Dua hari sudah Abi mendekam di kamarnya setelah kejadian pengkhianatan kekasihnya, Arka. Panggilan, SMS, WA dari Arka Abi abaikan begitu saja. Dalam kamus Abi tidak ada kata maaf bagi seorang pengkhianat. Karena menurut Abi pengkhianat adalah suatu penyakit yang tidak akan ada obatnya.
Dan hari minggu yang tenang ini harusnya adalah hari ketiga ia bersemedi. Tapi mau tidak mau sepertinya Abi harus mengakhiri semedinya karena dipagi hari yang cerah ini ia bisa mendengar keributan dari bawah sana.
Ia melirik jam dindingnya. Jam 9 pagi.
"Siapa yang datang bertamu pagi-pagi begini" Abi turun dari ranjangnya. Ia segera keluar dari kamarnya tanpa mencuci wajah atau pun sekedar menyikat giginya.
"Ada siapa Mah?" Abi menghampiri Mamanya yang sedang menyiapkan makanan dan minuman buat tamu mereka.
"Oh anak Mama sudah bangun. Baru saja Mama mau memanggil pemadam kebakaran untuk membangunkan Abi" canda Mamanya tanpa menatap wajah Abi.
"Lebay!"
Mamanya terkekeh seraya mendongak dan sontak membulatkan matanya.
"Astaga Abi..penampilan mu"
"Ganti baju sana..dan olesin sesikit bedak diwajahmu dan liptint di bibirmu" Mamanya segera menghentikan kegiatannya dan mendorong tubuh putri bungsunya itu.
"Ogah!"
"Masih terlalu pagi Mah"
"Dingin" Abi menahan tubuhnya sekuat mungkin
"Memang nya ada siapa didepan?" tanya Abi penasaran bertepatan dengan Papanya yang datang menghampirinya dan Mamanya.
"Kenapa lama sekali Mama..Tamunya sudah lama menunggu" Ucap Papanya lalu menatap Abi.
"Kenapa belum mandi?" Papanya mengerutkan dahinya melihat bekas iler yang tercetak di sudut bibir putrinya.
"Dingin" jawab Abi singkat. Papanya menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Ayo, Mah" ajak Papanya yang langsung diikuti oleh Mamanya. Abi mengekor dari belakang. Ia penasaran siapa kira-kira tamu Mama dan Papanya itu.
"Kak Arya...." teriak Abi semangat mengabaikan beberapa orang yang juga datang bersama Arya. Fokusnya hanya Arya.
Arya tersenyum
"Hai Abi" sapa Arya dengan senyum yang sangat manis
"Ikhh...kak Arya sekarang sombong ya. Jarang datang main kerumah" Abi memaksa duduk didekat Arya membuat pria yang disamping Arya harus bergeser agar Abi bisa muat dan tidak terhimpit.
"Ini kakak sudah datang" Arya menyentil hidung Abi yang mendapat pelototan tajam dari pria lain yang duduk didekat Abi.
Arya terkekeh.
"Ehmm" Nicho sengaja berdehem. Sungguh wajahnya tadi sangat semangat begitu melihat wajah Abi. Ia bahkan melambaikan tangannya tapi diabaikan oleh Abi karna Abi segera berlari mendekati Arya. Ia seperti hantu. Ada tapi tidak terlihat.
Abi menoleh dan itu sukses membuat matanya melebar sempurna
"Apa yang Bapak lakukan di sini?" teriaknya yang membuat Nicho mengipaskan sebelah tangannya. Sungguh bau nafas Abi sangat luar biasa. Melihat Nicho yang mengibaskan tangannya Abi spontan menutup mulutnya dengan kedua tangannya.
Nicho mengambil minumannya yang di atas meja
"Minum, biar mulutmu segar" Nicho menyodorkan gelasnya yang langsung diambil oleh Abi. Ia berkumur dan langsung menelannya yang membuat Mamahnya melotot tajam ke arahnya. Tapi berbeda dengan Nicho ia mengganggap itu terlihat sangat menggemaskan.
"Abi sepertinya anak yang sangat penuh dengan energik ya" terdengar suara pria paruh baya yang menurut Abi sangat tampan melebihi ketampanan Papa nya sendiri. Abi mengerutkan dahinya. Berusaha mengingat-ingat siapa pria paruh baya itu karena wajahnya tidak asing menurut Abi.
"Abi juga cantik!" Sekarang wanita cantik yang duduk di samping pria paruh baya itu yang memuji Abi.
"Nicho memang tidak salah" lanjutnya yang membuat Abi semakin mengerutkan dahinya.
Papa dan Mama Abi begitu juga Luna tertawa mendengar pujian yang ditujukan kepada putri bungsu keluarganya itu.
Abi menarik lengan Nicho. Nicho yang sedari tadi menatapnya tanpa mengalihkan sedikitpun tatapannya dari Abi mengangkat kedua alisnya.
"Apa yang Bapak lakukan di sini?"bisiknya.
"Lamaran" jawabnya singkat yang membuat Abi terkejut luar biasa. Ia menoleh menatap Arya yang sedang menatap kakaknya Luna.
"Yang benar saja" pekik Abi
"Batalkan!" perintahnya yang membuat Nicho mengerutkan dahinya.
"Tidak bisa! Aku sudah menunggu lama"
"Kau lihat tidak kakakku itu tidak menyukaimu. Ia menyukai pria lain. Kak Arya" bisiknya seraya menunjuk kakaknya dan Arya yang masih saling tatap dan senyum-senyum tidak jelas.
Nicho hampir saja tertawa mendengar kesalah fahaman Abi. Ternyata Abi belum menyadari lamaran Nicho ditujukan untuknya.
Sepertinya ini akan penuh drama. Nicho membatin.
"Yang benar saja! Lalu kenapa kak Arya bisa datang bersamamu? Kau mengenalnya?"
"Arya sepupuku"
"Tega anda ya..menusuk sepupu anda sendiri" Abi emosi dengan suara tertahan.
Dan Nicho akhirnya menyerah. Tawanya meledak. Ia tidak bisa menahannya lagi. Ia mengacak rambut Abi gemas.
"Perhatikan tanganmu anak muda" Papa Abi menginterupsi.
"Maaf Papa mertua. Putri anda terlalu menggemaskan" ucapnya tanpa rasa sungkan sedikit pun yang membuat semuanya tergelak kecuali Abi dan Papanya tentunya.
Kak Luna sepertinya baik-baik saja dengan lamaran ini. Abi membatin melihat wajah berseri Luna yang tanpa beban sama sekali.
"Baiklah Tuan Geonandes sepertinya kita sudah bisa memulai acara ini melihat putramu yang sudah tidak sabaran itu" Papa Abi menatap kesal kerah Nicho yang dibalas Nicho dengan cengiran.
"Ya, yang Anda katakan memang benar Tuan Gunawan" Daddy Nicho menyetujui ucapan Papa Abi
"Jadi Tuan dan Nyonya Gunawan maksud kedatangan kami kemari adalah melanjutkan pembicaraan kita 6 tahun lalu yaitu melamar salah satu putri anda untuk dijadikan menantu di dalam keluarga kami" ucap Daddy Nicho penuh wibawa. Abi menatap Papanya yang hanya mengangguk-anggukkan kepalanya berbeda dengan Mamanya yang tersenyum sumringah seperti baru menang lotre. Abi lalu menatap kakaknya Luna yang sepertinya juga terlihat sangat bahagia.
Busyet dah..6 tahun lalu. Abi membatin.Ia masih manis-manisnya saat itu.
"Kalau begitu kak Arya boleh buat Abi ya, Kak" Celetukan Abi membuat seisi rumah itu menoleh menatap ke arahnya.
"Apa maksudmu" geram Nicho tidak suka.
"Ya kalau kak Luna menikah sama Bapak berarti kak Arya nganggur dong. Jadi boleh dong buat Abi"
"Bapak tahu kan aku baru putus. Aku butuh pengalihan" bisik Abi di telinga Nicho yang membuat bulu kuduk Nicho meremang. Ia segera mendorong tubuh Abi darinya.
"Yang mengatakan lamaran ini buat Luna siapa?" Nicho menyeringai dan sepertinya Abi tidak nalar. Ia hanya menatap Nicho dengan dahi berkerut dan bibir yang sedikit monyong.
"Ya Abi sayang. Nicho dan keluarganya datang untuk melamarmu" ucap Mamanya semangat dan senyum sumringah yang tidak lepas dari wajahnya seolah Mamahnya baru memenangkan piala Oscar.
Abi terdiam untuk beberapa detik. Otaknya perlu mencerna apa yang baru saja dikatakan oleh Mamahnya. Lalu ia menatap Papanya yang langsung dingguki oleh Papanya begitu juga dengan kakaknya Luna. Abi masih tidak bisa percaya. Ia mencubit lengannya sendiri.
"Aw..." ringisnya. Karena cubitan yang diberikannya cukup kuat.
"Bie..." Nicho mengusap tangan Abi lembut.
"Apa kau datang untuk melamarku?" Abi memohon dalam hati semoga Nicho menggelengkan kepalanya.
"Ya" Nicho tersenyum manis
"Kenapa?" tanyanya lemas
"Karna aku menyukaimu"
"Tapi aku tidak menyukaimu"
"Aku akan membuatmu menyukaiku"
"Aku tidak mau"
"Tidak bisa!"
"Kenapa?"
"Aku sudah menunggu lama"
"Kau penguntit ya"
"Tidak! Aku hanya menjagamu!"
"Aku masih kecil"
"Bagian mananya yang kau katakan kecil, Bie" Nicho terkikik geli.
"Mama, Papa, pokoknya Abi tidak mau menikah dengan Om-Om tua ini" protes Abi.
Perkataan Abi sontak membuat seisi ruangan itu penuh dengan tawa. Terkecuali Abi dan orang yang dikatakannya sebagai Om-Om tua. Nicholas.
"Memangnya apa yang salah dari Nicho Abi. Dia tampan dan mapan. Baik budi dan tidak sombong. Bahkan ia sangat peduli padamu" Mama-nya membeberkan kelebihan Nicho seolah ia sangat mengenal Nicho dengan baik.
"Dia terlalu tua!"
"Aku tidak tua Abi" Nicho protes.
"Kenapa tidak melamar kak Luna saja" Abi menatap Nicho kesal.
"Aku mengikuti saranmu. Aku tidak ingin menikung sepupuku sendiri" Nicho mengerling.
"Selama janur kuning belum melengkung semua sah-sah saja" Abi sekuat tenaga mengupayakan penyelamatan diri. Semua kembali tergelak mendengar penuturan Abi.
"Kau lihat dengan matamu sendiri. Buka matamu lebar-lebar kak Luna jauh lebih cantik dariku" Abi menarik Nicho agar menatapnya dengan lekat.
"Di mataku kau lebih cantik, Bie"
"Bukankah sudah pernah kukatakan kau adalah wanita tercantik dibandingkan seluruh wanita di dunia ini. Bahkan dari Mommyku sendiri sekalipun. Kau tetap yang tercantik"
"Maafkan aku Mrs. Geonandes" Nicho meminta maaf pada Mommyhnya tanpa mengalihkan tatapannya dari Abi.
T.B.C
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
El'
endingnya 😆😆😆
I'm sorry mrs. Geonandes 😄🙏🏼
2022-03-23
0
Tri SilviaSilvano
yg bkin q heran knp cover nya or bule , visual nya korea
anda sedang tdk mengantuk bukann ???🤭🤭😁😁
2021-12-09
0
Tri Sulistyowati
cinta mati
2021-08-04
0