Chapter 13 - Lelah

Xu Ya menundukkan kepalanya dan mengepalkan tangannya lagi, entah sudah berapa kali dia mengepalkan tangannya belakangan ini untuk mengumpulkan semua tekad dalam dirinya. Setiap kali dia merasa lelah maka ingin rasanya dia menyerah dan mundur, memilih kehidupan yang mulia dan terhormat di dalam istana bersama dengan Pamannya. Selama itu maka tidak akan ada yang berani untuk menyentuh atau mengganggu dirinya namun pada saat yang sama dia harus menerima secara tidak langsung bahwa Ayahnya memang melakukan pengkhianatan.

Dia tidak bersedia untuk menjalani kehidupan semacam itu, dia lebih memilih menderita. Mengumpulkan kekuatannya sendiri untuk membalaskan dendam dan membuktikan kebenaran kepada publik dan orang orang yang telah menghina keluarganya.

Jadi , setiap kali dia ingin menyerah maka dia akan mengingat 21 nyawa orang orang dari Kediaman Xu yang mati secara tidak adil dan dianggap hina oleh orang orang yang tidak bertanggung jawab ini.

Xu Ya akan membalaskan dendam mereka, dengan dendam inilah yang memberinya kekuatan untuk berdiri dan menghadapi setiap tantangan ini.

Pada saat yang sama ketika dia tiba di dapur untuk mengambil makanan namun tidak ada makan yang tersisa lagi. Xu Ya hanya melirik sedikit dan merasa sangat lapar namun tidak memiliki energi lebih untuk mencari keributan.

Sehingga dia menjauh dari kerumunan dan duduk di bawah pohon yang rindang lalu menyenderkan kepalanya di pohon. Dia merasa disini sangat sejuk dan bisa meredakan rasa laparnya.

Tanpa dia sadari, Huo Xincheng memandang dan memantaunya dari kejauhan dengan ekspresi yang tak terbaca. Tidak lama kemudian, Hou duduk di sampingnya dan membawa sebuah roti daging yang masih utuh.

"Kamu belum memakannya ?" Tanya Xu Ya dengan lemah.

"Jika aku memakannya, bukankah kamu tidak akan ada makanan untuk siang ini ? Jika ingin menunggu sore maka masih ada beberapa jam lagi. " Jawab Hou lalu membagi dua roti daging itu.

"Kenapa kamu begitu baik padaku ? Aku dan kamu juga baru saja saling mengenal, apakah kamu tidak takut bahwa aku akan berniat jahat ?" Tanya Xu Ya.

"Bagaimana mungkin kamu berniat jahat ? Aku tidak percaya. Seorang gadis kecil sepertimu yang dipaksa untuk masuk kamp militer pasti bukanlah orang yang jahat melainkan gigih. Aku mengagumi kegigihanmu, aku sebenarnya sempat memiliki adik perempuan. Namun dia mati dengan mengenaskan karena pembantaian, seluruh keluargaku musnah dalam semalam. " Ucap Hou mengenang masa lalu.

Xu Ya terkejut ketika mendengar ini karena kisah mereka hampir mirip satu sama lain, pantas saja Hou bersimpati kepadanya maka dia pasti mengingatkan pada adik Hou.

"Semuanya karena aku tidak tahu diri untuk memaksakan diri sebagai seorang juara daerah, Putra kepala daerah tidak ingin kalah sehingga membayar orang orang untuk membunuh seluruh keluargaku. Bahkan adikku juga tidak terhindarkan dari bencana mematikan ini, namun karena aku lemah dan bodoh sehingga aku tidak bisa melindungi orang yang aku sayangi. Jika adikku masih hidup maka dia seharusnya sudah seumuran denganmu. Jadi, kamu mengingatkan ku pada adikku. " Lanjut Hou.

"Kalau begitu maka aku ikut sedih mendengar ceritamu. " Ucap Xu Ya merasa bahwa lidahnya kelu dan dia merasa bingung apa yang harus dia katakan pada saat ini.

Perasaannya campur aduk ketika merasakan cerita dari Hou, dia juga ingin menceritakan kisahnya kepada Hou namun dia tahu bahwa bertahan hidup disini saja tidak mudah.

Namun jika orang orang mengetahui bahwa dirinya adalah putri dari Xu Zhong maka orang orang akan menimbulkan berbagai reaksi yang mungkin saja akan merugikan dirinya dan Huo Xincheng.

Maka dari itu dia memilih untuk memendam masa lalunya dalam dalam dan tidak membiarkan orang orang disini mengetahui asal usulnya, dia tidak lebih dari seorang gadis luar yang dipungut oleh Huo Xincheng untuk berlatih di Kamp Militer.

Xu Ya makan berdua bersama dengan Hou dan merasa lebih dekat dengan Hou karena dia ikut bersimpati dengan apa yang telah menimpa Hou.

Pada malam hari, Xu Ya benar benar mendapatkan makanannya namun itu hanya sebuah bubur yang sangat encer.

Pada titik inilah Xu Ya merasa sangat kagum kepada para prajurit yang berlatih tanpa mengenal lelah dan berjuang untuk mempertaruhkan nyawanya demi melindungi bangsa dan negara sementara kehidupan disini jauh dari kata layak.

Namun Hou juga telah mengatakan bahwa ini sangat baik dibandingkan dengan kepemimpinan Jenderal lain, Jenderal di Kekaisaran Qin ini tidak hanya ada satu Jenderal Guangxi namun Jenderal lainnya tidak mampu untuk mencetak sejarah seperti yang dilakukan oleh Huo Xincheng.

Tidak bisa dibayangkan sedingin apa kehidupan di kamp militer lain, disini saja Xu Ya merasa tersiksa dan menderita. Semangat para pejuang ini seringkali tidak dihargai oleh orang orang di Ibukota membuat hati Xu Ya merasa terluka.

Huo Xincheng menghargai dan mengetahui berapa susahnya hidup di perbatasan dan membangun sebuah tugu besar yang berisikan nama nama prajurit yang gugur sehingga tidak ada satupun prajurit lama maupun baru yang melupakan mereka.

Orang orang di Ibukota dengan Kaisar mungkin saja bisa melupakan mereka namun sesama rekan seperjuangan tidak boleh saling melupakan, hal ini telah menyentuh titik lembut di dalam hati Xu Ya.

Xu Ya menyesap habis buburnya dan kebanyakan prajurit lain masuk ke dalam tenda untuk beristirahat atau mereka mungkin memilih untuk berbincang dengan teman teman mereka.

Tidak banyak kesempatan bagi mereka untuk begitu santai, jika dunia aman maka mereka juga akan merasakan kebahagiaan. Sementara Xu Ya tidak sesantai itu, dia bergerak dan berlatih di halaman depan kamp Huo Xincheng.

Disini jauh lebih sepi dibandingkan tempat tinggal prajurit lainnya dan juga ada prajurit yang akan berpatroli untuk memastikan keamanan Huo Xincheng.

Xu Ya melirik ke dalam tenda dan melihat bahwa lilin di dalam tenda masih hidup yang menunjukkan bahwa orang di dalamnya masih bekerja bahkan setelah selarut ini.

Xu Ya menarik pedangnya dari pinggangnya lalu mulai berlatih menyerang seperti yang telah diajarkan oleh Huo Xincheng sebelumnya.

Dia berlatih berulang kali, bahkan ketika tubuhnya meronta ronta karena lelah namun otaknya memerintahkan pada dirinya untuk jangan berhenti sebelum dia bisa dan mencapai batas.

Selama dia belum tumbang maka dia tidak akan berhenti, dia berlatih dengan keras sampai sampai di tengah malam yang dingin ini , dia masih bisa berkeringat cukup banyak.

Tangannya yang memegang pedang bahkan sampai gemetar karena tidak kuat lagi untuk berlatih, kakinya yang sudah lama kelelahan karena mendaki juga tidak kuat lagi sehingga dia jatuh ke tanah dengan lapisan salju yang tipis dalam posisi berlutut.

...----------------...

Jangan lupa like, komen dan vote ya 😁

Terpopuler

Comments

Laizajiloh

Laizajiloh

ayo

2025-04-07

0

@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦

@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦

Berjuang

2025-01-15

1

y@y@

y@y@

⭐👍🏿👍🏻👍🏿⭐

2025-01-12

1

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1 - Persiapan Perayaan Kedewasaan
2 Chapter 2 - Pembantaian
3 Chapter 3 - Penyelamat
4 Chapter 4 - Rasa Sakit
5 Chapter 5 - Permohonan
6 Chapter 6 - Persyaratan
7 Chapter 7 - Pengasingan
8 Chapter 8 - Sergapan
9 Chapter 9 - Kamp Militer
10 Chapter 10 - Xu Jianchou
11 Chapter 11 - Mimpi Buruk
12 Chapter 12 - Hari Pertama
13 Chapter 13 - Lelah
14 Chapter 14 - Bimbingan
15 Chapter 15 - Pukulan
16 Chapter 16 - Hukuman dan Teman
17 Chapter 17 - Resah
18 Chapter 18 - Sergapan
19 Chapter 19 - Penghargaan
20 Chapter 20 - Kota Suzhen
21 Chapter 21 - Strategi
22 Chapter 22 - Pembunuh Bayaran
23 Chapter 23 - Wang Jiang
24 Chapter 24 - Pertunjukan Seni
25 Chapter 25 - Pelarian
26 Chapter 26 - Pelarian II
27 Chapter 27 - Sentuhan
28 Chapter 28 - Serangan
29 Chapter 29 - Prajurit Inti
30 Chapter 30 - Panggilan
31 Chapter 31 - Keputusan
32 Chapter 32 - "Jangan remehkan aku! "
33 Chapter 33 - Kabar Buruk
34 Chapter 34 - Perjalanan Ke Kota Xian
35 Chapter 35 - Kemiskinan
36 Chapter 36 - Ancaman
37 Chapter 37 - Masa Lalu
38 Chapter 38 - Masa Lalu II
39 Chapter 39 - Informasi
40 Chapter 40 - Rumor
41 Chapter 41 - Perjalanan Menuju Ibukota
42 Chapter 42 - Perjalanan Menuju Ibukota II
43 Chapter 43 - Meminta Pernikahan
44 Chapter 44 - Misi Rahasia
45 Chapter 45 - Istirahat
46 Chapter 46 - Sakit
47 Chapter 47 - Aula Leluhur
48 Chapter 48 - Papan Nama
49 Chapter 49 - Aku Akan Mengejarmu
50 Chapter 50 - Mirip
Episodes

Updated 50 Episodes

1
Chapter 1 - Persiapan Perayaan Kedewasaan
2
Chapter 2 - Pembantaian
3
Chapter 3 - Penyelamat
4
Chapter 4 - Rasa Sakit
5
Chapter 5 - Permohonan
6
Chapter 6 - Persyaratan
7
Chapter 7 - Pengasingan
8
Chapter 8 - Sergapan
9
Chapter 9 - Kamp Militer
10
Chapter 10 - Xu Jianchou
11
Chapter 11 - Mimpi Buruk
12
Chapter 12 - Hari Pertama
13
Chapter 13 - Lelah
14
Chapter 14 - Bimbingan
15
Chapter 15 - Pukulan
16
Chapter 16 - Hukuman dan Teman
17
Chapter 17 - Resah
18
Chapter 18 - Sergapan
19
Chapter 19 - Penghargaan
20
Chapter 20 - Kota Suzhen
21
Chapter 21 - Strategi
22
Chapter 22 - Pembunuh Bayaran
23
Chapter 23 - Wang Jiang
24
Chapter 24 - Pertunjukan Seni
25
Chapter 25 - Pelarian
26
Chapter 26 - Pelarian II
27
Chapter 27 - Sentuhan
28
Chapter 28 - Serangan
29
Chapter 29 - Prajurit Inti
30
Chapter 30 - Panggilan
31
Chapter 31 - Keputusan
32
Chapter 32 - "Jangan remehkan aku! "
33
Chapter 33 - Kabar Buruk
34
Chapter 34 - Perjalanan Ke Kota Xian
35
Chapter 35 - Kemiskinan
36
Chapter 36 - Ancaman
37
Chapter 37 - Masa Lalu
38
Chapter 38 - Masa Lalu II
39
Chapter 39 - Informasi
40
Chapter 40 - Rumor
41
Chapter 41 - Perjalanan Menuju Ibukota
42
Chapter 42 - Perjalanan Menuju Ibukota II
43
Chapter 43 - Meminta Pernikahan
44
Chapter 44 - Misi Rahasia
45
Chapter 45 - Istirahat
46
Chapter 46 - Sakit
47
Chapter 47 - Aula Leluhur
48
Chapter 48 - Papan Nama
49
Chapter 49 - Aku Akan Mengejarmu
50
Chapter 50 - Mirip

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!