"Dek...Abi...." Panggil Luna begitu sampai dirumahnya. Tak ada sahutan dari Abi.
"Maaammmm..." Luna memanggil Mama nya setengah berteriak.
"Ada apa ? Datang-datang langsung berteriak begitu" Mamanya datang masih mengenakan celemek dan sendok goreng ditangannya. Mama nya mungkin sedang menyiapkan makan malam untuk keluarganya.
"Abi mana Mam..?" Luna celingak celinguk mencari keberadaan adik perempuannya itu.
"Dikamar. Ada apa?"
"Aku kesana ya Mam" Luna mengabaikan pertanyaan Mama nya dan beranjak menuju kamar adiknya Abigail
Tanpa mengetuk pintu kamar Abi terlebih dahulu, Luna masuk dan melihat adiknya sedang belajar dengan giatnya.
"Abi" panggilnya seraya mendekat. Abi menoleh
"Ada apa kak?" tanya nya
"Waktu pulang sekolah tadi, Abi ada tidak bertema sama orang gila yang masih muda?" Luna menarik tangan Abi lalu membawanya keranjang Abi. Mereka duduk bersisian.
"Orang gila?" Tanya Abi seraya berfikir. Luna menganggukkan kepalanya.
"Hmmm...tidak ada kak" Jawab Abi setelah memutar otaknya mengingat orang-orang yang bertemu dengannya tadi selama perjalanan pulang sekolah.
"Coba diingat lagi. Pasti ada" Desak Luna. Ia harus memberi peringatan pada Abi agar lebih berhati-hati pada sahabatnya yang tidak tahu umur itu. Nicholas. Jika Abi tidak ingat wajahnya bagaimana ia mau memberi Abi peringatan.
"Aku yakin tidak ada bertemu dengan orang gila kak. Tapi tadi Abi bertemu seorang Paman yang aneh kak. Lumayan ganteng kak. Tapi sayang sepertinya Paman itu memang menuju gila kak" ucap Abi setelah mengingat-ingat kembali.
Nicholas bukan? Batin Luna.
"Kakak tahu jembatan di dekat sekolah Abi?" Luna mengangguk menjawab pertanyaan adiknya itu.
Jangan bilang Nicho mau terjun bebas dari sana. ucap Luna dalam hati
"Abi melihat Paman itu mau terjun bebas dari sana. Kakak tahu kan air sungainya lumayan deras juga. Sepertinya Paman itu lagi patah hati kak. Kasihan..padahal ganteng"
Tidak salah lagi pasti Nicho. Jadi maksud Nicho tadi Abi menyelamatkannya dari acara niatannya yang mau bunuh diri
"Ciihhh..harusnya Abi biarkan saja ia terjun bebas. Biar hanyut sekalian" delik Luna kesal mengingat Nicho yang mengatakan ingin melamar adik kecilnya ini.
"Abi masih ingat tidak sama calon orang gila itu?"
"Kalau bertemu lagi harusnya ingat kak. Kenapa ?"
"Abi kalau bertemu dengan Paman gila itu segera menjauh ya..Jangan dekat-dekat. Entar Abi diajak nikah sama dia kan bahaya.." Luna mewanti-wanti adiknya.
Abi mengerutkan dahinya tidak tahu arti ucapan kakaknya.
"Pokoknya nanti kalau Abi bertemu sama orang yang lumayan ganteng tapi sinting itu Abi harus berlari menghindar ya. Kakak tidak mau adik kakak ini dipaksa nikah sama orang tidak tahu umur itu" Luna memberi peringatan kepada Abi dengan raut wajah kesal. Kesal setiap mengingat kata-kata Nicho tadi.
Abi yang tidak tahu jelas arah pembicaraan kakaknya itu hanya mengangguk. Yang bisa ia tangkap dari kata-kata kakaknya itu segera menjauh setiap bertemu dengan orang aneh.
¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤
Luna baru bangun dari tidurnya ketika ia mendengar suara-suara yang lumayan menganggu dari ruang keluarga. Ia berjalan menuju kesana. Betapa kagetnya ia ketika melihat keluarga Geonandes dipagi hari ini sudah datang bertamu kerumah mereka.
"Hai.." Nicho menyapanya dengan senyum cerah diwajahnya mengalahkan kecerahan sinar matahari dipagi hari.
Luna mendengus tak menjawab. Nicho terkekeh
Ternyata si Sinting ini bersungguh-sungguh dengan ucapannya.
Luna segera berbalik. Ia harus menyelamatkan adiknya. Tidak sudi dia adiknya yang suci dan polos dijadikan pelarian sahabatnya yang patah hati itu.
"Mau kemana?" Mamanya mengernyit melihat Luna yang berbalik arah.
"Temani Nicho dulu" Papanya ikut menoleh.
"Bentar Pah, Luna keatas dulu buat kasih tahu Abi agar bersiaga satu" Luna menatap tajam kearah Nicho. Kembali Nicho terkekeh begitu juga Daddy dan Mommy Nicho. Sepertinya memang benar tujuan mereka datang buat melamar Abi. Luna melirik Mama, Papanya yang masih dengan senyum ramahnya menjamu keluarga Geonandes itu. Apa senyum itu masih terlihat diwajah mereka jika mereka tahu tujuan Geonandes datang kerumahnya ingin melamar putri bungsu mereka yang masih suci. Luna menatap Nicho kembali. Senyumnya masih mengembang membuat Luna semakin tensi. Luna hanya bisa berdoa semoga saja Papanya tidak jantungan atau darah tingginya kumat mendengar lamaran sahabatnya itu. Kalau Mama nya Luna tidak terlalu khawatir. Mamanya memang sangat menyukai Nicho. Ia sangat menyesali kenapa bukan Luna yang pacran dengan Nicho dulu. Kenapa harus Mauryn.
Luna berjalan meninggalkan ruangan keluarganya. Baru beberapa langkah ia berjalan Nicho menghentikannya.
"Kau mau kemana?" Nicho berdiri dari duduknya dan menghampiri Luna
"Kau membawa Aunty dan Uncle kesini sungguh ingin melamar Abi?" bisik Luna begitu Nicho berdiri dihadapannya. Nicho mengangguk mantap
"Katakan Nicho kau tidak serius" Luna memelas. Masa depan adiknya masih panjang. Biarpun Abi cerewet dan terkadang menjengkelkan tetapi Luna sangat menyayanginya.
"Kau tahu aku tidak pernah main-main dengan ucapan ku Luna. Lagian apa yang salah denganku. Kau tahu aku bagaimana. Aku akan membuat Abi bahagia. Percayalah" Nicho meyakinkan.
"Aku memang tidak mempercayaimu"
"Wah..kau menyakitiku"
"Dan kau membuatku gila" Luna menghela nafas
"Aku hanya berharap Papa tidak menerima lamaranmu. Abi masih kecil Nicho" Luna kembali berbalik dan menaiki tangga. Nicho masih setia mengekor.
"Aku menyukai adikmu"
"Itu hanya perasaan sesaat Nicho. Sadarlah! Bagaimana mungkin Abi yang polos bisa membuat mu jatuh hati. Aku tahu selera mu seperti apa" Luna memutar kunci pintu lalu mengambil kunci dan memasukkan nya kekantongnya. Nicho mengernyit.
"Kenapa kau menguncinya. Kamar siapa ini?" tanya Nicho penasaran.
"Kamar Abi. Aku tidak ingin kalian bertemu" jawab Luna enteng.
"Wah..kenapa kau kejam sekali. Aku ini sahabatmu Laluna Gunawan"
"Mulai sekarang kau bukan sahabat ku" Luna melipat tangan didadanya. Mendongak menatap tajam kearah Nicho.
Nicho terkekeh
"Suatu hari nanti aku yakin kau akan berterimakasih kepadaku karna sudah membahagiakan adik mu Abi" ucapnya sombong.
Luna mendengus
"Yang ada adikku harus tersiksa karena harus menikah dengan pria tua seperti mu"
"Itu sama saja kau mengatai dirimu tua Luna. Kita seumuran. Bahkan kau lebih tua 2 minggu dari ku"
"Kau menyebalkan!" desis Luna.
"Kakak..Kau disana?" terdengar suara Abi dari dalam kamar.
"Ya" jawab Luna singkat masih menatap tajam kearah Nicho.
"Sepertinya aku terkunci dari luar. Bisakah kakak buka kan pintunya" pinta Abi
Nicho memberi isyarat dengan matanya agar Luna membuka pintu kamar Abi.
Luna menyunggingkan bibir atasnya menatap kesal Nicho yang sudah tersenyum karna berfikir sebentar lagi ia akan bertemu dengan peri kecil tak bersayapnya.
"Abi didalam saja dulu. Rumah kita kemasukan orang gila baru. Jangan keluar dulu" Ucap Luna yang membuat Nicho melebarkan matanya. Apa baru saja Luna mengatakan Nicho orang gila baru. Begitu fikiran Nicho.
"Benarkah. Lalu bagaimana dengan Mama, Papa?"
"Mereka belum menyadarinya"
"Maksud kakak?"
"Mama, Papa tidak tahu kalau yang datang bertamu itu adalah orang gila yang baru saja frustasi gara-gara diselingkuhi kekasihnya"
Nicho berdecak.
"Lalu bagaimana dengan kakak? kenapa kakak tidak memberitahu Mama Papa?"
"Nanti mereka juga akan sadar. Kakak hanya perlu mengawasimu agar selamat dari nya"
"Aku tidak menyangka kau sekejam ini padaku Luna. Kau mengataiku gila kepada adik kecilmu itu tepat dihadapanku seolah aku tidak ada dihadapanmu. Katakan apa yang salah dengan diriku?"
"Salah mu hanya satu. Kau terlalu tua buat Abi"
Baru saja Nicho mau membalas ucapan Luna. Abi kembali bersuara.
"Siapa disitu kak?"
"Aku mendengar seperti ada suara pria?"
"Bukan siapa-siapa Abi. Hanya orang gila baru yang memaksa ingin bertemu denganmu" jawabnya enteng. Nicho berdecak sambil geleng-geleng kepala atas sifat kekanakan Luna.
"Kenapa ia ingin bertemu dengan ku? Apa kakak baik-baik saja?
"Kakak baik-baik saja. Kau tenang saja. Kakak akan melindungimu"
"Ciihhh..kau benar-benar keterlaluan" Nicho mendelik kesal lalu mendorong tubuh Luna agar memjauh dari pintu.
"Hai Abi..apa kau masih mengenalku?" Nicho mengetuk pintu kamar Abi. Memangnya Abi punya indra keenam atau kekuatan supranatural yang bisa melihat wajah dibalik pintu itu.
"Kak..kenapa orang gila baru nya tahu nama ku?" Abi mengabaikan sapaan Nicho. Nicho menggeram kesal karena wanita yang ingin dilamarnya ikutan mengatainya gila. Nicho lalu menatap tajam kearah Luna yang tersenyum puas. Dia belum melakukan pendekatan pada Abi tapi sudah dianggap gila.
"Ya Abi..Orang gila nya terobsesi pada anak dibawah umur"
"Apa orang gilanya tampan kakak?" Luna merutuki adiknya yang masih sempat mempertanyakan ketampanan Nicho. Hanya orang buta yang tidak mengakui ketampanannya.
Nicho tersenyum lalu mengangkat kedua alisnya. Luna mendengus.
"Sedikit tampan" ucap Luna dengan berat hati.
"Apa orang gilanya lebih tampan dari Kak Arya?" pertanyaan Abi membuat senyum mengembang diwajah Luna.
"Tentu saja Arya jauh lebih tampan" Luna menatap Nicho dengan tatapan mengejek. Nicho menekuk wajahnya. Bagaimana bisa Abi mengenal Arya tapi tidak mengenal dirinya.
T.B.C
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
El'
Nichols sedang memperjuangkan masa depannya 💪💪💪
2022-03-22
0
El'
keranjang -----> ke ranjang
2022-03-22
0
Tri Sulistyowati
kasihann Nicholas
2021-08-04
0