BAB 4 - Kekacauan

Suara tinggi penuh amarah dan juga telunjuk penuh kebencian itu terus mengacung pada Lumi. Ekspresi Lumi tidak berubah sama sekali, dia tetap dengan wajah dinginnya yang datar. Berbeda dengan bibinya, Leta sudah memasang wajah penuh kebencian pada Lumi, matanya yang tajam menjadi lebih tajam dan menusuk menyoroti Lumi. Bagaikan pisau yang sedang menodong Lumi.

Lumi sudah terbiasa dengan hal itu, dia tahu persis tatapan itu selalu membekas saat Lumi masih kecil. Lumi mungkin mempertahankan ekspresi dinginnya. Tapi tidak dengan isi kepalanya.

"Wanita Tua ini, tantrum lagi. Akh, kenapa ini selalu terjadi... aku bosan. Haruskah kulempar saja dia ke kolam sekarang."

Begitulah isi kepala Lumi.

"Maksud Bibi apa? " Lumi bertanya dengan nadanya yang dingin.

Lumi yang angkat bicara membuat Leta semakin marah. Suara dingin dan rendah yang keluar dari tenggorokan Lumi terkesan mengejek.

"Ternyata disahut tetap marah," tutur hati Lumi saat amarah itu begitu kental terlihat pada raut wajahnya terutama sorot matanya.

"Lihatlah dirimu, kau tidak memiliki tatakrama! Bagaimana bisa kau menatap bibimu seperti itu!"

"Maksud Bibi tatapan seperti ini...." Lumi mulai menyodorkan wajah dinginnya yang biasa pada Bibinya. Punggung Lumi kini bersandar pada bangku, dia memiringkan kepalanya. Seringai mengejek mulai terbentuk."Atau yang ini Bibi."

Suasana seketika berubah, saat Lumi membawa aura gelap pada dirinya. Tatapan dingin yang hina dan jijik dia tunjukkan pada bibinya. Sama seperti waktu Lumi kecil, Lumi membalas tatapan benci Leta seperti itu. Ekspresi terkejut Leta dan urat di leher yang menegang sudah Lumi tebak.

"Ekspresinya tetap sama," ucap Lumi bosan tidak ada perubahan dalam diri Leta. Lumi mengharapkan sesuatu yang berbeda.

Awan hitam bergulung dalam otak Leta.

"Sampai mana kau akan bertahan Wanita Tua?" tantang Lumi.

Suasana semakin tak karuan, ketegangan menjalar seperti tanaman rambat pada mereka. Kakek melihat hal itu merasa kecewa dan marah. Kakek mulai tertunduk lelah dan kalut.

"Kalian berdua berhenti!" titah Kakek.

"Kakek memanggil kalian bukan untuk seperti ini!" imbuhnya.

"Tapi ini selalu terjadi," sahut Lumi yang masih menatap Leta begitu dingin dan remeh.

Mata Leta mulai berkedut, Hema mulai khawatir dengan hal ini.

"Ayolah tenangkan dulu, kalau seperti ini masalah tidak akan selesai." Hema mencoba menengahi dan membujuk sang Kakak.

"Ayolah Kak, dia keponakanmu apakah kau masih tidak puas dan ingin beradu dengan keponakanmu." Leta menatap tajam Hema karena berani menceramahinya. Hema tidak peduli, dia merasa kakaknya sudah keterlaluan. Dia hanya mengkhawatirkan kondisi ayahnya.

"Lumi hentikan sekarang ekspresi itu!" titah Hema.

Lumi mulai mengendur, kini dia mulai relax. Tapi Leta masih berdiri tegak dan tidak mau mengalah. Hema sudah tidak mampu berkata-kata lagi. Keras kepala kakaknya akan membawa masalah yang lebih besar.

"Leta hentikan ini! Tolong beri ruang ayahmu berbicara!" perintah Akari sambil menatap tajam Leta.

Leta masih tidak mau bergeming, tapi semua orang kini sedang menatap dirinya untuk segera duduk dan mengalah. Tatapan semua orang begitu tajam, rasa malu mulai menghinggapi Leta. Mau tak mau Leta harus mengalah. Leta kembali pada kursinya dengan mencoba mengurung amarah dalam dirinya.

Melihat suasana mulai kondusif, Akari kini mulai angkat bicara.

"Lumi besok kau akan bekerja sebagai Presiden Direktur Utama Shimizu." Kejutan listrik terjadi dimana-mana. Semua anggota keluarga terkejut mendengar pernyataan Kakek.

"Ayah ti —" Leta tidak sempat membantah, ayahnya terlebih dahulu memberikan isyarat dengan tangannya.

"Leta kau tetap menjadi Direktur Utama Shimizu Mall dan Fashion, tapi untuk Technology kau harus melepasnya. Ayah akan memberikannya kepada Lumi," jelas Akari yang membuat Leta terdiam dengan hati iri yang tak terima.

"Seperti yang kalian tahu, perusahaan Shimizu memiliki beberapa cabang dan perusahaan dibidang yang beragam."

"Untuk mengatur itu, Kakek akan memberikannya kepada Lumi untuk mengambil alih dan mengatur semuanya dan cabang perusahaan yang paling kita banggakan Shimizu Technology akan Kakek percayakan kepada Lumi," pungkas Akari.

"Dan untuk kau Hema, kau akan menjadi Direktur Utama Shimizu Medical and Healthy sekaligus kau yang mengurus Rumah Sakit Shimizu," titah Akari.

"Jika kinerjanya bagus Kakek akan memberikan itu padamu." imbuhnya.

"Baik Ayah, saya akan bertanggung jawab amanah dari Ayah." Hema menerima dengan baik.

"Tapi Ayah —" Suara Leta tertahan akibat amarah yang begitu menumpuk, hatinya terbakar rasa tak terima meliputi dirinya. Leta kembali berulah dan melampiaskan amarahnya pada Lumi.

"Anak tak tahu tatakrama itu berada di atasku, di mana harga diriku dipajang. Aku sudah mengabdikan diriku pada perusahaan. Aku lebih pantas dari pada dia!" Leta kembali menunjuk Lumi dengan kasar. Lumi hanya terdiam kebingungan, bagaimana bisa Kakek menunjuk dirinya.

"Bahkan setelah orang tuanya mati sifat busuk itu masih ada di sini, orang tua itu telah gagal mendidik anak semata wayangnya ini. Kau memang lah keturunan serakah dari orang t —" Kalimat hinaan Leta terhenti begitu saja. Kini wajah Leta sudah berada di genggaman tangan Lumi.

"Diam kau Wanita Tua, kau memang Adik dari ayahku tapi kau tak pantas mencela mereka." Tangan besar itu kini mencengkram kuat wajah halus dan putih Leta. Leta hanya bisa membulatkan matanya dan meringis kesakitan.

Mata Lumi yang dingin kini diselimuti kegelapan, pupil matanya membesar seperti akan menerkam Leta. Leta mencoba memberontak namun tangan Lumi begitu kuat walaupun hanya satu genggaman.

Melihat hal itu semua berhamburan mencoba untuk menenangkan Lumi. Hema terus mengelus pundak Lumi dengan Arguro yang mencoba memegang pergelangan tangan Lumi yang semakin keras mencengkram wajah ibunya. Arguro mencoba melepaskan tangan Lumi. Urat ditangan Lumi terlihat menegang Hema dan Arguro merasa takut tapi ini harus terlepas.

"Kak tolong lepaskan! Ini tidak akan menyelesaikan masalah!" Panik Arguro mencoba menenangkan.

"Ayo Nak, lepaskan Lumi! Lepaskan!" Hema mencoba menambahkan.

Amarah yang menyelimuti Lumi membuat pendengaran Lumi tertutup. Tidak ada satu kata pun dari mereka yang masuk pada telinga Lumi.

Plak!

Tamparan keras pada kepala Lumi begitu nyaring terdengar. Lumi tertunduk dan mulai melepaskan perlahan cengkramannya.

Leta langsung ambruk dan hampir menyentuh tanah. Beruntung ada meja yang menahan tubuh Leta yang gemetar dan kehabisan nafas. Suara engahan nafas memburu mencoba menghirup udara.

Kepala yang tertunduk itu begitu mencekam membuat mereka mewanti-wanti apa yang akan terjadi. Termasuk Leta yang lemah di atas meja merasakan amukan aakan muncul. Perlahan kepala Lumi mulai terangkat. Ekspresi Lumi lebih buruk dari yang tadi. Seperti kerasukan mata Lumi seperti macan yang kelaparan.

"Kau beraninya memukulku." Satu tinjuan pada Piter melayang tepat pada wajahnya. Semua berteriak melihat kejadian itu.

Melihat Lumi yang begitu lapar dan tenggelam dalam amarahnya membuat Arguro dan Hema menambahkan tenaga untuk mencengkram tenaga yang lebih kuat dari mereka.

Kondisi ruang makan sudah begitu kacau. Piter yang tersungkur di lantai mulai bangkit dari ringisan sakitnya. Lebam terlihat pada pipi Piter. Sang Istri dengan sigap menarik sang Suami untuk menjauh dari Lumi.

Kekacauan yang begitu menegangkan itu terlalu berpusat. Hingga mereka tak menyadari sesuatu yang begitu lemah sudah tidak bisa menopang tubuhnya.

"Kakek!" teriak Artemis sembari menahan tubuh kakeknya yang hampir terjatuh.

Sesak dia rasakan dalam dadanya, kejadian tadi membuat Akari dalam kondisi yang tidak menguntungkan dalam tubuhnya.

Segera Hema berlari pada ayahnya dan menggantikan Artemis untuk menopang tubuh Ayahnya. Semua mulai terdiam. Amarah Lumi yang meluap mulai menguap tak tersisa. Mereka segera memusatkan pandangannya pada Akari.

Artemis yang berada di samping Hema hanya bisa menangis melihat kondisi Kakeknya yang turun drastis.

"Sudah cukup, saya memanggil kalian bukan untuk hal ini terjadi," ucapnya begitu lemah dan memaksa.

"Sebaiknya jernihkan kepala kalian, lupakan ini sejenak," titah Hema yang mulai memapah Akari dibantu dengan para pelayan.

Terpopuler

Comments

FT. Zira

FT. Zira

udah di kasih masing masing kenapa masih gak terima😮‍💨

2025-02-22

1

Sugardust

Sugardust

hahahahaha mau dilempar ga tuh

2025-02-26

1

Erna Sary

Erna Sary

Tiba tiba aja digeplak wkwkwk, maaf ya ayang Lumi aku ketawa

2025-02-04

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 BAB 1 - Warm to Dark
3 Bab 2 - Berkumpulnya Darah Pewaris (Blue Blood)
4 BAB 3 - Dark Begin
5 BAB 4 - Kekacauan
6 BAB 5 - GIFT = PUNISHMENT
7 BAB 6 - Sesuatu yang asing
8 BAB 7 - Sial
9 BAB 8 - Fight
10 BAB 9 - Tawaran
11 BAB 10 - Penerimaan yang tidak mudah
12 BAB 11 - Kerja hari pertama
13 BAB 12 - Tentangnya
14 BAB 13 - Tentangnya (Tertutup)
15 BAB 14 - The Real Darkness
16 BAB 15 - Rencana
17 BAB 16 - Rencana Gagal
18 BAB 17 - Serigala bermulut Bebek
19 BAB 18 - Caddy Golf
20 BAB 19 - First
21 BAB 20 - Arum Dalu
22 BAB 21 - Tidak Ada Perubahan
23 BAB 22 - Gerimis Cerah
24 BAB 23 - Biarkan tetap seperti itu
25 BAB 24 - Genggaman pelipur
26 BAB 25 - Rest
27 BAB 26 - Berkunjung
28 BAB 27 - Masalah
29 BAB 28 - Gaslighting
30 BAB 29 - Tak terkendali
31 BAB 30 - Neck
32 BAB 31 - Know
33 BAB 32 - Merayap, merinding, senang
34 BAB 33 - Bekas tidak terlihat
35 BAB 34 - Gosip
36 BAB 35 - Garis Pertemanan
37 BAB 36 - Ceroboh & Secarik Kertas
38 BAB 37 - Masalah Selesai
39 BAB 38 - Cross the Line
40 BAB 39 - Membangun Chemistry
41 BAB 40 - Something
42 BAB 41 - Something part.1
43 BAB 42 - Penempatan
44 BAB 43 - Meeting : Replacement
45 BAB 44 - Tikam & Kesepakatan
46 BAB 45 - Persikukuh
47 BAB 46 - Dream memories
48 BAB 47 - Konferensi Pers
49 BAB 48 - Bertambah
50 BAB 49 - Rekaman CCTV
51 BAB 50 - Temperature Embarrassed
52 BAB 51 - Memastikan
53 BAB 52 - Hema
54 BAB 53 - Budak Tawanan
55 BAB 54 - Ayo bermain!
56 BAB 55 - Dewi Iustitia not here
57 BAB 56 - Mudah
58 BAB 57 - Kemalangan yang memuakan
59 BAB 58 - Kemalangan part.II _Tangisan
60 BAB 59 - Kemalangan Part. III_Perlawanan
61 BAB 60 - Tidak di sadari memicu godaan
62 BAB 61 - Pengabaian
63 BAB 62 - Ajakan
64 BAB 63 - Menghilang
65 BAB 64 - Mie pedas
66 BAB 65 - Mie pedas & Kiss
67 BAB 66 - Tidak Terduga
68 BAB 67 - Untuk Hari ini saja
69 BAB 68 - Kelajuan penuh
70 BAB 69 - Pertemuan Tak Terduga
71 BAB 70 - Perbedaan yang menyatu
72 BAB 71 - Keinginan
73 BAB 72 - Tidaklah Penting
74 BAB 73 - Patuh
75 BAB 74 - Panic Attack
76 BAB 75 - Cinta = Melepaskan
77 BAB 76 - Kenangan yang muncul kembali
78 BAB 77 - Kenangan yang muncul kembali_Part.I
79 BAB 78 - Pesan Terakhir
80 79 - Umpan
81 BAB 80 - Benih dalam lapisan es
82 BAB 81 - Tenggelam
83 BAB 82 - Swimming pool_Perdebatan
84 BAB 83 - Irasional & Cemburu
85 BAB 84 - New in their Hearts
86 BAB 85 - Sama dan Mimpi
87 BAB 86 - Kencan?
88 BAB 87 - Alasan Ketergesaan
89 BAB 88 - Nevermind
90 BAB 89 - Kualifikasi
91 BAB 90 - Tenang membawa cerita lama
92 BAB 91 - Terbiasa
93 BAB 92 - Pulang
94 BAB 93 - Yuri dengan pikirannya
95 BAB 94 - Bimbang akan Fakta
Episodes

Updated 95 Episodes

1
Prolog
2
BAB 1 - Warm to Dark
3
Bab 2 - Berkumpulnya Darah Pewaris (Blue Blood)
4
BAB 3 - Dark Begin
5
BAB 4 - Kekacauan
6
BAB 5 - GIFT = PUNISHMENT
7
BAB 6 - Sesuatu yang asing
8
BAB 7 - Sial
9
BAB 8 - Fight
10
BAB 9 - Tawaran
11
BAB 10 - Penerimaan yang tidak mudah
12
BAB 11 - Kerja hari pertama
13
BAB 12 - Tentangnya
14
BAB 13 - Tentangnya (Tertutup)
15
BAB 14 - The Real Darkness
16
BAB 15 - Rencana
17
BAB 16 - Rencana Gagal
18
BAB 17 - Serigala bermulut Bebek
19
BAB 18 - Caddy Golf
20
BAB 19 - First
21
BAB 20 - Arum Dalu
22
BAB 21 - Tidak Ada Perubahan
23
BAB 22 - Gerimis Cerah
24
BAB 23 - Biarkan tetap seperti itu
25
BAB 24 - Genggaman pelipur
26
BAB 25 - Rest
27
BAB 26 - Berkunjung
28
BAB 27 - Masalah
29
BAB 28 - Gaslighting
30
BAB 29 - Tak terkendali
31
BAB 30 - Neck
32
BAB 31 - Know
33
BAB 32 - Merayap, merinding, senang
34
BAB 33 - Bekas tidak terlihat
35
BAB 34 - Gosip
36
BAB 35 - Garis Pertemanan
37
BAB 36 - Ceroboh & Secarik Kertas
38
BAB 37 - Masalah Selesai
39
BAB 38 - Cross the Line
40
BAB 39 - Membangun Chemistry
41
BAB 40 - Something
42
BAB 41 - Something part.1
43
BAB 42 - Penempatan
44
BAB 43 - Meeting : Replacement
45
BAB 44 - Tikam & Kesepakatan
46
BAB 45 - Persikukuh
47
BAB 46 - Dream memories
48
BAB 47 - Konferensi Pers
49
BAB 48 - Bertambah
50
BAB 49 - Rekaman CCTV
51
BAB 50 - Temperature Embarrassed
52
BAB 51 - Memastikan
53
BAB 52 - Hema
54
BAB 53 - Budak Tawanan
55
BAB 54 - Ayo bermain!
56
BAB 55 - Dewi Iustitia not here
57
BAB 56 - Mudah
58
BAB 57 - Kemalangan yang memuakan
59
BAB 58 - Kemalangan part.II _Tangisan
60
BAB 59 - Kemalangan Part. III_Perlawanan
61
BAB 60 - Tidak di sadari memicu godaan
62
BAB 61 - Pengabaian
63
BAB 62 - Ajakan
64
BAB 63 - Menghilang
65
BAB 64 - Mie pedas
66
BAB 65 - Mie pedas & Kiss
67
BAB 66 - Tidak Terduga
68
BAB 67 - Untuk Hari ini saja
69
BAB 68 - Kelajuan penuh
70
BAB 69 - Pertemuan Tak Terduga
71
BAB 70 - Perbedaan yang menyatu
72
BAB 71 - Keinginan
73
BAB 72 - Tidaklah Penting
74
BAB 73 - Patuh
75
BAB 74 - Panic Attack
76
BAB 75 - Cinta = Melepaskan
77
BAB 76 - Kenangan yang muncul kembali
78
BAB 77 - Kenangan yang muncul kembali_Part.I
79
BAB 78 - Pesan Terakhir
80
79 - Umpan
81
BAB 80 - Benih dalam lapisan es
82
BAB 81 - Tenggelam
83
BAB 82 - Swimming pool_Perdebatan
84
BAB 83 - Irasional & Cemburu
85
BAB 84 - New in their Hearts
86
BAB 85 - Sama dan Mimpi
87
BAB 86 - Kencan?
88
BAB 87 - Alasan Ketergesaan
89
BAB 88 - Nevermind
90
BAB 89 - Kualifikasi
91
BAB 90 - Tenang membawa cerita lama
92
BAB 91 - Terbiasa
93
BAB 92 - Pulang
94
BAB 93 - Yuri dengan pikirannya
95
BAB 94 - Bimbang akan Fakta

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!