Alis itu terlihat mengernyit, kerutan tipis terlihat pada dahinya. Kelopak matanya sedikit mengerjap dari tidur pulasnya. Sesuatu yang mengganggu tidurnya membuat dia terpaksa membuka matanya. Kelopak yang begitu halus dengan bulu matanya yang jentik seperti bunga merak perlahan mulai terbuka.
Silau sinar matahari yang menembus jendela di samping kasur menyambut penglihatan Lana. Silau yang mengganggu tidurnya yang begitu pulas. Mata Lana sedikit mengecilkan matanya akibat silau tersebut. Silau tersebut mencoba Lana tahan dengan telapak tangannya yang memberikan bayangan teduh pada pandangannya. Nyawa Lana masih belum terkumpul sepenuhnya. Lana masih terbawa rasa kantuk.
"Waah kasurnya empuk sekali...." Lana kembali menenggelamkan dirinya ke dalam kasur. Wajah Lana kini mulai mengelus bantal dan memeluk guling di sampingnya.
"Akh lembutnya." Satu hirupan harum pelembut pakaian menyambut indra penciuman Lana.
"Hmmmm harum." Lana kembali tertidur.
Seperkian detik Lana masih tertidur, satu menit kemudian Lana terbangun. Sesuatu yang mengganjal dan tidak lazim mulai terbesit dalam benak Lana. Matanya terkejut, dia baru menyadari bahwa dirinya berada di tempat lain. Lana baru teringat kejadian kemarin malam. Secara tergesa Lana mengedarkan pandangannya. Kamar ini begitu luas, luasnya melebihi kontrakan yang Lana tinggali. Furniture yang menghiasi berbahan kayu namun tetap modern. Di bagian kiri ada jendela yang begitu besar dekat rak buku.
Lana mulai bangkit dari tidurnya penuh rasa penasaran. Langkah kakinya begitu pelan seraya menyidik seisi ruangan. Seketika mata Lana begitu tertegun melihat jendela besar dengan seberkas cahaya kuning yang menembus beningnya kaca. Merasa begitu terpanggil tanpa Lana sadari dia menghampiri jendela tersebut. Seberkas cahaya itu mulai menyentuh kulit Lana yang putih dan lembut. Kehangatan mulai Lana rasakan menjalar pada tubuhnya disetiap cahaya yang mulai menerangi Lana.
Mata yang menelaah setiap inci rupa jendela mulai tertuju pada kunci jendela. Lana pun membuka jendela tersebut. Udara segar kini masuk menerpa wajah Lana. Cahaya matahari begitu cerah terlihat menerangi langit biru. Mata hijau coklat keemasan bersinar berbinar-binar saat cahaya itu lebih terang menerpa wajahnya. Pemandangan taman yang luas memanjakan mata Lana sekarang. Buaian angin membuat matanya seketika mulai terpejam, udara segar masuk menyeruak dalam hidung Lana. Senyum tipis dan hangat terulas pada wajah mungil Lana. Lana terhanyut suasana.
Kicauan burung kecil membuat Lana sedikit terperanjat, mata Lana kembali terbuka lebar. Mata almond Lana yang berkilau menjamah taman tersebut. Hingga perhatian Lana teralihkan. Lengan Lana sudah terbalut perban putih, kini baju yang dia kenakan bukanlah miliknya. Seketika Lana mulai memegang sekujur tubuhnya seperti mencari kehilangan sesuatu.
Pintu kamar terbuka, deritnya begitu halus terdengar Lana segera memalingkan wajahnya ke arah pintu. Tangan Lana terhenti menjamah, seseorang mencoba masuk. Mata Lana kini mulai menangkap sosok tersebut. Rambut hitamnya tersanggul rapih, dia mengenakan dress coat berwarna hitam dengan warna putih dibagian pinggir kerah. Wanita paruh baya itu terlihat elegan dan berwibawa.
"Syukurlah nona sudah sadar." Senyum hangat dia tunjukkan sambil berjalan menghampiri Lana.
Lana sedikit terdiam, namun setelah wanita itu mendekat, Lana membungkuk canggung dan memberi salam.
"Apakah Ibu baik-baik saja?" Mata Lana celingukan mencari luka pada Wanita itu.
"Ibu baik-baik saja," ungkapnya sambil meraih tangan Lana. Senyum tipis lega, Lana mendengar hal itu.
"Saya juga sudah merasa lebih baik."
"Kalau begitu, sebelum pergi sarapan lah terlebih dahulu," tawarnya pada Lana. Lana yang ingin menolak tapi terlanjur tangan Lana sudah ditarik. Lana pasrah dan ikut sarapan.
Saat keluar dari kamar, alangkah terkejutnya rumah ini begitu besar dan juga luas. Lana tak percaya bisa menginjakkan kaki di rumah sebesar ini.
"Lewat sini Nona." Lana mengangguk seraya mengikuti wanita itu sambil terkagum-kagum dengan seisi rumah tersebut.
Hingga sampai Lana di ruang makan. Disana Lana lebih tercengang, mejanya begitu besar 2 lampu gantung mewah tergantung di atas meja makan. Ditengah ada sedikit hiasan bunga sebagai pemanis.
"Ini lagi masuk film kah?" gumam Lana pelan, matanya masih terperangah melihat kemewahan rumah tersebut.
"Mari duduk Nona." Keterperangahan Lana seketika lenyap suara itu membuyarkannya dengan canggung Lana mengangguk dan segera menuju meja makan.
"Permisi, tolong panggil saja Lana."
"Nama saya Lana Persephone. Jangan panggil Nona," pinta Lana halus pada wanita itu.
Wanita itu tersenyum sopan. "Baiklah nak Lana, nama saya Sri Rahayu. Kamu bisa panggil saya Bu Sri."
Lana membalas dengan senyum sopan dan hangat.
Para pelayan kini mulai menyajikan makanan. Kelap-kelip pada mata Lana begitu berkilau, air liur sudah tidak terkendali. Tenggorokannya mulai menelan air liurnya. Makanan yang lezat terhidang begitu banyak dan mengunggah selera. Lana rasa ini adalah balasan dari perbuatannya kemarin. Lana merasa bersyukur bertemu Bu Sri.
"Silahkan di makan." Lana dengan senang hati langsung menyantap makanan itu.
......................
Sarapan sudah selesai, kini Lana sudah mandi dan berganti pakaian yang dia kenakan kemarin. Pakaian Lana sepertinya sudah dicuci bersih dan aroma pelembut tercium harum di hidung Lana. Lana kini sedang berada di ruang tamu. Bu Sri sedang mengambil tas Lana. Sambil menunggu Lana berjalan-jalan menjelajahi area tamu. Mata Lana terfokus pada bingkai foto seorang pria. Wajahnya yang tegas dan begitu tampan membuat Lana terkagum-kagum. Dadanya yang bidang membuat Lana berpikir pasti tubuhnya idaman kaum hawa. Mata Lana mulai memperhatikan wajah pria tersebut. Struktur wajahnya begitu sempurna, hidungnya yang mancung, matanya yang tajam tapi terkesan lembut. Mata Lana mulai menurun, pikiran Lana terputus dari sekitar. Seketika sesuatu datang menghampiri ingatan Lana.
Bu Sri yang melihat Lana melamun segera menepuk pundaknya. Lana terkejut pelan. Bu Sri menyodorkan tas milik Lana.
"Akh terima kasih." Bu Sri tersenyum dan terbesit sesuatu dalam pikirannya.
"Lana apa kau mau bekerja di sini?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
FT. Zira
tanpa main jaim jaiman ya🤭🤭
2025-03-01
1
Diana (ig Diana_didi1324)
enak ya kalau punya rumh sebesar itu + ada playannya berasa kaya tuan putri aja🤣 btw lana ditawarin kerja? jadi apa ya masak jadi ART disana
2025-02-22
1
MN.Aini
thor ini rumah Lumi kah? wanita paruh baya tadi jangan-jangan bu sri?
2025-01-19
1