Suara tinggi penuh amarah dan juga telunjuk penuh kebencian itu terus mengacung pada Lumi. Ekspresi Lumi tidak berubah sama sekali, dia tetap dengan wajah dinginnya yang datar. Berbeda dengan bibinya, Leta sudah memasang wajah penuh kebencian pada Lumi, matanya yang tajam menjadi lebih tajam dan menusuk menyoroti Lumi. Bagaikan pisau yang sedang menodong Lumi.
Lumi sudah terbiasa dengan hal itu, dia tahu persis tatapan itu selalu membekas saat Lumi masih kecil. Lumi mungkin mempertahankan ekspresi dinginnya. Tapi tidak dengan isi kepalanya.
"Wanita Tua ini, tantrum lagi. Akh, kenapa ini selalu terjadi... aku bosan. Haruskah kulempar saja dia ke kolam sekarang."
Begitulah isi kepala Lumi.
"Maksud Bibi apa? " Lumi bertanya dengan nadanya yang dingin.
Lumi yang angkat bicara membuat Leta semakin marah. Suara dingin dan rendah yang keluar dari tenggorokan Lumi terkesan mengejek.
"Ternyata disahut tetap marah," tutur hati Lumi saat amarah itu begitu kental terlihat pada raut wajahnya terutama sorot matanya.
"Lihatlah dirimu, kau tidak memiliki tatakrama! Bagaimana bisa kau menatap bibimu seperti itu!"
"Maksud Bibi tatapan seperti ini...." Lumi mulai menyodorkan wajah dinginnya yang biasa pada Bibinya. Punggung Lumi kini bersandar pada bangku, dia memiringkan kepalanya. Seringai mengejek mulai terbentuk."Atau yang ini Bibi."
Suasana seketika berubah, saat Lumi membawa aura gelap pada dirinya. Tatapan dingin yang hina dan jijik dia tunjukkan pada bibinya. Sama seperti waktu Lumi kecil, Lumi membalas tatapan benci Leta seperti itu. Ekspresi terkejut Leta dan urat di leher yang menegang sudah Lumi tebak.
"Ekspresinya tetap sama," ucap Lumi bosan tidak ada perubahan dalam diri Leta. Lumi mengharapkan sesuatu yang berbeda.
Awan hitam bergulung dalam otak Leta.
"Sampai mana kau akan bertahan Wanita Tua?" tantang Lumi.
Suasana semakin tak karuan, ketegangan menjalar seperti tanaman rambat pada mereka. Kakek melihat hal itu merasa kecewa dan marah. Kakek mulai tertunduk lelah dan kalut.
"Kalian berdua berhenti!" titah Kakek.
"Kakek memanggil kalian bukan untuk seperti ini!" imbuhnya.
"Tapi ini selalu terjadi," sahut Lumi yang masih menatap Leta begitu dingin dan remeh.
Mata Leta mulai berkedut, Hema mulai khawatir dengan hal ini.
"Ayolah tenangkan dulu, kalau seperti ini masalah tidak akan selesai." Hema mencoba menengahi dan membujuk sang Kakak.
"Ayolah Kak, dia keponakanmu apakah kau masih tidak puas dan ingin beradu dengan keponakanmu." Leta menatap tajam Hema karena berani menceramahinya. Hema tidak peduli, dia merasa kakaknya sudah keterlaluan. Dia hanya mengkhawatirkan kondisi ayahnya.
"Lumi hentikan sekarang ekspresi itu!" titah Hema.
Lumi mulai mengendur, kini dia mulai relax. Tapi Leta masih berdiri tegak dan tidak mau mengalah. Hema sudah tidak mampu berkata-kata lagi. Keras kepala kakaknya akan membawa masalah yang lebih besar.
"Leta hentikan ini! Tolong beri ruang ayahmu berbicara!" perintah Akari sambil menatap tajam Leta.
Leta masih tidak mau bergeming, tapi semua orang kini sedang menatap dirinya untuk segera duduk dan mengalah. Tatapan semua orang begitu tajam, rasa malu mulai menghinggapi Leta. Mau tak mau Leta harus mengalah. Leta kembali pada kursinya dengan mencoba mengurung amarah dalam dirinya.
Melihat suasana mulai kondusif, Akari kini mulai angkat bicara.
"Lumi besok kau akan bekerja sebagai Presiden Direktur Utama Shimizu." Kejutan listrik terjadi dimana-mana. Semua anggota keluarga terkejut mendengar pernyataan Kakek.
"Ayah ti —" Leta tidak sempat membantah, ayahnya terlebih dahulu memberikan isyarat dengan tangannya.
"Leta kau tetap menjadi Direktur Utama Shimizu Mall dan Fashion, tapi untuk Technology kau harus melepasnya. Ayah akan memberikannya kepada Lumi," jelas Akari yang membuat Leta terdiam dengan hati iri yang tak terima.
"Seperti yang kalian tahu, perusahaan Shimizu memiliki beberapa cabang dan perusahaan dibidang yang beragam."
"Untuk mengatur itu, Kakek akan memberikannya kepada Lumi untuk mengambil alih dan mengatur semuanya dan cabang perusahaan yang paling kita banggakan Shimizu Technology akan Kakek percayakan kepada Lumi," pungkas Akari.
"Dan untuk kau Hema, kau akan menjadi Direktur Utama Shimizu Medical and Healthy sekaligus kau yang mengurus Rumah Sakit Shimizu," titah Akari.
"Jika kinerjanya bagus Kakek akan memberikan itu padamu." imbuhnya.
"Baik Ayah, saya akan bertanggung jawab amanah dari Ayah." Hema menerima dengan baik.
"Tapi Ayah —" Suara Leta tertahan akibat amarah yang begitu menumpuk, hatinya terbakar rasa tak terima meliputi dirinya. Leta kembali berulah dan melampiaskan amarahnya pada Lumi.
"Anak tak tahu tatakrama itu berada di atasku, di mana harga diriku dipajang. Aku sudah mengabdikan diriku pada perusahaan. Aku lebih pantas dari pada dia!" Leta kembali menunjuk Lumi dengan kasar. Lumi hanya terdiam kebingungan, bagaimana bisa Kakek menunjuk dirinya.
"Bahkan setelah orang tuanya mati sifat busuk itu masih ada di sini, orang tua itu telah gagal mendidik anak semata wayangnya ini. Kau memang lah keturunan serakah dari orang t —" Kalimat hinaan Leta terhenti begitu saja. Kini wajah Leta sudah berada di genggaman tangan Lumi.
"Diam kau Wanita Tua, kau memang Adik dari ayahku tapi kau tak pantas mencela mereka." Tangan besar itu kini mencengkram kuat wajah halus dan putih Leta. Leta hanya bisa membulatkan matanya dan meringis kesakitan.
Mata Lumi yang dingin kini diselimuti kegelapan, pupil matanya membesar seperti akan menerkam Leta. Leta mencoba memberontak namun tangan Lumi begitu kuat walaupun hanya satu genggaman.
Melihat hal itu semua berhamburan mencoba untuk menenangkan Lumi. Hema terus mengelus pundak Lumi dengan Arguro yang mencoba memegang pergelangan tangan Lumi yang semakin keras mencengkram wajah ibunya. Arguro mencoba melepaskan tangan Lumi. Urat ditangan Lumi terlihat menegang Hema dan Arguro merasa takut tapi ini harus terlepas.
"Kak tolong lepaskan! Ini tidak akan menyelesaikan masalah!" Panik Arguro mencoba menenangkan.
"Ayo Nak, lepaskan Lumi! Lepaskan!" Hema mencoba menambahkan.
Amarah yang menyelimuti Lumi membuat pendengaran Lumi tertutup. Tidak ada satu kata pun dari mereka yang masuk pada telinga Lumi.
Plak!
Tamparan keras pada kepala Lumi begitu nyaring terdengar. Lumi tertunduk dan mulai melepaskan perlahan cengkramannya.
Leta langsung ambruk dan hampir menyentuh tanah. Beruntung ada meja yang menahan tubuh Leta yang gemetar dan kehabisan nafas. Suara engahan nafas memburu mencoba menghirup udara.
Kepala yang tertunduk itu begitu mencekam membuat mereka mewanti-wanti apa yang akan terjadi. Termasuk Leta yang lemah di atas meja merasakan amukan aakan muncul. Perlahan kepala Lumi mulai terangkat. Ekspresi Lumi lebih buruk dari yang tadi. Seperti kerasukan mata Lumi seperti macan yang kelaparan.
"Kau beraninya memukulku." Satu tinjuan pada Piter melayang tepat pada wajahnya. Semua berteriak melihat kejadian itu.
Melihat Lumi yang begitu lapar dan tenggelam dalam amarahnya membuat Arguro dan Hema menambahkan tenaga untuk mencengkram tenaga yang lebih kuat dari mereka.
Kondisi ruang makan sudah begitu kacau. Piter yang tersungkur di lantai mulai bangkit dari ringisan sakitnya. Lebam terlihat pada pipi Piter. Sang Istri dengan sigap menarik sang Suami untuk menjauh dari Lumi.
Kekacauan yang begitu menegangkan itu terlalu berpusat. Hingga mereka tak menyadari sesuatu yang begitu lemah sudah tidak bisa menopang tubuhnya.
"Kakek!" teriak Artemis sembari menahan tubuh kakeknya yang hampir terjatuh.
Sesak dia rasakan dalam dadanya, kejadian tadi membuat Akari dalam kondisi yang tidak menguntungkan dalam tubuhnya.
Segera Hema berlari pada ayahnya dan menggantikan Artemis untuk menopang tubuh Ayahnya. Semua mulai terdiam. Amarah Lumi yang meluap mulai menguap tak tersisa. Mereka segera memusatkan pandangannya pada Akari.
Artemis yang berada di samping Hema hanya bisa menangis melihat kondisi Kakeknya yang turun drastis.
"Sudah cukup, saya memanggil kalian bukan untuk hal ini terjadi," ucapnya begitu lemah dan memaksa.
"Sebaiknya jernihkan kepala kalian, lupakan ini sejenak," titah Hema yang mulai memapah Akari dibantu dengan para pelayan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
FT. Zira
udah di kasih masing masing kenapa masih gak terima😮💨
2025-02-22
1
Sugardust
hahahahaha mau dilempar ga tuh
2025-02-26
1
Erna Sary
Tiba tiba aja digeplak wkwkwk, maaf ya ayang Lumi aku ketawa
2025-02-04
0