BAB 3 WAJAH TERSEBUNYI.

"Kalau kamu nggak percaya sama aku, apa kamu masih percaya sama dunia ini?"

Pertanyaan Araf menggema di kepala Cintia, meskipun sudah bertahun-tahun berlalu sejak ia pertama kali mendengarnya di pantai itu. Dulu, ia tidak menjawab. Ia tidak tahu bagaimana harus menjawab. Dan mungkin, hingga kini pun, ia tetap tidak tahu.

Kini, Cintia adalah seorang perempuan dewasa. Ia tinggal di Tamansari, sebuah daerah kecil di Jawa Barat yang tenang, tapi cukup ramai oleh wisatawan. Tamansari terkenal dengan suasana pedesaannya yang asri, dan bagi banyak orang, tempat itu terasa seperti sebuah pelarian dari hiruk pikuk kota besar. Namun, bagi Cintia, Tamansari adalah tempat untuk bersembunyi.

"Cintia, tolong ambilin barang di rak paling atas, ya. Aku nggak sampai," kata Bu Rini, pemilik toko kecil tempat Cintia bekerja.

Cintia mengangguk sambil tersenyum. "Iya, Bu. Sebentar."

Ia meraih kotak berisi beberapa barang dengan mudah karena tubuhnya yang tinggi. Dengan cekatan, ia menyerahkannya kepada Bu Rini.

"Terima kasih, ya, Cintia. Kamu memang andal," puji Bu Rini dengan nada ceria.

"Iya, Bu. Sama-sama," jawab Cintia santai, senyumnya tetap terpasang.

Di mata orang-orang sekitar, Cintia adalah sosok yang ceria dan ramah. Ia selalu tersenyum kepada pelanggan, berbicara dengan sopan, dan tidak pernah menolak permintaan siapa pun. Namun, meskipun begitu banyak orang yang menyukai kepribadiannya, tidak ada satu pun yang benar-benar mengenalnya.

"Aku heran deh sama dia," bisik salah satu pelanggan kepada temannya. "Dia itu kayak orang baik banget, tapi ada yang aneh, nggak sih? Kayak... dia terlalu sempurna."

Temannya mengangguk setuju. "Iya, aku juga ngerasa begitu. Kadang dia terlalu tenang. Kayak ada sesuatu yang dia sembunyiin."

Mereka tidak tahu, di balik senyum Cintia yang hangat, ada luka yang belum pernah sembuh. Luka itu sudah menjadi bagian dari dirinya, seperti bekas luka di punggungnya yang kini tertutup sempurna oleh seragam kerjanya.

Di sela pekerjaannya, Cintia sering melamun. Pikirannya kembali ke masa lalu, ke pantai tempat ia bertemu dengan Araf. Ia masih ingat wajah anak itu, bagaimana matanya yang polos menatapnya dengan penuh rasa ingin tahu.

"Apa kamu masih percaya sama dunia ini?"

Pertanyaan itu terus menghantuinya. Saat itu, Cintia kecil tidak bisa menjawab karena ia tidak tahu apa yang harus ia percayai. Dunia yang ia kenal hanyalah tempat yang penuh dengan kebencian dan kekerasan.

"Aku nggak percaya sama siapa pun," gumamnya pelan saat sedang membereskan barang di rak.

"Eh, kamu ngomong apa, Cin?" tanya Bu Rini yang tiba-tiba muncul di belakangnya.

Cintia tersentak. "Oh, nggak, Bu. Aku cuma ngomong sama diri sendiri."

Bu Rini tertawa kecil. "Kamu ini aneh, ya. Tapi nggak apa-apa. Yang penting kerjaan beres."

Cintia hanya tersenyum dan melanjutkan pekerjaannya. Di dalam hatinya, ia tahu bahwa tidak ada seorang pun yang bisa benar-benar memahami apa yang ia rasakan.

Hari itu, toko tempat Cintia bekerja mulai sepi saat malam tiba. Tamansari memang cenderung lengang setelah matahari terbenam, terutama di hari-hari biasa.

Cintia duduk di belakang meja kasir, memainkan pulpen di tangannya sambil melihat ke arah pintu. Udara malam terasa dingin, dan suara jangkrik mulai terdengar dari luar.

Tiba-tiba, pintu terbuka, dan seorang pria masuk. Wajahnya tidak terlalu familiar bagi Cintia, tapi ada sesuatu dalam tatapannya yang membuatnya merasa tidak nyaman.

"Selamat malam, Mas. Ada yang bisa saya bantu?" tanya Cintia dengan senyum profesionalnya.

Pria itu tidak langsung menjawab. Ia hanya berjalan perlahan di dalam toko, melihat-lihat barang yang dipajang. Suasana menjadi canggung, dan Cintia mulai merasa waspada.

"Aku cari sesuatu yang bisa dipakai buat... melindungi diri," kata pria itu akhirnya. Suaranya pelan, hampir seperti bisikan.

Cintia mengerutkan kening. "Melindungi diri? Maksudnya, Mas butuh sesuatu seperti semprotan merica atau alat keamanan lainnya?"

Pria itu menatapnya tajam, membuat Cintia merasa semakin tidak nyaman. "Kamu nggak ngerti maksudku, ya?"

Cintia mencoba tetap tenang. "Maaf, Mas. Di sini kami nggak jual barang seperti itu. Mungkin Mas bisa coba cari di toko lain."

Pria itu tersenyum kecil, tapi senyumnya terasa dingin. "Ya, sudah. Kalau gitu, aku pergi dulu. Tapi..." Ia berhenti sejenak di dekat pintu. "Hati-hati, ya. Dunia ini nggak seaman yang kamu kira."

Cintia tidak menjawab. Ia hanya menatap pria itu keluar dari toko, lalu buru-buru mengunci pintu. Jantungnya berdegup kencang, dan ia merasa ada sesuatu yang salah.

Setelah toko tutup, Cintia berjalan pulang melewati jalan setapak yang gelap. Udara malam semakin dingin, dan suara angin membuat bulu kuduknya meremang. Ia mempercepat langkahnya, berharap segera sampai di rumah kontrakannya yang kecil.

Namun, di tengah jalan, ia melihat seseorang berdiri di bawah lampu jalan. Sosok itu tampak familiar, tapi ia tidak yakin.

"Cintia?"

Suara itu membuatnya berhenti. Ia menatap sosok itu dengan mata terbelalak. "Araf?"

Pria itu tersenyum. Wajahnya kini lebih dewasa, tapi Cintia bisa mengenali tatapan mata yang sama. Tatapan yang pernah menanyakan apakah ia masih percaya pada dunia ini.

"Apa kabar?" tanya Araf sambil melangkah mendekat.

Cintia tidak menjawab. Ia hanya berdiri diam, mencoba memahami apa yang sedang terjadi.

"Aku tahu kamu pasti kaget," kata Araf lagi. "Tapi aku cuma ingin tahu... apa kamu sudah menemukan jawaban?"

"Jawaban apa?" tanya Cintia akhirnya, suaranya terdengar pelan.

"Jawaban dari pertanyaanku waktu itu," jawab Araf. "Apa kamu masih percaya sama dunia ini?"

Cintia menatapnya dengan mata yang penuh emosi. Ia ingin menjawab, tapi kata-kata itu terasa terlalu sulit untuk diucapkan.

"Apa kamu masih percaya, Cintia?" ulang Araf, suaranya terdengar lebih serius.

Cintia menggigit bibirnya, mencoba menahan air mata yang tiba-tiba ingin keluar. Ia tahu bahwa ini adalah pertanyaan yang tidak bisa ia hindari lagi. Tapi... apa ia punya jawabannya?

Araf menatapnya, menunggu jawaban. "Kalau kamu nggak percaya, apa kamu masih punya alasan untuk bertahan?"

Cintia merasa dunia yang ia kenal sudah lama berubah. Setiap hari ia berusaha memahami bagaimana hidup dalam dunia ini tanpa terus terjebak dalam masa lalu yang kelam. Di Tamansari, ia menemukan sebuah ketenangan yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya. Namun, di balik kedamaian itu, ada rasa takut yang selalu menggerogoti hatinya. Takut akan kehadiran masa lalu yang bisa kapan saja kembali menghantui.

Ia sering mengisi waktu luangnya dengan membaca buku di taman kecil dekat rumah. Buku-buku itu menjadi pelariannya, sebuah cara untuk menyembunyikan diri dari kenyataan yang terkadang terlalu berat untuk ditanggung. Namun, setiap kali ia membaca tentang kebaikan manusia, tentang harapan dan kasih sayang, ia merasa ada yang tidak pas dengan dirinya. Bagaimana mungkin ia bisa merasakan hal yang sama ketika dunia yang ia alami begitu berbeda?

Di toko, ia sering mendengar cerita dari pelanggan tentang kehidupan mereka, tentang kebahagiaan dan kesedihan, tentang harapan dan kekecewaan. Setiap cerita itu memberikan warna baru pada pandangannya tentang dunia, tapi tidak pernah cukup untuk menjawab pertanyaan yang terus mengganggunya.

Terpopuler

Comments

⧗⃟ᷢʷ мιѕѕнαιυ🐌

⧗⃟ᷢʷ мιѕѕнαιυ🐌

luka itu akan selalu membekas di hati bahkan mungkin sampai berkarat

2025-02-12

2

marrydiana

marrydiana

keren, semangat thorr
mampir juga ya di cerita aku

2025-02-19

1

🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🥑⃟🇩ᵉʷᶦbunga🌀🖌

🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🥑⃟🇩ᵉʷᶦbunga🌀🖌

aku pun tak mengerti dengan pertanyaan Araf, punya alasan untuk bertahan

2025-02-12

2

lihat semua
Episodes
1 BAB 1 AWAL MULA.
2 BAB 2 BULLYING SOSIAL.
3 BAB 3 WAJAH TERSEBUNYI.
4 BAB 4 HUBUNGAN YANG MULAI TERJALIN.
5 BAB 5 AWAL KEPERCAYAANNYA.
6 BAB 6 MASA LALU YANG KEMBALI.
7 BAB 7 LUKA YANG BELUM SEMBUH.
8 BAB 8 LUKA YANG BELUM SEMBUH 2
9 BAB 9 RAHASIA ARAF.
10 BAB 10 PERTEMUAN DENGAN AYAH
11 BAB 11 HUBUNGAN YANG MULAI TERJALIN.
12 BAB 12 PENGHIANATAN ATAU KESALAHPAHAMAN?
13 BAB 13 RENCANA YANG MULAI DISUSUN
14 BAB 14 ARAF KEMBALI, TAPI DENGAN JARAK.
15 BAB 15 LANGKAH PERTAMA BALAS DENDAM
16 BAB 16 PERTEMUAN DENGAN LUNA.
17 BAB 17 ARAF MENEMUKAN PETUNJUK.
18 BAB 18 ALAM BAWAH SADAR.
19 BAB 19 BAYANGAN DALAM MIMPI.
20 BAB 20 BAYANGAN DI BALIK SENYUM.
21 BAB 21 MUSUH DI BALIK BAYANGAN
22 BAB 22 MUSUH DI BALIK BAYANGAN 2
23 BAB 23 JERAT YANG SEMAKIN DALAM.
24 BAB 24 PILIHAN YANG BERBAHAYA.
25 BAB 25 TARGET BARU
26 BAB 26 BABAK AWAL-RADITYA
27 BAB 27 PERMAINAN BARU.
28 BAB 28 TELAK!
29 BAB 29 KEPEDULIAN ARAF.
30 BAB 30 KETULUSAN HATI
31 BAB 31 HATI YANG MELULUHKAN
32 BAB 32 SESUATU YANG LEBIH KUAT DARI DENDAM ~CINTA~
33 BAB 33 BENCI YANG MULAI MEMUDAR.
34 BAB 34 PENGAKUAN ARAF
35 BAB 35 KEMBALINYA LUNA.
36 BAB 36 TOPENG YANG TAK RETAK.
37 BAB 37 PERMAINAN AWAL.
38 BAB 38 MENIKMATI PERMAINAN.
39 BAB 39 DI BALIK SENYUM MANIS.
40 BAB 40 SEMAKIN DEKAT DENGAN KEHANCURAN
41 BAB 41 PERMAINAN YANG BERUJUNG PERANG.
42 BAB 42 MENDEKATI API.
43 BAB 43 CINTIA DAN PERMAINAN CATUR YANG IA CIPTAKAN.
44 BAB 44 CATUR PERMAINAN.
45 BAB 45 PERMAINAN YANG BERLANJUT.
46 BAB 46 CINTA YANG TAK BISA DIHINDARI
47 BAB 47 DUA HATI YANG TERJEBAK.
48 BAB 48 SEKUTU DALAM KEGELAPAN.
49 BAB 49 MEMPERERAT JERAT.
50 BAB 50 MENUTUP RUANG GERAK LUNA!
51 BAB 51 AWAL KEHANCURAN LUNA.
52 BAB 52 KEHANCURAN LUNA.
53 BAB 53 KEHANCURAN LUNA BAGIAN 3
54 BAB 54 KEMENANGAN CINTIA!
55 BAB 55 AWAL KEHIDUPAN BARU CINTIA
Episodes

Updated 55 Episodes

1
BAB 1 AWAL MULA.
2
BAB 2 BULLYING SOSIAL.
3
BAB 3 WAJAH TERSEBUNYI.
4
BAB 4 HUBUNGAN YANG MULAI TERJALIN.
5
BAB 5 AWAL KEPERCAYAANNYA.
6
BAB 6 MASA LALU YANG KEMBALI.
7
BAB 7 LUKA YANG BELUM SEMBUH.
8
BAB 8 LUKA YANG BELUM SEMBUH 2
9
BAB 9 RAHASIA ARAF.
10
BAB 10 PERTEMUAN DENGAN AYAH
11
BAB 11 HUBUNGAN YANG MULAI TERJALIN.
12
BAB 12 PENGHIANATAN ATAU KESALAHPAHAMAN?
13
BAB 13 RENCANA YANG MULAI DISUSUN
14
BAB 14 ARAF KEMBALI, TAPI DENGAN JARAK.
15
BAB 15 LANGKAH PERTAMA BALAS DENDAM
16
BAB 16 PERTEMUAN DENGAN LUNA.
17
BAB 17 ARAF MENEMUKAN PETUNJUK.
18
BAB 18 ALAM BAWAH SADAR.
19
BAB 19 BAYANGAN DALAM MIMPI.
20
BAB 20 BAYANGAN DI BALIK SENYUM.
21
BAB 21 MUSUH DI BALIK BAYANGAN
22
BAB 22 MUSUH DI BALIK BAYANGAN 2
23
BAB 23 JERAT YANG SEMAKIN DALAM.
24
BAB 24 PILIHAN YANG BERBAHAYA.
25
BAB 25 TARGET BARU
26
BAB 26 BABAK AWAL-RADITYA
27
BAB 27 PERMAINAN BARU.
28
BAB 28 TELAK!
29
BAB 29 KEPEDULIAN ARAF.
30
BAB 30 KETULUSAN HATI
31
BAB 31 HATI YANG MELULUHKAN
32
BAB 32 SESUATU YANG LEBIH KUAT DARI DENDAM ~CINTA~
33
BAB 33 BENCI YANG MULAI MEMUDAR.
34
BAB 34 PENGAKUAN ARAF
35
BAB 35 KEMBALINYA LUNA.
36
BAB 36 TOPENG YANG TAK RETAK.
37
BAB 37 PERMAINAN AWAL.
38
BAB 38 MENIKMATI PERMAINAN.
39
BAB 39 DI BALIK SENYUM MANIS.
40
BAB 40 SEMAKIN DEKAT DENGAN KEHANCURAN
41
BAB 41 PERMAINAN YANG BERUJUNG PERANG.
42
BAB 42 MENDEKATI API.
43
BAB 43 CINTIA DAN PERMAINAN CATUR YANG IA CIPTAKAN.
44
BAB 44 CATUR PERMAINAN.
45
BAB 45 PERMAINAN YANG BERLANJUT.
46
BAB 46 CINTA YANG TAK BISA DIHINDARI
47
BAB 47 DUA HATI YANG TERJEBAK.
48
BAB 48 SEKUTU DALAM KEGELAPAN.
49
BAB 49 MEMPERERAT JERAT.
50
BAB 50 MENUTUP RUANG GERAK LUNA!
51
BAB 51 AWAL KEHANCURAN LUNA.
52
BAB 52 KEHANCURAN LUNA.
53
BAB 53 KEHANCURAN LUNA BAGIAN 3
54
BAB 54 KEMENANGAN CINTIA!
55
BAB 55 AWAL KEHIDUPAN BARU CINTIA

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!