Nicho menopangkan kepalanya di salah satu tangannya. Ia menatap wajah Abi yang masih terlelap dalam tidurnya. Nicho tersenyum mendengar dengkuran halus dari mulut dan hidung Abi. Dan omongan Abi ternyata memang benar adanya. Mulut Abi yang mangap sukses mengalirkan encesnya dari sana. Nicho terkekeh. Ia segera mengambil tissue di meja dan membersihkan ngences Abi yang mengalir ke wajahnya. Abi menggeliat merasakan sentuhan di wajahnya. Nicho segera menutup matanya pura-pura masih tertidur.
Abi mengerjap-ngerjapkan matanya. Ia hampir saja berteriak begitu melihat seorang pria yang tertidur disampingnya. Begitu melihat wajah Nichio dengan jelas ia baru sadar dan mengingat bahwa ia sekarang sudah memiliki suami. Dan pria yang tidur disampingnya ini adalah suaminya.
Abi duduk dan bersila menatap wajah Nicho
"Ternyata yang dia katakan benar. Dia terlihat seperti malaikat tampan saat tertidur begini" Abi membungkuk mendekatkan wajahnya.
"Dan bagimana bisa ia tidak memiliki pori-pori diwajahnya. Ahh...aku iri sekali. Pasti ia sangat rajin melakukan perawatan diwajahnya" Abi tidak menyadari kalau gumaman nya itu di dengar jelas oleh Nicho yang memang sudah terbangun dari tadi.
Abi menurunkan tatapannya dari wajah mulus Nicho. Tatapannya berhenti di dada telanjang milik Nicho
"Dada nya juga sangat bidang. Peluk-able sekali" Nicho yang mendengarnya berusaha menahan tawanya.
"Bagaimana rasanya dipelukannya? Pasti sangat nyaman sekali"
"Aduh Abi...kendalikan dirimu" Abi memukul kepalanya sendiri.
"OMG!! Dan yang paling ku suka adalah roti sobeknya.."pekik Abi penuh kekaguman
"Oh Tuhan jiwa mesum ku meronta-ronta!"
"Apa jika aku menyentuhnya akan berdosa?" Abi menggigit jari telunjuknya
"Ah...menyentuh suami sendiri tidak dosa" Abi kalah dari kemesumannya. Ia mendekatkan tangannya ke perut berotot Nicho
"Ohh..jantungku menggila. Tenang Abi kendalikan dirimu. Dia suami mu dan kau hanya akan mencoleknya sedikit" Abi menyemangati kemesumannya sendiri.
"Akhhh...."Abi menjerit, terkejut karena tiba-tiba Nicho memegang tangannya. Nicho dengan sigap menutup mulut Abi. Posisinya sekarang ada di atas tubuh Abi yang kembali terbaring di tempat tidur.
"Hmmfffmm...." Abi memukul-mukul tangan Nicho yang membekap mulut nya. Nicho memberikan peringatan agar Abi diam dengan meletakkan ibu jarinya dimulutnya. Abi mengangguk mengerti. Nicho melepaskan tangannya.
"Kau mengagetkanku" pekik Abi
"Dan kau lebih membuatku terkejut" jawab Nicho
"Kau mau memegang apa tadi?" Nicho menyilangkan kedua tangannya menutupi dada nya
"Cihhh...aku hanya ingin menyentuhnya sedikit" jawab Abi tidak tahu malu.
"Harusnya kau meminta tidak dengan mencuri seperti itu" Tuduh Nicho. Sungguh tadi ia refleks menangkap tangan Abi. Ia tidak yakin pada dirinya jika sampai tangan mungil Abi menyentuh kulit nya. Bisa-bisa ia menerkam gadis itu.
"Astaga...hanya karena aku ingin menyentuh roti sobekmu, kau menuduhku mencuri" Abi geram tidak terima. Nicho terkejut melihat reaksi Abi.
Akh...sepertinya penggunaan kata-kataku salah. Nicho menyadari kesalahannya
"Aku hanya ingin menyentuhnya sedikit bukan untuk memakannya habis" hardik Abi lalu beranjak dari tempat tidur menuju kamar mandi.
Hanya 5 menit Abi sudah keluar dari kamar mandi.
"Cepat sekali" Tanya Nicho
Abi bungkam
"Kau tidak mandi?"
"Aku hanya menyikat gigiku saja" jawab Abi
"Maafkan ucapanku. Aku tidak bermaksud"
"Kemarikan tanganmu. Kau bisa menyentuhnya sebanyak yang kau mau" Nicho menarik tangan Abi dan meletakkan tangan Abi di atas perutnya. Abi tersenyum senang. Ia mengusap perut berotot Nicho dengan senyum mengembang di wajahnya. Ia tidak tahu tindakannya itu menyiksa Nicho. Nicho mengatupkan bibirnya rapat-rapat. Berdoa dalam hati agar kewarasannya tetap pada tempatnya.
Dan akhirnya setelah 60 detik Abi melepaskan tangannya. Dan percayalah itu 60 detik pertama yang sangat lama dan menyiksa bagi Nicho.
❤❤❤❤❤
"Selamat pagi pengantin baru" sapa Mommy Laura Mommy-nya Nicho begitu melihat putra nya dan menantunya menuruni tangga
"Pagi Mom" jawab Abi dan Nicho kompak.
"Bagaimana tidurmu, sayang? Nyenyak?" Tanya Mommy Laura menatap Abi.
Abi mengangguk
"Iya Mom"
"Kamar Nicho sangat nyaman"
"Kamarnya yang nyaman atau suamimu yang membuatmu nyaman?" goda Mommy Laura. Abi hampir saja tersedak mendengar celetukan Mommynya Nicho itu.
"Dua-duanya Mom" Abi tersenyum kikuk.
"Daddy mana Mom?" Nicho mengganti topik sebelum Mommy nya bertanya lebih lanjut dan menggoda Abi lagi.
"Sudah berangkat bekerja"
"Apa kau akan terus bekerja sebagai Dosen?" tanya Mommynya penasaran.
"Hmmm"
"Aku harus menjaga dan memantau Abi"
"Menantumu ini sangat cantik dan penggemarnya sangat banyak diluar sana Mom"
"Aku tidak ingin kecolongan"
Wajah Abi bersemu merah mendengar ucapan terang-terangan suaminya itu.
"Aduh sepertinya anak Mommy sangat mencintaimu, sayang" Mommy Laura menggenggam tangan Abi. Abi hanya tersenyum tidak tahu harus menjawab apa.
"Mom..sepertinya mulai besok kami akan menempati apartement kami"
Abi menatap Nicho, ia tidak menyangka ternyata benar Nicho akan membahasnya sekarang.
"Kenapa cepat sekali" Protes Mommynya tidak suka.
Ya Mommy pasti tidak menyetujuinya. Nicho putra mereka satu-satunya. Abi membatin
"Mom..jarak dari sini ke kampus sangat jauh. Itu akan membuat aku dan Abi kelelahan Mom" Nicho memberikan alasan.
"Kita mempunyai sopir, Nicho" Mommynya menjawab.
"Mom..Nicho dan Abi butuh privacy. Aku harap Mommy mengerti. Kami janji akan sering berkunjung. Bukan begitu sayang?" Nicho menggenggam tangan Abi.
"Ah..iya..Iya Mom"
"Abi akan datang setiap akhir pekan" Abi ikut meyakinkan.
Mommy Laura menghela nafasnya.
"Baiklah jika itu sudah menjadi keputusanmu dan Abi, Mommy akan membicarakannya nanti kepada Daddymu. Tapi seperti yang kau dan Abi katakan kau dan Abi harus datang setiap akhir pekan" tuntut Mommynya. Abi dan Nicho mengangguk.
Meong..
Abi menolehkan kepalanya mencari sumber suara. Abi tersenyum sumringah begitu melihat beberapa ekor kucing.
"Wah...lucu sekali" Abi menunduk dan mengangkat seekor kucing ke pangkuannya.
"Ini kucing milikmu, Mom?" Abi menatap Mommy Laura.
"Itu kucing milik suamimu" Mommy Laura beranjak dari tempatnya
"Mommy ke atas dulu" pamit Mommynya lalu segera pergi meninggalkan Abi dan Nicho.
"Oh..jadi kau sangat menyukai kucing?" Abi beralih menatap Nicho.
"Awalnya tidak terlalu menyukainya. Tapi karena seseorang aku menyukainya" jawab Nicho.
"Namanya Sandy" Nicho menatap lekat wajah Abi. Nicho sedikit kecewa karna Abi tidak menunjukkan reaksi apa pun.
"Hai Sandy.." Abi menyapa kucing dalam pangkuannya seraya mengelus bulu-bulu halus milik Sandy.
Jadi dia juga melupakan Sandy. Padahal aku berharap ia mengingatku begitu melihat Sandy. Nicho membatin
"Kau tidak mengingatnya?" Nicho memastikan. Abi mengernyit bingung mendengar pertanyaan Nicho.
"Ya..wajar saja kau tidak mengingatnya saat itu Sandy memang masih kecil dan tidak terawat" lanjut Nicho menepis rasa kekecewaannya.
"Semalam kau mengatakan akan mengenalkanku pada seseorang. Siapa?" tanya Abi mengganti topik. Ia bingung kenapa Nicho terlihat kecewa saat dirinya tidak mengenali kucingnya.
Mengenalnya saja aku baru beberapa minggu. Bagaimana bisa aku mengenali kucingnya. Sungut Abi
"Aku mau mengenalkan dia" Nicho menunjuk kucing yang ada di pangkuan Abi
"Sandy?"
Nicho mengangguk tanpa minat.
Apa kucing ini sangat berarti baginya?
T.B.C
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
El'
sabarrr Nic 😆😆
2022-03-24
0
Nanik Yanti
sampai dipart ini terus aja ngakak🤣
2021-06-20
0
💃💃 H💃💃💃
lupa,,makanya d ingetin cho
2021-03-17
0