Pagi ini Lumi bangun satu jam lebih awal. Lumi sengaja melakukan hal itu, dia ingin asisten barunya dikenal tidak kompeten dalam kerjanya. Lumi mulai tersenyum jahil. Dia mulai meregangkan badannya kemudian bangkit dan bergegas ke kamar mandi.
15 menit kemudian.
Jubah handuk yang menyelimuti tubuhnya yang basah. Handuk kecil yang berada di atas kepalanya terjatuh begitu saja akan ketidakpercayaan, membiarkan tetesan air pada setiap ujung rambutnya merintik. Lumi terkejut, pakaian untuknya hari ini sudah tergantung rapih di ruang pakaian Lumi.
Kamar Lumi memiliki walk in closet di bagian ruang yang lain. Kamar Lumi bisa di katakan ada tiga sekat ; kamar mandi, kamar tidur yang di lengkapi ruang tengah, dan walk in closet yang begitu luas dan mewah.
Ada satu yang terlewatkan, terdapat satu pintu terhubung di ujung walk in closet milik Lumi. Pintu ini terhubung dengan kamar tidur asisten yang dulu, yang mana asisten pribadi yang memiliki wewenang masuk ke dalam ruangan itu. Para pelayan yang akan membersihkan walk in closet harus ada dalam pengawasan wakil asisten kepala atau asisten pribadi Lumi.
Telapak tangan Lumi mendorong dahinya sedikit keras. Mata Lumi masih membulat. Dia terus melihat pakaian yang sudah asisten itu siapkan. Lumi merasa kalah. Dia tidak ingin sekali memakai pakaian itu, tapi disisi lain pakaian itu sesuai seleranya. Rasanya seperti dia tahu apa yang akan Lumi kenakan sekarang. Dasi itu pun terlihat cocok dengan setelan jas yang telah di siapkan. Hati Lumi enggan menerima bahwa dia menyukai orang yang bisa memilihkan dasi yang tepat. Apalagi dasi itu sudah terikat rapih, Lumi hanya tinggal memakainya saja. Suka tak suka Lumi memakai apa yang telah disiapkan.
Setelah mulai terasa rapih, Lumi bergegas menuju ruang makan. Saat pintu terbuka, asisten baru itu sudah berdiri di depan pintu kamar Lumi. Lumi sedikit terkejut dan berteriak melihat wanita itu ada di depannya.
Lana sudah berdiri rapih, pakaian pantsuit hitam dengan kemeja putih terlihat biasa saja, itu bisa tertebak oleh Lumi. Hari pertama kerja semua orang pasti memakainya.
"Maaf Tuan, saya tidak berniat mengejutkan Tuan." Jelas Lana sedikit khawatir.
Lumi hanya bisa tercekat. Sistem saraf Lumi tiba-tiba membeku beberapa saat. Setelah itu dia kembali ke dunianya. Lumi mulai bersikap normal. Mata Lumi mulai menangkap apa yang Lana genggam. Tas berbahan kulit hitam dengan pegangan di atasnya. Tas kerja Lumi sudah Lana siapkan.
"Pagi Tuan," sapa Lana ramah.
"Pagi," jawab Lumi singkat yang langsung meninggalkan Lana.
Melihat Lumi pergi begitu saja Lana langsung mengikuti langkahnya dari belakang. Lumi merasa aneh dan canggung. Dia mencoba untuk bersikap biasa saja.
"Tuan, jadwal kantor Tuan ada perubahan dari asisten Tuan di kantor. Tuan akan meeting terlebih dahulu di Shimizu Hotel. Setelah itu baru meeting di Shimizu Mall. Semua berkas yang diperlukan sudah ada di dalam — dan yang lainnya akan asisten Tuan berikan di tempat," jelas Lana yang sembari mengimbangi langkah Lumi.
"Baik," jawab Lumi kembali singkat.
"Lalu — setelah pulang nanti, apakah ada yang harus saya persiapkan atau Tuan minta?" tanya Lana mempersiapkan payung sebelum hujan.
"Tidak ada."
"B — baik Tuan." ucap Lana sedikit gelagapan.
Lumi kini sudah berada di ruang makan.
Lana langsung mengambil jas Lumi dari tangannya.
Celah.
Hati Lumi tergelitik senang. Postur tegak dan sombong dia tunjukan.
"Lain kali saat jas itu sudah harus berada di dalam genggamanmu."
Lana terkejut dengan teguran Lumi. Mata Lana sedikit tidak fokus, panik mulai mencoba menghampiri Lana. Namun, Lana dengan tenang mengusir rasa panik tersebut.
"Baik Tuan, lain kali tidak akan terulang saya akan memperbaikinya."
Senyum seringai kecil itu terekam sekelibat dalam mata Lana. Mata Lana seperti terjentik sesuatu. Senyum itu terlihat seperti meremehkan Lana. Itu membuatnya terganggu. Tapi Lana tidak menghiraukannya, Lana dengan cepat kembali memfokuskan dirinya pada Lumi.
"Ini biasa dalam pekerjaan." Hati Lana menenangkan dirinya.
Sarapan mulai tertata di hadapan Lumi. Otak Lumi mulai mencari kesalahan lagi.
"Lana, untuk sarapan dan makanan lainnya tolong konfirmasi dulu pada saya, terkadang Tuanmu ini ingin memakan sesuatu yang ingin saya makan." Lumi tersenyum licik menghadap Lana.
"Baik Tuan," jawab Lana.
"Senyum tadi." Mata Lana berkedut. Sepertinya Lana menyadari akan ada banyak rintangan yang akan dia hadapi.
Lumi dengan wajahnya yang dingib segera menyantap sarapannya. Tapi didalam diri Lumi, Lumi merasa dirinya menang. Kesenangan yang puas memenuhi hatinya.
Ini kekanak-kanakan sekali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Author15🦋
awal-awal ngeselin yee... ntar lama² kalau dah suka lu yg berlutut/Doge/
2025-03-22
1
Sugardust
aduhh dingin bgt sih lumi
2025-02-26
1
Author15🦋
iye bocah kali lu geess, terhalang sama postur dan dada bidang aje tuh
2025-03-22
1