BAB 12 PENGHIANATAN ATAU KESALAHPAHAMAN?

Cintia menatap Araf dengan pandangan yang sulit diartikan. Pertanyaan itu menggantung di udara seperti benang tipis yang hampir putus. Ia tidak tahu bagaimana harus menjawab. Ia ingin percaya padanya, ingin membiarkannya tetap ada di dalam hidupnya, tetapi ketakutan itu selalu menghantuinya.

"Jawabanmu apa, Cintia?" tanya Araf pelan, suaranya lembut, tapi ada nada ketegasan yang tidak biasa.

Cintia mengalihkan pandangannya ke arah laut. Ombak kecil bergulung pelan, seolah ingin menenangkan perasaannya yang tengah berkecamuk. Ia tidak bisa menjawab. Ia takut jika ia membiarkan Araf tetap di sisinya, ia akan terluka lagi. Dan Cintia sudah terlalu lelah untuk terluka.

"Aku nggak tahu," jawabnya akhirnya, suaranya hampir tak terdengar.

Araf terdiam beberapa saat. Lalu, ia mengangguk pelan. "Aku nggak akan memaksamu. Tapi aku harap kamu tahu, aku ada di sini bukan untuk menyakitimu."

Cintia tidak menjawab. Ia hanya menunduk, membiarkan kata-kata Araf mengisi ruang di antara mereka. Tapi jauh di dalam hatinya, sebuah keraguan mulai tumbuh. Apa benar ia bisa mempercayai Araf? Apa benar lelaki itu tidak akan pergi?

---

Sejak percakapan di pantai itu, hubungan mereka tetap berjalan seperti biasa, meskipun ada sedikit jarak yang terasa. Araf tetap datang ke toko setiap sore, membeli barang-barang kecil yang tidak penting hanya untuk punya alasan berbicara dengan Cintia. Sementara itu, Cintia berusaha menjaga sikapnya, mencoba tidak terlalu menunjukkan apa yang ia rasakan.

Tapi hari itu, sesuatu berbeda.

Bu Rini, yang sedang menata rak-rak toko, tiba-tiba mendekati Cintia dengan wajah penuh rasa ingin tahu. "Eh, Cintia. Kamu tahu nggak soal Araf?"

Cintia yang sedang memeriksa stok barang menoleh dengan alis terangkat. "Apa maksud Bu Rini?"

Bu Rini mendekat, suaranya mengecil seperti sedang membicarakan rahasia besar. "Tadi ada pelanggan yang bilang, katanya Araf itu sering jalan sama perempuan lain. Kamu tahu nggak siapa dia?"

Cintia seketika merasa seperti ada yang menusuk dadanya. "Perempuan lain?" tanyanya pelan, mencoba terdengar biasa saja meskipun perasaannya mulai bergejolak.

"Iya," jawab Bu Rini sambil mengangguk. "Katanya mereka sering ketemu di kota sebelah. Perempuan itu cantik, katanya. Mungkin pacarnya?"

Cintia terdiam. Tangannya yang memegang buku catatan stok mulai gemetar. "Siapa yang bilang?" tanyanya, suaranya sedikit lebih tajam dari yang ia maksudkan.

"Ya, tadi ada pelanggan yang ngomong. Siapa ya? Aku lupa. Tapi katanya udah beberapa kali lihat mereka bareng."

Cintia tidak menjawab. Ia mencoba mengendalikan dirinya, tapi pikirannya sudah dipenuhi oleh berbagai kemungkinan buruk. Apa Araf benar-benar punya hubungan dengan perempuan lain? Kalau iya, kenapa ia tidak pernah bilang apa-apa? Apa selama ini ia hanya bermain-main dengannya?

"Eh, kamu nggak apa-apa, Cintia?" tanya Bu Rini, memperhatikan wajahnya yang tampak tegang.

Cintia menggeleng pelan. "Aku nggak apa-apa, Bu," jawabnya singkat. "Aku cuma capek."

---

Sore itu, seperti biasa, Araf datang ke toko. Tapi kali ini, Cintia tidak menyambutnya dengan senyum tipis seperti biasanya. Ia hanya berdiri di belakang meja kasir, menatapnya dengan tatapan dingin.

"Hei," sapa Araf dengan senyum ramah. Tapi senyumnya perlahan memudar ketika ia melihat ekspresi Cintia. "Kamu kenapa?"

Cintia tidak langsung menjawab. Ia hanya menatapnya beberapa saat sebelum akhirnya berkata, "Kamu sering ke kota sebelah?"

Pertanyaan itu membuat Araf mengerutkan kening. "Iya, kadang-kadang. Kenapa?"

"Kamu ketemu siapa di sana?" tanya Cintia lagi, suaranya lebih tajam sekarang.

Araf tampak bingung. "Maksudmu?"

"Ada yang bilang kamu sering jalan sama perempuan lain," kata Cintia tanpa basa-basi. "Itu benar?"

Araf terdiam, jelas terkejut dengan pertanyaan itu. "Perempuan lain? Siapa yang bilang?"

"Jadi, itu nggak benar?" Cintia balas bertanya, matanya menatap tajam ke arahnya.

Araf menghela napas panjang. "Aku nggak tahu siapa yang bilang itu, tapi itu nggak benar. Aku nggak punya hubungan dengan siapa pun, Cintia."

"Tapi kenapa ada yang lihat kamu sama perempuan lain?" desak Cintia. Ia tidak ingin terlihat cemburu, tapi nada suaranya jelas menunjukkan bahwa ia merasa dikhianati.

"Aku memang ketemu beberapa orang di kota, tapi itu nggak seperti yang kamu pikirkan," jawab Araf, suaranya mulai terdengar frustrasi. "Aku nggak tahu kenapa orang-orang suka menyebarkan gosip yang nggak jelas."

Cintia tertawa kecil, tapi tidak ada kehangatan dalam tawanya. "Jadi ini cuma gosip? Kamu yakin?"

"Aku yakin," jawab Araf tegas. "Cintia, aku nggak akan pernah melakukan sesuatu yang menyakitimu. Aku pikir kamu tahu itu."

"Tapi aku nggak tahu!" balas Cintia, suaranya meninggi. "Aku nggak tahu karena selama ini aku nggak pernah bisa percaya sama siapa pun. Dan sekarang, aku dengar ini tentang kamu. Apa kamu pikir aku bisa percaya begitu saja?"

Araf terdiam. Ia tahu Cintia tidak mudah percaya pada orang lain, tapi ia tidak menyangka bahwa ia akan menjadi sasaran ketidakpercayaan itu. "Cintia," katanya pelan, "aku nggak tahu harus bilang apa lagi selain bahwa aku nggak pernah bohong padamu."

"Tapi mungkin kamu bohong sekarang," kata Cintia dingin. "Mungkin aku salah percaya padamu."

Kata-kata itu seperti pukulan bagi Araf. Ia menatap Cintia dengan mata yang penuh luka. "Apa itu yang kamu pikirkan tentang aku? Kalau iya, mungkin aku nggak punya alasan lagi untuk tetap di sini."

Cintia terkejut mendengar kata-kata itu. Ia tidak menyangka Araf akan mengatakan hal seperti itu. Tapi sebelum ia bisa menjawab, Araf melangkah keluar dari toko tanpa berkata apa-apa lagi.

---

Malam itu, Cintia duduk sendirian di kamarnya. Matanya menatap kosong ke arah jendela, pikirannya penuh dengan bayangan Araf. Ia merasa marah, bingung, dan terluka. Tapi di atas semua itu, ia merasa takut. Takut kalau ia benar-benar kehilangan Araf.

"Apa aku salah?" tanyanya pada dirinya sendiri. Tapi ia tidak punya jawaban.

---

Keesokan harinya, Araf tidak datang ke toko. Untuk pertama kalinya dalam beberapa minggu, Cintia merasa ada sesuatu yang hilang. Ia mencoba meyakinkan dirinya sendiri bahwa ini yang terbaik. Jika Araf pergi, ia tidak akan terluka lagi. Tapi kenapa hatinya terasa begitu kosong?

Bu Rini, yang memperhatikan perubahan sikap Cintia, akhirnya bertanya, "Kamu kenapa, Cintia? Kelihatannya kamu nggak seperti biasanya."

"Nggak apa-apa, Bu," jawab Cintia singkat.

"Tapi aku lihat kamu dan Araf kemarin kayaknya ada masalah," kata Bu Rini pelan.

Cintia tidak menjawab. Ia tidak ingin membicarakan ini dengan siapa pun, bahkan dengan Bu Rini. Tapi di dalam hatinya, ia tahu bahwa ia harus membuat keputusan. Apakah ia akan membiarkan Araf pergi, atau ia akan mencoba mempercayainya?

Sore itu, ketika toko mulai sepi, Cintia duduk di kursi di belakang meja kasir. Ia menatap pintu dengan harapan yang tak terucap. Tapi Araf tidak pernah datang.

"Apa aku benar-benar sudah kehilangan dia?" tanyanya pelan pada dirinya sendiri. Tapi jawabannya tetap menggantung, seperti pertanyaan yang tidak pernah selesai…

Terpopuler

Comments

⧗⃟ᷢʷ ☆🅢🅐🅚🅤🅡🅐☆🇮🇩🇸🇩

⧗⃟ᷢʷ ☆🅢🅐🅚🅤🅡🅐☆🇮🇩🇸🇩

ada apa dgn Araf?
apa sakit thor

2025-02-19

2

⧗⃟ᷢʷ мιѕѕнαιυ🐌

⧗⃟ᷢʷ мιѕѕнαιυ🐌

bingung mau komen apa

2025-02-18

1

lihat semua
Episodes
1 BAB 1 AWAL MULA.
2 BAB 2 BULLYING SOSIAL.
3 BAB 3 WAJAH TERSEBUNYI.
4 BAB 4 HUBUNGAN YANG MULAI TERJALIN.
5 BAB 5 AWAL KEPERCAYAANNYA.
6 BAB 6 MASA LALU YANG KEMBALI.
7 BAB 7 LUKA YANG BELUM SEMBUH.
8 BAB 8 LUKA YANG BELUM SEMBUH 2
9 BAB 9 RAHASIA ARAF.
10 BAB 10 PERTEMUAN DENGAN AYAH
11 BAB 11 HUBUNGAN YANG MULAI TERJALIN.
12 BAB 12 PENGHIANATAN ATAU KESALAHPAHAMAN?
13 BAB 13 RENCANA YANG MULAI DISUSUN
14 BAB 14 ARAF KEMBALI, TAPI DENGAN JARAK.
15 BAB 15 LANGKAH PERTAMA BALAS DENDAM
16 BAB 16 PERTEMUAN DENGAN LUNA.
17 BAB 17 ARAF MENEMUKAN PETUNJUK.
18 BAB 18 ALAM BAWAH SADAR.
19 BAB 19 BAYANGAN DALAM MIMPI.
20 BAB 20 BAYANGAN DI BALIK SENYUM.
21 BAB 21 MUSUH DI BALIK BAYANGAN
22 BAB 22 MUSUH DI BALIK BAYANGAN 2
23 BAB 23 JERAT YANG SEMAKIN DALAM.
24 BAB 24 PILIHAN YANG BERBAHAYA.
25 BAB 25 TARGET BARU
26 BAB 26 BABAK AWAL-RADITYA
27 BAB 27 PERMAINAN BARU.
28 BAB 28 TELAK!
29 BAB 29 KEPEDULIAN ARAF.
30 BAB 30 KETULUSAN HATI
31 BAB 31 HATI YANG MELULUHKAN
32 BAB 32 SESUATU YANG LEBIH KUAT DARI DENDAM ~CINTA~
33 BAB 33 BENCI YANG MULAI MEMUDAR.
34 BAB 34 PENGAKUAN ARAF
35 BAB 35 KEMBALINYA LUNA.
36 BAB 36 TOPENG YANG TAK RETAK.
37 BAB 37 PERMAINAN AWAL.
38 BAB 38 MENIKMATI PERMAINAN.
39 BAB 39 DI BALIK SENYUM MANIS.
40 BAB 40 SEMAKIN DEKAT DENGAN KEHANCURAN
41 BAB 41 PERMAINAN YANG BERUJUNG PERANG.
42 BAB 42 MENDEKATI API.
43 BAB 43 CINTIA DAN PERMAINAN CATUR YANG IA CIPTAKAN.
44 BAB 44 CATUR PERMAINAN.
45 BAB 45 PERMAINAN YANG BERLANJUT.
46 BAB 46 CINTA YANG TAK BISA DIHINDARI
47 BAB 47 DUA HATI YANG TERJEBAK.
48 BAB 48 SEKUTU DALAM KEGELAPAN.
49 BAB 49 MEMPERERAT JERAT.
50 BAB 50 MENUTUP RUANG GERAK LUNA!
51 BAB 51 AWAL KEHANCURAN LUNA.
52 BAB 52 KEHANCURAN LUNA.
53 BAB 53 KEHANCURAN LUNA BAGIAN 3
54 BAB 54 KEMENANGAN CINTIA!
55 BAB 55 AWAL KEHIDUPAN BARU CINTIA
Episodes

Updated 55 Episodes

1
BAB 1 AWAL MULA.
2
BAB 2 BULLYING SOSIAL.
3
BAB 3 WAJAH TERSEBUNYI.
4
BAB 4 HUBUNGAN YANG MULAI TERJALIN.
5
BAB 5 AWAL KEPERCAYAANNYA.
6
BAB 6 MASA LALU YANG KEMBALI.
7
BAB 7 LUKA YANG BELUM SEMBUH.
8
BAB 8 LUKA YANG BELUM SEMBUH 2
9
BAB 9 RAHASIA ARAF.
10
BAB 10 PERTEMUAN DENGAN AYAH
11
BAB 11 HUBUNGAN YANG MULAI TERJALIN.
12
BAB 12 PENGHIANATAN ATAU KESALAHPAHAMAN?
13
BAB 13 RENCANA YANG MULAI DISUSUN
14
BAB 14 ARAF KEMBALI, TAPI DENGAN JARAK.
15
BAB 15 LANGKAH PERTAMA BALAS DENDAM
16
BAB 16 PERTEMUAN DENGAN LUNA.
17
BAB 17 ARAF MENEMUKAN PETUNJUK.
18
BAB 18 ALAM BAWAH SADAR.
19
BAB 19 BAYANGAN DALAM MIMPI.
20
BAB 20 BAYANGAN DI BALIK SENYUM.
21
BAB 21 MUSUH DI BALIK BAYANGAN
22
BAB 22 MUSUH DI BALIK BAYANGAN 2
23
BAB 23 JERAT YANG SEMAKIN DALAM.
24
BAB 24 PILIHAN YANG BERBAHAYA.
25
BAB 25 TARGET BARU
26
BAB 26 BABAK AWAL-RADITYA
27
BAB 27 PERMAINAN BARU.
28
BAB 28 TELAK!
29
BAB 29 KEPEDULIAN ARAF.
30
BAB 30 KETULUSAN HATI
31
BAB 31 HATI YANG MELULUHKAN
32
BAB 32 SESUATU YANG LEBIH KUAT DARI DENDAM ~CINTA~
33
BAB 33 BENCI YANG MULAI MEMUDAR.
34
BAB 34 PENGAKUAN ARAF
35
BAB 35 KEMBALINYA LUNA.
36
BAB 36 TOPENG YANG TAK RETAK.
37
BAB 37 PERMAINAN AWAL.
38
BAB 38 MENIKMATI PERMAINAN.
39
BAB 39 DI BALIK SENYUM MANIS.
40
BAB 40 SEMAKIN DEKAT DENGAN KEHANCURAN
41
BAB 41 PERMAINAN YANG BERUJUNG PERANG.
42
BAB 42 MENDEKATI API.
43
BAB 43 CINTIA DAN PERMAINAN CATUR YANG IA CIPTAKAN.
44
BAB 44 CATUR PERMAINAN.
45
BAB 45 PERMAINAN YANG BERLANJUT.
46
BAB 46 CINTA YANG TAK BISA DIHINDARI
47
BAB 47 DUA HATI YANG TERJEBAK.
48
BAB 48 SEKUTU DALAM KEGELAPAN.
49
BAB 49 MEMPERERAT JERAT.
50
BAB 50 MENUTUP RUANG GERAK LUNA!
51
BAB 51 AWAL KEHANCURAN LUNA.
52
BAB 52 KEHANCURAN LUNA.
53
BAB 53 KEHANCURAN LUNA BAGIAN 3
54
BAB 54 KEMENANGAN CINTIA!
55
BAB 55 AWAL KEHIDUPAN BARU CINTIA

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!