Aku terdiam terpaku menghadapi waktu tanpa berani memikirkan apapun, karena aku tahu saat ini aku hanya bisa menatap dalam kehati, hanya kamu dan cuma kamu yang ku pikirkan. Semua rasa sepi ku terobati karena kau disini menggengam tangan ku.
Aku beruntung bisa diperkenalkan dengan mu, bisa diberi kesempatan dekat dengan mu, aku berharap disetiap mimpi mu akan indah adanya aku.
Deru nafas mu terdengar lagi oleh ku, kalo ini aku dapat mengelus bulu mata mu nan lentik, bibir tipis mu begitu mencuri perhatian ku. Bolehkah aku mencium nya? Apa aku terlihat mesum sekarang? Aku begitu naif, tidak dapat ku kendalikan. Otak dan hati berpikir berbeda bisa-bisanya aku mengecup bibir Kai dengan lembut.
Muccchhh....
Rasanya jantung ku akan copot. Aku sendiri benar-benar gila, untungnya Kai tidak terbangun karena sikap nakal ku yang diam-diam menciumnya.
Karena ada tugas kuliah yang akan aku serahkan, aku pun membuatkan sarapan untuk Kai, sementara orang tua kami entah kemana aku bergegas menuju kampus. Sementara Kai pulas tertidur karena begadang.
Terlihat dari kejauhan Gina tengah asyik berjalan beriringan berdua dengan Bayu, cowok yang dikenalnya dari medsos, aku cukup bahagia melihatnya, akhirnya ada yang tulus menjaganya. Aku tau aku tak sedekat itu dengan Gina setidaknya aku peduli, Gina yang melirik ke arah ku, dia melambaikan tangannya kepada ku.
Aku pun membalasnya sambil tersenyum, aku berharap happy ending untuk kisahnya dengan Bayu. Gina yang terlihat banyak membawa buku datang menghampiri ku yang tengah berjalan menuju ruangan dosen sastra.
"Dit...”
sapa Gina yang tiba-tiba menatap gelisah kearah ku.
"Iya, ada apa Gin? “
tanya ku yang masih melanjutkan jalan.
“Ini kamu kan? “
katanya sambil menunjukan sebuah laman di medsos yang mencantumkan foto dan vidio membacakan puisi disebuah acara pertunangan.
Aku heran berita nya begitu cepat tersebar bahkan satu kampus mengetahuinya. Bahkan ada komentar jahat tentang diriku entah karena aku yang cuek, apa karena aku gak peduli dengan tanggapan orang-orang tentang diriku. Berita seperti itu tak pernah ku gubris aku bahkan mengiyakan kepada Gina.
“Bagus kok itu..”
kata ku tersenyum, aku tidak mau dia khawatir tentang diri ku.
“Kamu enggak apa-apa mereka hate komen ke kamu?”
tanya Gina lagi.
“Yang penting orang terdekat aku, percaya sama aku”
jelas ku sambil merangkul Gina.
Wajah cemas Gina pun terlihat memudar, aku yakin dia pasti pasti percaya aku, aku tak mau dia cemas.
“By the way, sejak kapan kamu dekat sama cowok itu?”
tanya Gina penasaran.
“Ceritanya panjang, nanti aku cerita ya kapan-kapan”
sahut ku sambil tersenyum.
“Pasti di jodohin”
tebak Bayu yang berjalan beriringan dengan Gina.
“Loh...tahu dari mana?”
sentak ku kaget dan memberhentikan langkah kaki.
“ seriusan!”
Gina lagi yang lebih kaget mendengar perkataan Bayu.
“Aah..iya, teman ku suka perhatiin kamu, suka ngomongin kamu juga, bahkan satlking tentang kamu”
jelas Bayu yang jadi salting.
Temannya???
Pikir ku, mungkin yang dimaksud si Juan.
“Terus hubungannya?”
tanya Gina yang memikirkan.
"Dita enggak pernah dekat sama cowok mana pun jadi felling ku di jodohin”
jelas Bayu.
Apa yang di firasatkan Bayu memang benar mau enggak mau aku harus cerita.
“Makasih Bay, sudah menjelaskan”
sahut aku sambil tersenyum.
Aku pun kembali berjalan melewati koridor sepi menuju ruangan dosen.
“Iih cerita enggak...”
Gina yang masih penasaran.
“Nanti! aku mau keruangan pak Sarwo”
jelas ku dan tetiba Gina langsung berhenti melangkah.
“Pak Sarwo???”
kata Gina yang kemudian ingat bahwa tugas sastranya belum selesai.
“Hayo...belum selesai ya?”
Tebak ku sambil mengejek Gina.
“Ya udah kapan-kapan cerita ya, dah..”
kata Gina yang melarikan diri sambil menggandeng Bayu, aku yakin dia mengerjakan nya bersama Bayu.
Cukup lama aku duduk di ruangan pak Sarwo yang penuh dengan buku sastra berbagai belahan dunia, pak Sarwo sebenarnya gak begitu seram, beliau berusia 40 tahun lebih lah, singel + ganteng cuman itu yang diketahui anak-anak sastra.
Beliau seperti magnet buat para siswi masuk jurusan sastra, aku juga sedikit penasaran kenapa beliau tidak kunjung menikah.
Tapi aku simpan itu untuk diri ku sendiri, jika dibalik pertanyaan tersebut ke diri ku pasti aku akan menjawab belum ada yang pas, belum cocok, pasti jawaban pak Sarwo seperti itu.
“Dit...bapak udah liat email kamu”
kata pak Sarwo yang tiba-tiba masuk dan duduk di depan ku.
“Bapak kirim keteman bapak yang ada di jepang”
jelas Pak Sarwo.
Bukan tidak senang, hanya beliau tidak memberitahu aku dahulu soal ini.
“Tenang, Bapak kasih tahu itu belum selesai sepenuhnya, mereka excited menunggu tulisan kamu”
jelas pak Sarwo yang membuat aku sedikit lega.
“Makasih ya pak”
kata ku tersenyum lebar.
“Sama-sama, semoga mereka suka bapak harap beasiswa tahun ini kamu bisa dapatkan”
kata pak Sarwo lagi.
Beasiswa ke Jepang yang jadi incaran ku selama ini. Tapi kenapa di akhir kuliah? Beberapa bulan lagi aku kan lulus? Apa harus aku melanjutkan S2 ku ke Jepang?
Batin ku yang menjadi kacau memikirkannya beasiswa impian dan Kai.
Di lain tempat Kai yang baru saja terbangun melihat sarapan yang diletakan Dita dan meja depan TV, sepucuk kertas bertuliskan
“Sarapan yang banyak, biar sehat”
tulisan dalam kertas tersebut.
Hanya membacanya Kai sudah tersenyum, rumahnya masih terlihat sepi, dia beranjak menuju kamar mandi mencuci muka dan menyikat giginya sebelum sarapan.
Sambil menikmati sarapan Kai yang terlihat segar selepas cuci muka, membuka handphonenya beberapa notice pesan dari teman-temannya dan dari Celine.
Namun Kai tidak memperdulikan pesan chatt tersebut, ia bahkan mengambil laptop dan memasukan beberapa foto yang telah di ambilnya kemaren, dan ada foto Dita yang d ambil diam-diam, memindahkan folder dan menjadikan foto tersebut wallpaper handphonenya.
Trddddtttt....
Handphone Kai berdering dilihatnya panggilan telepon dari Dita, dengan penuh semangat Kai pun mengangkat telepon.
“Halo... “
kata Kai telepon dari Dita.
“Kamu udah bangun? Kamu udah sarapan?”
tanya Dita yang terus nyerocos.
“Udah, ini lagi sarapan Kamu udah selesai kuliah? "
jata-kata balik bertanya kepada Dita.
“Udah selesai” jelas Dita sambil berjalan di lorong kampus.
“Mau aku jemput? “ tanya Kai kepada Dita.
”Enggak usah, aku mau jalan dulu sama Gina “
jelas Dita kepada Kai.
”Oh ya udah besok jangan lupa ya jam 8 sudah ada di stasiun tiketnya aku kirim ke ibumu “
tambah lagi Kai.
“Oke boss.. Makasih ya”
Setelah itu aku menutup telepon, aku berniat membelikannya sesuatu yang bagus walaupun harganya tidak mahal aku tahu ini berguna banget untuk fotografi. Aku bahkan meminta tolong kepada Bayu dan Gina agar mereka membantuku memilihkan kado.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Intanksm98
Pak Sarwo tetangga ku, pak pulang pak pulang 😭
2021-06-13
1
Af Shinwi
mantap
2021-05-29
1
Wiselovehope🌻 IG@wiselovehope
🙉🙊🙈👍🌻😁🙏🔥❤️
2021-03-25
3