BAB 1 - Warm to Dark

Hangat dan terang, tidak pernah dirasakan sebelumnya. Dingin dan gelap, tidak pernah semerangkak ini menerkam. Kekuasaan, kepemimpinan, validasi, dan ketenaran, semua itu didapatkan melewati banyak ranjau yang bertebaran. Meskipun ranjau itu sekarang semakin menyebar dan bertambah ke tingkat yang lebih tinggi seiring kemampuan yang bertambah tinggi. Semua ranjau itu sudah menjadi makanan keseharian yang ditelan hingga berdarah-darah. Rasa sakitpun sudah tidak bisa dirasakan. Ternyata kehidupan monokrom yang penah dirasakan dalam keseharian, jauh lebih baik dari yang terkira.

Benang takdir yang merentang begitu panjang dari masa lalu ke masa sekarang. Kita tarik sejenak benang itu menuju tiga tahun sebelumnya. Sebelum semua ini dia dapatkan. Dimana sinar matahari begitu cerah menembus jendela kaca yang begitu besar. Memberikan kehangatan dan terang yang sederhana. Dimana dia terduduk sendirian di meja besar itu ditemani para pelayan yang siap menyediakan kebutuhannya. Kehidupan hangat sedikit dingin yang monokrom.

"Pagi Tuan. Hari ini Tuan memiliki jadwal untuk makan malam keluarga," ucap seorang pria paruh baya yang tak lain adalah asisten pribadinya atau yang lebih dikenal oleh para pelayan sebagai wakil kepala pelayan di rumah tersebut.

Mug besar berwarna putih dengan dua lengan terisi berwarna putih kecoklatan yang begitu light. Kental dan begitu lembut dengan serpihan potongan jamur yang rimbun di dalamnya. Sebagai pemanis potongan parsley yang kecil bertaburan di permukaan. Mushroom soup yang creamy menemani paginya dengan roti garing terlumuri butter. Garing dan basah karena tercelup kedalam soup begitu gurih, renyah dan ringan di mulut.

"Jam berapa?" tanya pria berpakaian santai yang sedang duduk menikmati sarapannya.

"Tepatnya jam 7 malam," jawab sang asisten.

Pria itu hanya memicingkan matanya dan kembali menyantap makanannya tanpa bertanya lebih lanjut lagi.

"Jadi untuk hari ini Tuan harus mengosongkan jadwal Tuan," saran sang asisten meskipun selalu diabaikan.

"Kau tahu hari ini aku tidak memiliki jadwal apapun, apa yang harus aku kosongkan," timbalnya seraya tersenyum miring.

"Meskipun tidak ada, tapi Tuan selalu menghindari acara keluarga dan pergi bermain dengan teman anda. Jadi, lebih baik Tuan meluangkan waktu untuk nanti malam."

Makanan yang begitu lezat mulai terasa hambar karena perasaan yang turun drastis. Pria berwajah dingin dan datar itu mulai menghentikan kegiatannya. Bibirnya yang tebal dan seksi menghembuskan nafas kasar.

"Tentu saja Pak Diar saya akan meluangkan waktu saya yang sangat tidak bermanfaat bukan?" Senyum sinis itu terlontar begitu saja kepada Pak Diar yang sudah bersabar untuk merayu tuannya.

"Apakah ini masalah tentang diriku yang selalu melakukan hal tidak berguna?" tanya pria itu kembali pada asistennya.

Pak Diar hanya bisa terdiam dan merasa canggung dengan apa yang di ucapkan tuannya. Tapi sebagai pelayan yang sudah menjaga tuannya sejak kecil, dia menyikapi dengan sangat bijaksana dan juga jujur. Tuannya sudah lama mengenal dirinya begitu juga sebaliknya, tidak berguna jika berbohong hanya untuk meminimalisir rasa sakit dan tak enak hati.

"Untuk itu saya kurang tahu, tapi Tuan pasti bisa menebaknya. Mungkin hari ini Tuan besar akan memberikan hal yang penting untuk Tuan Muda."

Seringai tipis terlihat pada wajah tegas pria tersebut. Tanpa menghabiskan sarapannya pria itu langsung pergi meninggalkan meja makan. Sebelum pergi dia berbalik sejenak kepada Pak Diar.

"Kalau begitu hari ini aku akan bermain lebih awal," ucapnya dengan mata biru yang tersenyum seraya meninggalkan Pak Diar.

Tangan yang menjulur ke atas melambai begitu lepas tanpa beban. Meninggalkan Pak Diar yang menatap sendu punggung tuannya. Begitu khawatir dan penuh harap akan keseharian tuannya yang semoga berjalan penuh kebahagiaan. Senyum yang terulas dari terpaan cobaan yang menimpa tuannya begitu palsu.

.

.

.

.

.

Mata yang begitu menyempit tak membuat dia enggan untuk menatap langit biru dengan cahayanya yang terik dan menyilaukan.

"Waaah bukankah cuacanya begitu bagus," ungkap pria tersebut bersandar pada pintu mobil sport berwarna putih.

"Haruskah kubeli es krim?" terkanya kepalanya miring menengadah ke langit. "Tentu saja Lumi...." Senyuman nakal diiring pekikan ketawa seraya tangannya mulai membuka pintu mobil.

"Let's Go!" Lumi pun melaju dengan mobil sport putih kesayangannya.

......................

Matahari tepat berada di atas puncak. Panas menyengat terasa mengenai kulit. Keringat bercucuran membasahi tubuh mereka. Mereka begitu cekatan dan aktif bergerak. Lemparan demi lemparan terus menghantam ring basket. Ada sekitar enam orang disana termasuk Lumi. Tim dibagi menjadi 2 yang berisikan 3 orang.

"Lumi lempar kesini!" Lumi pun melempar bola tersebut dengan sigap saat teriakan tertuju padanya.

Teriakan para wanita mulai terdengar keras dibandingkan beberapa menit yang lalu. Kerumunan mulai mengerumuni mereka karena rasa ketertarikan mereka akan mata yang merasa begitu tercuci begitu bersih. Mereka yang hanya berjalan-jalan di taman tiba-tiba melihat sesuatu yang memanjakan mata dan tentu juga hati mereka. Rasa penasaran yang begitu senang hati dan ingin melihat lebih dekat. Kaki itu berjalan mengerubungi enam pria tampan yang sedang bermain basket di lapangan.

Tinggi badan yang semampai dan tubuhnya yang atletis membuat para kaum hawa menjerit. Keseriusan mereka dalam bermain begitu menambah ketampanan mereka yang berkarakter. Tubuh yang melompat dan melayang bersamaan bola yang menghantam ring basket membuat mereka berteriak kegirangan. Bukan karena akan poin yang tercetak, tapi ketika pria itu melompat atau memasukan ring basket. Pesona mereka bertambah begitu menakjubkan. Begitu memukau dengan sorotan sinar matahari yang menyinari mereka seperti sang bintang utama. Keringat yang bercucuran berjatuhan saat tubuh itu bergerak begitu gesit. Teriakan dan degup jantung yang begitu kencang ketika bagian perut mereka tersibak, menampilkan kotak - kotak yang melekuk begitu indah dan menggoda. Para wanita begitu terbakar haus akan hasrat. Di tambah satu pria yang paling menonjol di antara mereka, yaitu Lumi.

Lumi merupakan perbincangan topik yang pertama ketika mereka menonton permainan bola basket. Di antara pria tampan, dia yang paling bersinar dan berkharisma memikat kupu-kupu dalam pesonanya. Tatapan dingin yang begitu serius itu menghipnotis mereka dalam setiap gerakannya. Mereka dibuat pusing dan meleleh oleh Lumi pada siang hari yang terik. Panas matahari tidak sepanas Lumi yang bermandikan keringat. Mencetak lekukan tubuh pada pakaiannya yang basah.

Keringat yang melewati pelipis wajahnya yang terlihat begitu halus dan putih. Raut wajah tegas yang menikmati bermain basket begitu membuat hati tertegun tanpa kata dilihat. Bagaimana bisa dia yang sedang bermain basket terlihat gagah dan rupawan. Rambut yang basah dan tidak karuan tidak mengurangi ketampanannya. Justru itu menambah ketampanannya. Bajunya yang basah akibat keringat menambah aura panas yang menggoda. Begitu sexy dan kuat. Hingga antusiasme dan hati yang berdebar-debar dirasakan para wanita tersebut. Sampai ada yang tersipu melihatnya. Begitu terpesona para wanita tersebut oleh permainan pria-pria tersebut. Mereka tak mendukung siapapun dari mereka sepanjang permainan. Mereka berteriak hanya karena kepuasan hati mereka akan tontonan yang memberikan luapan cinta.

Prrriiiiiiit....

Alarm waktu dari ponsel berbunyi, waktu habis. Teriakan penonton bersorak riang dengan tim pemenang. Tim Lumi menang. Lumi dan tim besorak gembira. Para wanita pun bertepuk tangan.

"Ayo istirahat sebentar, kita beli minum!" ungkap salah satu teman Lumi.

"Siap Bos! Ayo!" sahut teman Lumi yang lain.

Saat mereka berdua hendak pergi, tiba-tiba wanita yang menonton dari tadi sedikit demi sedikit menghampiri mereka.

"Kak, tolong ambil minumannya." Minuman itu tersodor dari masing-masing tangan tiga wanita tersebut.

"Oh terima kasih. Kami terima dengan senang hati." Senyum hangat mereka tunjukan pada tiga wanita tersebut. Wanita tersebut hanya berteriak kegirangan.

"Selamat tinggal! Kalian semua tampan!" puji keras beberapa wanita tersebut sembari pergi meninggalkan mereka.

Hati yang sempat bersyukur dan beruntung mendapatkan minuman gratis berubah menjadi keterkejutan yang membuat mereka hanya bisa terdiam. Ternyata tidak hanya mereka tapi masih ada yang lain yang menunggu mereka. Wanita dengan minuman ditangan mereka siap menghujani mereka. Lumi dan teman yang lainnya hanya bisa tersenyum canggung dan tidak bisa berkata-kata.

.

.

.

.

.

Tidak terhitung, tangan mereka terus terulur menerima semua minuman tersebut. Lemas pada tangannya mulai mereka rasakan seiring penerimaan. Tangan yang bersemangat melempar bola di hantam lanjut menerima botol minum. Hati kecil mereka menangis menahan lemasnya tubuh yang ingin ambruk. Pipi mereka sudah mulai lelah dan kaku akan senyum yang terus melengkung mencoba tulus. Ucapan terimakasih tak lupa mereka lontarkan. Tenggorokannya mulai terasa kering. Karena sedari tadi mereka belum beristirahat akan kesibukan yang mendadak, menerima botol minum.

"Terima kasih." Tangan Lumi menerima hangat minuman itu.

"Itu yang terakhir sepertinya," sahut teman Lumi.

"Iya nih." Lumi menghampiri temannya dan menaruh minuman itu dengan minuman yang lain.

Berbagai jenis merk minuman terkumpul menjadi satu. Tersusun asal berdiri di hamparan lapangan basket. Begitu banyak seperti merayakan pesta. Mereka hanya bisa menatap kosong dengan hati yang terperangah melihat minuman di bawah sana.

"LARRRISSS MANIIIIS! Makasih anak muda sudah bermain disini!" Teriak sang pedagang minuman akan jualannya yang habis terjual. Puluhan uang yang membentuk kipas itu dia kibas-kibas, menikmati hasil jualannya seraya meninggalkan taman.

Lumi dan teman-temannya hanya saling melirik melihat pedagang itu mulai pergi menjauh dengan raut wajah bahagia.

"SEMOGA SUKSES SELALU!" teriak Hans sambil melambai.

"Waaaah.... bisa kembung kita kalau begini," celetuk salah satu teman Lumi melihat botol minum yang berjejer dipermukaan lapangan.

"Iya bisa kembung tinggal lo tambahin ikan jadi akuarium diperut lo," canda Lumi diiringi tawa teman yang lain.

"Segini banyak mau di apain?"

"Di jual aja," ujar Yuri.

"Ya sudah, lu yang jual gue siapin topi sama kotak buat lu keliling nanti kasih ke gua setorannya."

"Enak di lu gak enak di gue sialan lu," tukas Yuri.

"Tapi kita minum sebanyak ini gak jadi mermaid kan?"

"Alaaaah kaki lu buluk!" sahut mereka bersamaan sambil tertawa dan melempar botol minum kearah Hans.

"Kalau Dugong cocok sih hahahaha.... " Jari tengah muncul akibatnya.

"Tapi kita hebat menggabungkan berbagai merk minuman menjadi satu," ujarnya seraya tertawa terbahak-bahak.

"Harusnya kita jadi BA sih," ucap Hans yang segera meraih salah satu minuman di bawah sana.

"Bawa aja sebagian," saran Lumi pada teman-teman.

Mereka menyetujui saran tersebut dan mulai mengambil satu per satu. Kecuali Lumi, Lumi hanya meminum 2 dan tidak ikut mengambil.

"Lu gak mau bawa satu Mimi?" Satu tepukan keras melayang pada Yuri yang membuatnya kesakitan.

"Berhenti sebut gue Mimi!" Lumi mulai merangkul keras leher Yuri yang membuat dia sesak nafas. Teman yang lain hanya tertawa melihatnya.

"Setidaknya ambil satu lah ....." Ada jeda dalam kalimatnya, diraih lah tangan kiri Lumi yang membuat kekangannya lepas pada Yuri. "Lulu Hahahaha...." Dikta pun segera menjauh dari Lumi yang mulai mengamuk dan mengincar dirinya.

Tawa bahagia dengan kehangatan yang mengalir begitu alami tak ternilai kenangannya. Panasnya matahari dengan langit biru yang begitu terang begitu menyilaukan. Silau terik keemasan menyinari mereka yang membuat silau itu indah dan menyatu dengan suasana kebersamaan yang begitu panas dan membara akan masa muda. Hingga terik mulai sedikit meredup namun terang masih di rasakan. Waktu menuju lembayung senja mulai terlihat akan datang menghampiri akan langit yang mulai meredup biru mudanya. Angin sejuk khas sore hari berhembus menyergap mereka.

Waktu berlalu begitu cepat, Pak Diar sudah menanti Lumi dari kejauhan. Lumi mengetahui hal itu. Melihat Pak Diar dari sebrang taman, teman Lumi langsung mengerti. Lumi pun bergegas berpamitan dan segera pergi untuk acara makan malam keluarga.

Dinner yang tidak menyenangkan.

Terpopuler

Comments

florenna

florenna

emang ya kalo ngeliat cowok2 ganteng tuh bawaannya excited hahahaha

2025-03-02

1

Diana (ig Diana_didi1324)

Diana (ig Diana_didi1324)

wkwkwk ngakak bacanya, kalau jadi marmide bneran gmn ya? ada2 aja

2025-02-20

1

Author15🦋

Author15🦋

waduh waduh gak dosa ni gue bayaginnya wkwk

2025-03-19

1

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 BAB 1 - Warm to Dark
3 Bab 2 - Berkumpulnya Darah Pewaris (Blue Blood)
4 BAB 3 - Dark Begin
5 BAB 4 - Kekacauan
6 BAB 5 - GIFT = PUNISHMENT
7 BAB 6 - Sesuatu yang asing
8 BAB 7 - Sial
9 BAB 8 - Fight
10 BAB 9 - Tawaran
11 BAB 10 - Penerimaan yang tidak mudah
12 BAB 11 - Kerja hari pertama
13 BAB 12 - Tentangnya
14 BAB 13 - Tentangnya (Tertutup)
15 BAB 14 - Past in a Dream : The Real Darkness
16 BAB 15 - Rencana
17 BAB 16 - Rencana Gagal
18 BAB 17 - Serigala bermulut Bebek
19 BAB 18 - Caddy Golf
20 BAB 19 - First
21 BAB 20 - Arum Dalu
22 BAB 21 - Flashback : Tidak Ada Perubahan
23 BAB 22 - Past in a Dream : Gerimis Cerah
24 BAB 23 - Biarkan tetap seperti itu
25 BAB 24 - Genggaman pelipur
26 BAB 25 - Rest
27 BAB 26 - Berkunjung
28 BAB 27 - Problem : Solution no, Take it back
29 BAB 28 - Gaslighting
30 BAB 29 - Kecewa
31 BAB 30 - Neck
32 BAB 31 - Look Before your Leap
33 BAB 32 - Kesalahan panggilan yang tidak buruk
34 BAB 33 - Bekas tidak terlihat
35 BAB 34 - Gosip
36 BAB 35 - Garis Pertemanan
37 BAB 36 - Ceroboh & Secarik Kertas
38 BAB 37 - Masalah Selesai
39 BAB 38 - Cross the Line
40 BAB 39 - Membangun Chemistry
41 BAB 40 - Something
42 BAB 41 - Something part.1
43 BAB 42 - Confess, to The Point
44 BAB 43 - Meeting : Replacement
45 BAB 44 - Before Accident : Tikam & Kesepakatan
46 BAB 45 - Persikukuh
47 BAB 46 - Past in a Dream
48 BAB 47 - Konferensi Pers
49 BAB 48 - Bertambah
50 BAB 49 - Rekaman CCTV
51 BAB 50 - Jatuh kesekian kalinya
52 BAB 51 - Cemburu yang Tidak Dia ketahui
53 BAB 52 - Hema dan Janjinya
54 BAB 53 - Budak Tawanan
55 BAB 54 - Ayo bermain!
56 BAB 55 - Flashback : Dewi Iustitia not here
57 BAB 56 - Flashback : Mudah
58 BAB 57 - Flashback : Kemalangan yang memuakan
59 BAB 58 - Flashback : Kemalangan dan Tangisan
60 BAB 59 - Flashback : Kemalangan Perlawanan
61 BAB 60 - Mencari Perhatian
62 BAB 61 - Pengabaian
63 BAB 62 - Ajakan
64 BAB 63 - Makan lalu menghilang
65 BAB 64 - Menghilangkan Rasa Gusar
66 BAB 65 - Mie pedas & Kiss
67 BAB 66 - Jawaban yang tampak benar
68 BAB 67 - Untuk Hari ini saja
69 BAB 68 - Kelajuan penuh
70 BAB 69 - Menerima namun membebani
71 BAB 70 - Perbedaan yang Menyatu
72 BAB 71 - Keinginan
73 BAB 72 - Before, Lana POV : Tidaklah Penting
74 BAB 73 - Patuh
75 BAB 74 - Panic Attack
76 BAB 75 - Past in a Dream & Cinta = Melepaskan
77 BAB 76 - To Flashback : Dua Wanita Tangguh
78 BAB 77 - Flashback : Dua Wanita Tangguh part. II
79 BAB 78 - Past in a Dream : Pesan Terakhir_ POV Lana
80 79 - Keberhasilan = Overthinking
81 BAB 80 - Benih dalam lapisan es
82 BAB 81 - Tenggelam
83 BAB 82 - Swimming pool_Perdebatan
84 BAB 83 - Irasional & Cemburu
85 BAB 84 - New in their Hearts
86 BAB 85 - Sama dan Mimpi
87 BAB 86 - Kencan?
88 BAB 87 - Alasan Ketergesaan
89 BAB 88 - Nevermind
90 BAB 89 - Kualifikasi
91 BAB 90 - Tenang membawa cerita lama
92 BAB 91 - Terbiasa
93 BAB 92 - Pulang
94 BAB 93 - Yuri dengan pikirannya
95 BAB 94 - Bimbang akan Fakta
96 BAB 95 - Es batu
97 BAB 96 - Punggung yang menjauh
98 BAB 97 - Telapak tangan yang luas dan tulus
99 BAB 98 - Pesta Peluncuran
100 BAB 99 - Bualan oleh Si Merah Cabe
101 BAB 100 - Posisi Terinjak
Episodes

Updated 101 Episodes

1
Prolog
2
BAB 1 - Warm to Dark
3
Bab 2 - Berkumpulnya Darah Pewaris (Blue Blood)
4
BAB 3 - Dark Begin
5
BAB 4 - Kekacauan
6
BAB 5 - GIFT = PUNISHMENT
7
BAB 6 - Sesuatu yang asing
8
BAB 7 - Sial
9
BAB 8 - Fight
10
BAB 9 - Tawaran
11
BAB 10 - Penerimaan yang tidak mudah
12
BAB 11 - Kerja hari pertama
13
BAB 12 - Tentangnya
14
BAB 13 - Tentangnya (Tertutup)
15
BAB 14 - Past in a Dream : The Real Darkness
16
BAB 15 - Rencana
17
BAB 16 - Rencana Gagal
18
BAB 17 - Serigala bermulut Bebek
19
BAB 18 - Caddy Golf
20
BAB 19 - First
21
BAB 20 - Arum Dalu
22
BAB 21 - Flashback : Tidak Ada Perubahan
23
BAB 22 - Past in a Dream : Gerimis Cerah
24
BAB 23 - Biarkan tetap seperti itu
25
BAB 24 - Genggaman pelipur
26
BAB 25 - Rest
27
BAB 26 - Berkunjung
28
BAB 27 - Problem : Solution no, Take it back
29
BAB 28 - Gaslighting
30
BAB 29 - Kecewa
31
BAB 30 - Neck
32
BAB 31 - Look Before your Leap
33
BAB 32 - Kesalahan panggilan yang tidak buruk
34
BAB 33 - Bekas tidak terlihat
35
BAB 34 - Gosip
36
BAB 35 - Garis Pertemanan
37
BAB 36 - Ceroboh & Secarik Kertas
38
BAB 37 - Masalah Selesai
39
BAB 38 - Cross the Line
40
BAB 39 - Membangun Chemistry
41
BAB 40 - Something
42
BAB 41 - Something part.1
43
BAB 42 - Confess, to The Point
44
BAB 43 - Meeting : Replacement
45
BAB 44 - Before Accident : Tikam & Kesepakatan
46
BAB 45 - Persikukuh
47
BAB 46 - Past in a Dream
48
BAB 47 - Konferensi Pers
49
BAB 48 - Bertambah
50
BAB 49 - Rekaman CCTV
51
BAB 50 - Jatuh kesekian kalinya
52
BAB 51 - Cemburu yang Tidak Dia ketahui
53
BAB 52 - Hema dan Janjinya
54
BAB 53 - Budak Tawanan
55
BAB 54 - Ayo bermain!
56
BAB 55 - Flashback : Dewi Iustitia not here
57
BAB 56 - Flashback : Mudah
58
BAB 57 - Flashback : Kemalangan yang memuakan
59
BAB 58 - Flashback : Kemalangan dan Tangisan
60
BAB 59 - Flashback : Kemalangan Perlawanan
61
BAB 60 - Mencari Perhatian
62
BAB 61 - Pengabaian
63
BAB 62 - Ajakan
64
BAB 63 - Makan lalu menghilang
65
BAB 64 - Menghilangkan Rasa Gusar
66
BAB 65 - Mie pedas & Kiss
67
BAB 66 - Jawaban yang tampak benar
68
BAB 67 - Untuk Hari ini saja
69
BAB 68 - Kelajuan penuh
70
BAB 69 - Menerima namun membebani
71
BAB 70 - Perbedaan yang Menyatu
72
BAB 71 - Keinginan
73
BAB 72 - Before, Lana POV : Tidaklah Penting
74
BAB 73 - Patuh
75
BAB 74 - Panic Attack
76
BAB 75 - Past in a Dream & Cinta = Melepaskan
77
BAB 76 - To Flashback : Dua Wanita Tangguh
78
BAB 77 - Flashback : Dua Wanita Tangguh part. II
79
BAB 78 - Past in a Dream : Pesan Terakhir_ POV Lana
80
79 - Keberhasilan = Overthinking
81
BAB 80 - Benih dalam lapisan es
82
BAB 81 - Tenggelam
83
BAB 82 - Swimming pool_Perdebatan
84
BAB 83 - Irasional & Cemburu
85
BAB 84 - New in their Hearts
86
BAB 85 - Sama dan Mimpi
87
BAB 86 - Kencan?
88
BAB 87 - Alasan Ketergesaan
89
BAB 88 - Nevermind
90
BAB 89 - Kualifikasi
91
BAB 90 - Tenang membawa cerita lama
92
BAB 91 - Terbiasa
93
BAB 92 - Pulang
94
BAB 93 - Yuri dengan pikirannya
95
BAB 94 - Bimbang akan Fakta
96
BAB 95 - Es batu
97
BAB 96 - Punggung yang menjauh
98
BAB 97 - Telapak tangan yang luas dan tulus
99
BAB 98 - Pesta Peluncuran
100
BAB 99 - Bualan oleh Si Merah Cabe
101
BAB 100 - Posisi Terinjak

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!