

Cintia memandang bunga di tangannya dengan tatapan kosong. Pertanyaannya menggantung di udara, namun Araf tidak menjawab. Ia hanya tersenyum tipis, seperti biasa, seolah menyimpan sesuatu yang tidak ingin ia ungkapkan.

"Aku cuma ingin kamu tahu," Araf akhirnya berkata lembut, "kalau kamu nggak sendirian."

Cintia menghela napas panjang, mengalihkan pandangannya ke arah jendela toko kecil tempat ia bekerja. Sore itu, suasana Tamansari terasa lengang, hanya suara angin yang sesekali menggoyangkan dedaunan. Cintia tidak ingin melanjutkan percakapan ini. Baginya, kata-kata Araf terlalu indah untuk dunia yang ia kenal—dunia yang penuh dengan luka dan kebencian.

“Bunga ini buat apa, sih?” Cintia akhirnya bertanya, mencoba mengalihkan topik.

“Bunga itu buat kamu. Anggap aja, hadiah kecil untuk seseorang yang berarti,” jawab Araf dengan senyuman hangat.

Cintia tidak menanggapi. Ia hanya meletakkan bunga itu di meja, lalu kembali sibuk mengatur barang-barang di rak toko.

Namun, sebelum percakapan mereka berlanjut, bel pintu toko berbunyi. Seorang pelanggan masuk.

“Selamat sore!” suara riang menyapa.

Cintia berbalik. Senyum di wajahnya lenyap dalam sekejap. Di hadapannya, berdiri seorang wanita muda dengan tubuh tinggi semampai. Rambut pirang yang tersisir rapi, dan ia mengenakan pakaian kasual yang terlihat elegan. Wajah itu—meski terlihat lebih dewasa—tidak mungkin dilupakan oleh Cintia.

Luna.

“Cintia?” wanita itu tampak terkejut, matanya membulat.

Cintia terdiam, tubuhnya menegang. Tangan yang tadi sibuk merapikan barang di rak kini menggenggam erat sebuah botol kecil. Amarah yang selama ini ia pendam mendadak menggelegak.

“Lama nggak ketemu, ya,” Luna melanjutkan dengan nada canggung, mencoba mencairkan suasana.

“Apa yang kamu lakukan di sini?” suara Cintia terdengar dingin, hampir seperti bisikan.

Luna tersenyum kaku. “Aku pindah ke Tamansari beberapa bulan lalu. Ternyata, kita tinggal di kota yang sama sekarang.”

Cintia tidak menanggapi. Ia hanya menatap Luna dengan mata tajam, seolah-olah ingin menusuknya dengan pandangan itu saja.

Araf, yang berdiri tak jauh dari mereka, bisa merasakan ketegangan di antara kedua wanita itu. Ia mencoba menyela, “Ada yang bisa saya bantu?”

Luna menoleh ke arah Araf dan tersenyum sopan. “Oh, tidak perlu. Aku cuma mau beli beberapa barang.”

Cintia masih diam, tetapi matanya tidak lepas dari Luna.

“Cintia,” Luna tiba-tiba memanggil pelan, suaranya terdengar tulus. “Boleh kita bicara sebentar? Aku…” Luna menggigit bibirnya, ragu-ragu melanjutkan. “Aku ingin minta maaf.”

Kata-kata itu membuat Cintia tertawa kecil, sebuah tawa sinis yang terdengar aneh di tengah suasana tegang.

“Maaf?” Cintia mengulang dengan nada tidak percaya. “Kamu kira maaf bisa memperbaiki semuanya?”

“Aku tahu ini nggak mudah,” Luna menjawab dengan nada rendah. “Tapi aku benar-benar menyesal atas apa yang aku lakukan dulu. Aku… aku nggak tahu apa yang ada di pikiranku waktu itu. Aku cuma—”

“Kamu cuma apa?” potong Cintia dengan tajam. “Cuma suka melihat orang menderita? Cuma mau pamer kalau kamu lebih baik dari orang lain?”

“Cintia, aku…” Luna tampak kehilangan kata-kata.

“Kamu nggak tahu apa-apa tentang rasa sakit yang kamu kasih ke aku, Luna,” Cintia melanjutkan, suaranya bergetar. “Kamu nggak tahu apa yang aku lewatin gara-gara kamu!”

Araf, yang sejak tadi diam, mencoba menenangkan. “Cin, mungkin kita bisa—”

“Jangan ikut campur, Araf!” Cintia memotong, suaranya tajam dan penuh emosi.

Luna menunduk, ada kesedihan di wajahnya. “Aku benar-benar minta maaf. Kalau aku bisa mengulang waktu, aku nggak akan pernah melakukan semua itu. Aku tahu maafku nggak cukup, tapi…”

“Tapi kamu tetap bilang, kan? Karena itu membuatmu merasa lebih baik!”

Luna mengangkat wajahnya, menatap Cintia dengan mata berkaca-kaca. “Aku cuma ingin memperbaiki semuanya, Cintia. Aku tahu aku salah. Aku tahu aku jahat. Tapi sekarang aku berubah. Aku nggak mau terus hidup dengan rasa bersalah ini.”

Cintia terdiam. Kata-kata Luna menamparnya, tetapi amarahnya terlalu besar untuk diredam begitu saja. Ia berbalik, meninggalkan Luna dan Araf tanpa sepatah kata pun.

...----------------...

Di luar toko, Cintia berjalan cepat menuju pantai. Angin sore menyapu wajahnya, tetapi tidak cukup untuk menenangkan hatinya yang sedang berkecamuk.

Bayangan masa lalu kembali menghantuinya. Wajah Luna, tawa mengejeknya, kata-kata menyakitkan yang ia ucapkan—semua itu terulang di benaknya seperti film buruk yang tak pernah selesai.

“Apa dia pikir satu kata maaf bisa menghapus semua itu?” gumam Cintia dengan suara penuh kebencian.

Langkahnya terhenti di tepi pantai. Ia menatap ombak yang bergulung-gulung, mencoba mencari kedamaian di tengah kekacauan pikirannya.

Namun, suara langkah kaki di belakangnya membuatnya berbalik. Araf berdiri di sana, menatapnya dengan tatapan penuh simpati.

“Kamu baik-baik aja?” tanya Araf hati-hati.

“Kenapa kamu ngikutin aku?” suara Cintia terdengar lelah.

“Aku cuma khawatir,” jawab Araf jujur. “Kamu kelihatan… terluka.”

Cintia tertawa kecil, tetapi tidak ada kebahagiaan dalam tawanya. “Terluka? Aku sudah terluka sejak lama, Raf. Luka ini nggak pernah sembuh.”

Araf mendekat, berhenti tepat di samping Cintia. “Tapi kamu nggak harus terus hidup dengan luka itu, Cin. Kamu bisa sembuh. Kamu bisa bahagia.”

“Bahagia?” Cintia mengulang kata itu dengan nada pahit. “Aku nggak percaya lagi sama kebahagiaan.”

Araf tidak langsung menjawab. Ia hanya menatap ombak di depannya, membiarkan keheningan mengisi jarak di antara mereka.

“Aku tahu kamu marah sama Luna,” Araf akhirnya berkata. “Tapi, apa kamu yakin terus menyimpan dendam itu akan membuatmu merasa lebih baik?”

Cintia menghela napas panjang. “Aku nggak tahu, Raf. Aku nggak tahu apa yang bisa membuat aku merasa lebih baik.”

“Kamu tahu,” Araf menoleh, menatap Cintia dengan serius. “Kamu cuma terlalu takut untuk mengakuinya.”

Cintia menatap Araf dengan mata penuh kebingungan. “Apa maksudmu?”

“Kenapa kamu nggak coba memaafkan?” tanyanya lembut.

Cintia terdiam, kata-kata itu menggantung di udara seperti batu berat yang menghantam dadanya. Namun, sebelum ia sempat menjawab, Araf melanjutkan, “Aku tahu itu nggak mudah. Tapi memaafkan bukan berarti melupakan. Itu cuma berarti kamu berhenti membiarkan luka itu mengendalikan hidupmu.”

Cintia menunduk, menghindari tatapan Araf. “Aku nggak tahu, Raf. Aku nggak tahu apakah aku bisa.”

“Kamu bisa, Cin,” Araf menjawab yakin. “Kalau kamu mau.”

Cintia memejamkan matanya, mencoba menenangkan badai yang berkecamuk di dalam hatinya. Namun, ketika ia membuka mata, hanya satu pertanyaan yang tersisa di benaknya.

“Kenapa kamu begitu peduli sama aku, Raf?”

Araf menatapnya lama, sebelum akhirnya menjawab dengan suara pelan tapi penuh keyakinan.

“Karena aku tahu rasanya hidup dalam gelap, Cin. Dan aku nggak mau kamu terus terjebak di sana.”

Cintia tidak menjawab. Ia hanya memandang Araf dengan tatapan yang sulit diartikan, sementara pikirannya terus berputar.

Dan di kejauhan, ombak terus bergulung, membawa pertanyaan yang masih menggantung di udara.

Terpopuler

Comments

Sylvia Rosyta

Sylvia Rosyta

aku udah mampir ya kak, semangat buat nulisnya 💪

2025-02-14

2

⧗⃟ᷢʷ ☆🅢🅐🅚🅤🅡🅐☆🇮🇩🇸🇩

⧗⃟ᷢʷ ☆🅢🅐🅚🅤🅡🅐☆🇮🇩🇸🇩

Cynthia nggak bagus dendam, sakit hati boleh dendam g boleh coba berusaha iklas walaupun sulit. berdamai dengan keadaan

2025-02-18

1

secret enjel

secret enjel

semangatt up nyaa kak, akuu dahh vote yaaaa kakkk

2025-02-13

2

lihat semua
Episodes
1 BAB 1 AWAL MULA.
2 BAB 2 BULLYING SOSIAL.
3 BAB 3 WAJAH TERSEBUNYI.
4 BAB 4 HUBUNGAN YANG MULAI TERJALIN.
5 BAB 5 AWAL KEPERCAYAANNYA.
6 BAB 6 MASA LALU YANG KEMBALI.
7 BAB 7 LUKA YANG BELUM SEMBUH.
8 BAB 8 LUKA YANG BELUM SEMBUH 2
9 BAB 9 RAHASIA ARAF.
10 BAB 10 PERTEMUAN DENGAN AYAH
11 BAB 11 HUBUNGAN YANG MULAI TERJALIN.
12 BAB 12 PENGHIANATAN ATAU KESALAHPAHAMAN?
13 BAB 13 RENCANA YANG MULAI DISUSUN
14 BAB 14 ARAF KEMBALI, TAPI DENGAN JARAK.
15 BAB 15 LANGKAH PERTAMA BALAS DENDAM
16 BAB 16 PERTEMUAN DENGAN LUNA.
17 BAB 17 ARAF MENEMUKAN PETUNJUK.
18 BAB 18 ALAM BAWAH SADAR.
19 BAB 19 BAYANGAN DALAM MIMPI.
20 BAB 20 BAYANGAN DI BALIK SENYUM.
21 BAB 21 MUSUH DI BALIK BAYANGAN
22 BAB 22 MUSUH DI BALIK BAYANGAN 2
23 BAB 23 JERAT YANG SEMAKIN DALAM.
24 BAB 24 PILIHAN YANG BERBAHAYA.
25 BAB 25 TARGET BARU
26 BAB 26 BABAK AWAL-RADITYA
27 BAB 27 PERMAINAN BARU.
28 BAB 28 TELAK!
29 BAB 29 KEPEDULIAN ARAF.
30 BAB 30 KETULUSAN HATI
31 BAB 31 HATI YANG MELULUHKAN
32 BAB 32 SESUATU YANG LEBIH KUAT DARI DENDAM ~CINTA~
33 BAB 33 BENCI YANG MULAI MEMUDAR.
34 BAB 34 PENGAKUAN ARAF
35 BAB 35 KEMBALINYA LUNA.
36 BAB 36 TOPENG YANG TAK RETAK.
37 BAB 37 PERMAINAN AWAL.
38 BAB 38 MENIKMATI PERMAINAN.
39 BAB 39 DI BALIK SENYUM MANIS.
40 BAB 40 SEMAKIN DEKAT DENGAN KEHANCURAN
41 BAB 41 PERMAINAN YANG BERUJUNG PERANG.
42 BAB 42 MENDEKATI API.
43 BAB 43 CINTIA DAN PERMAINAN CATUR YANG IA CIPTAKAN.
44 BAB 44 CATUR PERMAINAN.
45 BAB 45 PERMAINAN YANG BERLANJUT.
46 BAB 46 CINTA YANG TAK BISA DIHINDARI
47 BAB 47 DUA HATI YANG TERJEBAK.
48 BAB 48 SEKUTU DALAM KEGELAPAN.
49 BAB 49 MEMPERERAT JERAT.
50 BAB 50 MENUTUP RUANG GERAK LUNA!
51 BAB 51 AWAL KEHANCURAN LUNA.
52 BAB 52 KEHANCURAN LUNA.
53 BAB 53 KEHANCURAN LUNA BAGIAN 3
54 BAB 54 KEMENANGAN CINTIA!
55 BAB 55 AWAL KEHIDUPAN BARU CINTIA
Episodes

Updated 55 Episodes

1
BAB 1 AWAL MULA.
2
BAB 2 BULLYING SOSIAL.
3
BAB 3 WAJAH TERSEBUNYI.
4
BAB 4 HUBUNGAN YANG MULAI TERJALIN.
5
BAB 5 AWAL KEPERCAYAANNYA.
6
BAB 6 MASA LALU YANG KEMBALI.
7
BAB 7 LUKA YANG BELUM SEMBUH.
8
BAB 8 LUKA YANG BELUM SEMBUH 2
9
BAB 9 RAHASIA ARAF.
10
BAB 10 PERTEMUAN DENGAN AYAH
11
BAB 11 HUBUNGAN YANG MULAI TERJALIN.
12
BAB 12 PENGHIANATAN ATAU KESALAHPAHAMAN?
13
BAB 13 RENCANA YANG MULAI DISUSUN
14
BAB 14 ARAF KEMBALI, TAPI DENGAN JARAK.
15
BAB 15 LANGKAH PERTAMA BALAS DENDAM
16
BAB 16 PERTEMUAN DENGAN LUNA.
17
BAB 17 ARAF MENEMUKAN PETUNJUK.
18
BAB 18 ALAM BAWAH SADAR.
19
BAB 19 BAYANGAN DALAM MIMPI.
20
BAB 20 BAYANGAN DI BALIK SENYUM.
21
BAB 21 MUSUH DI BALIK BAYANGAN
22
BAB 22 MUSUH DI BALIK BAYANGAN 2
23
BAB 23 JERAT YANG SEMAKIN DALAM.
24
BAB 24 PILIHAN YANG BERBAHAYA.
25
BAB 25 TARGET BARU
26
BAB 26 BABAK AWAL-RADITYA
27
BAB 27 PERMAINAN BARU.
28
BAB 28 TELAK!
29
BAB 29 KEPEDULIAN ARAF.
30
BAB 30 KETULUSAN HATI
31
BAB 31 HATI YANG MELULUHKAN
32
BAB 32 SESUATU YANG LEBIH KUAT DARI DENDAM ~CINTA~
33
BAB 33 BENCI YANG MULAI MEMUDAR.
34
BAB 34 PENGAKUAN ARAF
35
BAB 35 KEMBALINYA LUNA.
36
BAB 36 TOPENG YANG TAK RETAK.
37
BAB 37 PERMAINAN AWAL.
38
BAB 38 MENIKMATI PERMAINAN.
39
BAB 39 DI BALIK SENYUM MANIS.
40
BAB 40 SEMAKIN DEKAT DENGAN KEHANCURAN
41
BAB 41 PERMAINAN YANG BERUJUNG PERANG.
42
BAB 42 MENDEKATI API.
43
BAB 43 CINTIA DAN PERMAINAN CATUR YANG IA CIPTAKAN.
44
BAB 44 CATUR PERMAINAN.
45
BAB 45 PERMAINAN YANG BERLANJUT.
46
BAB 46 CINTA YANG TAK BISA DIHINDARI
47
BAB 47 DUA HATI YANG TERJEBAK.
48
BAB 48 SEKUTU DALAM KEGELAPAN.
49
BAB 49 MEMPERERAT JERAT.
50
BAB 50 MENUTUP RUANG GERAK LUNA!
51
BAB 51 AWAL KEHANCURAN LUNA.
52
BAB 52 KEHANCURAN LUNA.
53
BAB 53 KEHANCURAN LUNA BAGIAN 3
54
BAB 54 KEMENANGAN CINTIA!
55
BAB 55 AWAL KEHIDUPAN BARU CINTIA

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!