"Oh..tubuhku pegal semua" Abi menjatuhkan dirinya di atas ranjang.
"Aku biasanya tidur di sisi kiri tempat tidur. Bagaimana dengan Nicho, apa ia juga mempunyai kebiasaan seperti itu" gumam Abi.
"Baiklah aku akan menunggunya untuk menanyakannya langsung" Abi menyalakan ponselnya yang sudah ia matikan seharian ini.
Sms beruntun masuk
"Arka sialan!" rutuknya melihat sms beruntun itu dari sang mantan kekasih. Ponselnya berdering. Panggilan dari Arka.
"Ada apa?" Abi menjawab panggilannya
"Thanks God, akhirnya kau menjawab panggilanku"
"Abi aku mau minta maaf. Aku salah tapi Abi.."
"Aku akan memaafkanmu jika kau berhenti menggangguku dan mengirim spam seperti itu" Abi menyela ucapan Arka.
"Tapi Abi.."
"Yang kau telepon sekarang adalah wanita bersuami. Jadi berhenti menggangguku!"
"Jangan bercanda Abi" Arka tidak mempercayai ucapan Abi.
"Memangnya setelah apa yang kau lakukan padaku aku masih berniat bergurau denganmu"
"Sudahlah aku mau tidur" Abi memutuskan panggilan sepihak sebelum Nicho keluar dari kamar mandi dan mendapati dirinya mengangkat telepon sang mantan. Abi mengingat jelas tadi Nicho mengatakan bahwa dirinya adalah orang yang sangat cemburuan. Jika ingin aman sebaiknya Abi tidak mencari gara-gara dihari pertama mereka sebagai sepasang suami istri. Bisa-bisa Nicho berubah fikiran akan perjanjian mereka tadi. Abi bergidik ngeri membayangkannya. Abi menatap pintu kamar mandi yang masih tertutup.
"Lama juga dia di dalam sana" gumam Abi. Ia membuka ponselnya kembali memainkan permainan selama menunggu sang suami keluar dari kamar mandi.
30 menit sudah akhirnya Nicho keluar dari kamar mandi dengan hanya mengenakan handuk yang melilit dipinggangnya. Sebelah tangannya mengeringkan rambutnya yang masih basah dengan handuk lainnya.
Abi menganga menatap tubuh Nicho dengan kekaguman yang tidak dia sembunyikan sama sekali.
Roti sobek! jerit Abi dalam hati
Akhirnya aku melihatnya full tidak setengah-setengah seperti waktu ia mengerjaiku dulu
sungguh maha karya yang sempurna. Ahkkk beruntungnya aku akan menikmati pemandangan ini setiap hari. Abi kegirangan dengan fantasi liarnya
"Oh maaf aku kira kau sudah tidur" Nicho berdiri kikuk. Ia tidak menyangka Abi masih menunggunya.
"Aku menunggumu" jawab Abi tanpa mengalihkan pandangannya dari tubuh milik Nicho.
"Aku akan segera mengenakan pakaianku agar kau nyaman" Nicho berjalan terburu-buru.
"Tidak..tidak... begini juga aku cukup nyaman" Abi melambai-lambaikan kedua tangannya. Nicho menghentikan langkahnya dan menatap Abi.
"Maksudku kau tidak perlu sungkan seperti itu. Kita adalah suami istri dan aku harus terbiasa melihatnya bukan? Maksudku aku harus belajar terbiasa melihat tubuh telanjangmu" Masih saja Abi menatap kagum tubuh Nicho. Dan fokusnya adalah roti sobeknya. Nicho yang dari tadi tidak menyadari tatapan kagum Abi akhirnya mengikuti arah pandangan Abi. Nicho terkekeh begitu menydari apa yang sedang di lihat Abi dengan tatapan mendamba.
Jadi dia menyukai perut six packku ini. Nicho membatin geli.
"Ini belum bisa dikatakan telanjang, Bie" Nicho sengaja menggoda.
"Maksudku biarkan aku belajar terbiasa dengan dada telanjangmu" Abi meralatnya secepat mungkin.
Nicho terkekeh
"Padahal aku tidak keberatan sama sekali jika kau ingin melihat lebih" Nicho berjalan memasuki ruang gantinya.
Tidak butuh waktu lama Nicho pun keluar dari ruang gantinya. Ia hanya mengenakan celana piyama panjang tanpa mengenakan atasan.
"Karna kau tidak keberatan dengan dada telanjangku jadi aku tidak akan sungkan. Aku terbiasa tidur tidak mengenakan baju" jelas Nicho yang memang benar adanya. Tadinya ia berfikir akan merubah kebiasaanya itu sampai Abi bisa menerimanya.
"Oh tidak sama sekali" jawab Abi cepat.
"Tidurlah!"
"Aku akan tidur di sofa" Nicho mengambil bantal dan guling.
Abi menahan guling yang yang akan Nicho ambil.
"Kau terbiasa tidur dengan guling?" tanya Nicho
"Baiklah gulingnya buatmu saja"
"Kenapa kau harus tidur di sofa?" tanya Abi bingung dan Nicho tidak kalah bingungnya mendengar pertanyaan Abi.
Bukankah ia tidak ingin melakukannya sampai ia bisa menerimaku? tanya Nicho dalam hati
Apa ia berubah fikiran setelah melihat otot perutku. Nicho kegirangan.
"Tempat tidurmu lumayan besar. Kita muat di sini jadi kenapa kau harus tidur di sofa?"
"Tapi kau tidak ingin melakukannya denganku?" Nicho perlu memastikan sebelum kegirangannya mempermalukan dirinya sendiri.
"Bukan berarti kita tidak bisa berbagi tempat tidur. Bukankah suami istri harus tidur bersama. Maksudku tidur di atas ranjang yang sama" jawab Abi.
Nicho tersenyum.
Kegirangan yang sia-sia
"Kau tidak takut aku menerkammu?"
"Aku akan memotong otongmu jika kau berani menyentuhku tanpa seizinku" ancam Abi melotot tajam.
Nicho tergelak
"Baiklah.baiklah Mrs.Geonandes ayo kita istirahat" Nicho naik ke atas ranjang.
"Kau tidak keberatan aku dibsisi kiri kan ? Aku terbiasa tidur disisi kiri" Abi bertanya. Dari tadi ia menunggu Nicho untuk mempertanyakan hal ini.
"Lakukan apa yang membuatmu nyaman" jawab Nicho.
Abi tersenyum lalu membuat guling tadi sebagai pembatas. Nicho mengernyit melihat apa yang dilakukan Abi.
"Jangan salah faham, aku melakukannya untuk kebaikanmu. Bukan karna aku takut kau terkam tapi aku takut aku tidak bisa mengendalikan diriku dan mendapati diriku yang sudah menggerayangi otot seksi di perutmu itu" Abi menunjuk perut six pack milik Nicho.
Tawa Nicho meledak. Abi-nya selalu diluar dugaan.
"Dan sebagai peringatan agar kau tidak terkejut nantinya. Aku mendengkur saat tidur dan mungkin besok bantalmu juga akan bergambar berbagai pulau di Indonesia karna bekas ilerku" ucap Abi tanpa tahu malu yang membuat Nicho memegangi perutnya karna tegang akibat tawanya yang meledak.
Oh istri ku yang unik!
"Baiklah aku akan berusaha tidak terkejut" jawabnya ditengah tawanya.
"Kau tidak ingin mengatakan sesuatu yang bisa membuatmu malu esok hari. Aku mengatakan aibku untuk mengantisipasi hal yang bisa mempermalukan diriku sendiri" Abi menatap Nicho
"Aku tidak akan tertawa seperti kau menertawakanku" sindir Abi
Nicho menghentikan tawanya
"Oh maaf..maaf..maaf jika kau tersinggung tapi sungguh aku tidak bermaksud menertawakanmu. Aku hanya terlalu bahagia. Bahagia mempunyai istri yang menghibur seperti ini"
"Aku bukan pelawak!" ketusnya.
"Baiklah.baiklah. Maafkan aku. Kau juga janganlah terlalu terkejut begitu membuka matamu besok begitu menemukan malaikat tampan yang tertidur di samping mu" Nicho terlalu percaya diri.
Abi mendelik
"Hanya itu?" Abi memastikan dan Nicho mengangguk
"Selamat malam" Abi merebahkan tubuhnya
"Aku terbiasa tidur dengan lampu dimatikan" Abi sengaja mengumumkan
"Seperti yang kau ingin kan istriku" Nicho memadamkan lampunya.
"Cho.." panggil Abi
"Hmmm"
"Apa kita akan tinggal bersama Mommy dan Daddy"
"Apa kau merasa tidak nyaman?" Tanya Nicho
"Hmm" Abi bergumam sebagai jawaban
"Aku menyukai mereka dan aku yakin Mommy dan Daddy juga menyukai ku tapi aku.."
"Baiklah. Kita akan pindah. Besok aku akan membicarakannya pada Mommy dan Daddy" Nicho menyela ucapan Abi. Mungkin Abi merasa tidak nyaman bukan karena terbebani dengan kehadiran Mommy dan Daddy nya tapi ia merasa tidak nyaman karena belum bisa memberikan hak Nicho. Hak nya untuk bekerja menghasilkan keturunan Geonandes
"Tidak perlu buru-buru seperti itu" Abi merasa tidak enak.
"Mommy dan Daddy pasti mengerti dan aku memang sudah membelikan apartement buat kita. Kau tidak keberatan kan jika kita tinggal di apartement?"
Abi menggeleng walau ia tahu Nicho tidak melihatnya karena minimnya cahaya dikamar mereka.
"Tidurlah"
"Aku akan mengenalkan seseorang pada mu besok" ucap Nicho mengakhiri pembicaraan mereka.
T.B.C
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Isda Natasya
pasti kucingnya🥰
2021-10-06
0
💃💃 H💃💃💃
shandy pasti itu 🙈🙈🙈
2021-03-17
0
Qia
rotiii sobekkk😲😲😲😲😲😱😱
2021-01-31
0