NovelToon NovelToon

Once Again

Prolog

Warna biru itu membentang begitu luas dan cerah. Gumpalan putih mengarak perlahan. Aroma khas pohon tercium tipis oleh hembusan angin. Suasana yang begitu cerah menemani waktu istirahat kerja yang begitu penat.

Senyum lembut terlukis indah, mata tajam itu berkilau menikmati pemandangan yang cerah. Udaranya begitu sejuk hingga pria itu terlena suasana. Dia terus menghirup udara segar hingga tercium aroma tipis lain dalam hidungnya.

"Manis."

Pria itu kembali menghirup harum yang terbawa hembusan angin untuk memastikan bahwa penciumannya tidak keliru. Mata yang masih terpejam kini beralih dari menikmati menjadi menerka mencoba untuk berkonsentrasi. Hingga aroma itu kembali terhirup. Dengan cepat mata pria itu terbuka. Lalu mengedarkan penglihatannya ke sekeliling taman. Saat dia berbalik ke arah kanan tampak pohon besar yang hijau rindang jauh disana. Segera dia berjalan ke arah pohon itu.

Postur tubuh yang tinggi dan tegap terlihat menghadap pohon itu. Setelan jas berwarna cream itu terlihat sangat pantas dipakai olehnya. Sangat mewah dan tampan walaupun hanya dari belakang. Jika dilihat kembali, punggung pria itu terlihat luas dan gagah. Rasanya punggung itu mampu menampung sesuatu disana.

Kini dia mulai menengadahkan kepalanya. Mata itu mencoba menjangkau apa yang bisa ditangkap. Hingga dia menangkap bunga dari pohon itu begitu rimbun. Bunga itu masih terkuncup rapat. Tapi setelah didekati aroma manis itu tidak tercium. Pria itu mulai terheran dan mencoba menghirup kembali.

"Kenapa wanginya tidak begitu tercium?"

"Haruskah kucoba sekali lagi?"

Pria itu kembali menghirup dengan matanya yang terpejam. Udara masuk melalui hidung dan mencoba memilah. Aroma manis itu kembali tercium tidak terlalu pekat namun jelas tercium. Mata pria itu kembali terbuka lebar dan mencoba mencari wangi tersebut. Seperti benang yang sudah terikat. Pria itu dengan mudah menemukan asal wangi tersebut.

Sosok wanita berambut hitam dengan panjang sebahu sedang duduk menghadap danau di balik pohon itu. Seketika pria itu mulai terdiam. Entah dejavu atau ada memori lama. Dia merasa tidak asing. Pikirannya mulai berkelana sambil menatap punggung wanita tersebut. Tiba-tiba kenangan itu kembali datang.

"Mungkinkah?" gumamnya.

Dering ponsel berbunyi membuat pria itu segera mengangkatnya. Suara dari sebrang mulai terdengar.

"Halo Tuan."

"Selamat siang Tuan, hari ini ada jadwal meeting jam dua siang dan saya mohon Tuan segera kembali," lanjutnya.

"Baiklah, saya akan pergi kesana." Percakapan berakhir tanpa basa basi.

Jam 13:15 terlihat pada layar ponsel. Waktu begitu cepat berlalu, rasanya baru saja pria itu menikmati suasana cerah hari ini. Layar ponsel perlahan mati. Pria itu segera bergegas pergi. Saat bergegas wanita tersebut tidak lagi ada di kursi taman. Pria itu mencoba mencari kesekeliling namun tidak ada.

Pria itu berpikir sejenak, namun dia segera melepaskan pikiran itu. Menurutnya itu tidaklah penting. Dia pun segera bergegas pergi mengendarai mobil.

...Hanya karena wangi itu, aku kembali mengingat dirimu....

...Hanya itu kenangan tentang dirimu yang menjadi jalanku menemukanmu....

...Bisakah semesta mempertemukan kita kembali ?...

...Aku hanya ingin berterima kasih dengan pertemuan yang selalu tidak terduga....

...Aku ingin melihat bagaimana wajahmu dan bagaimana rupa senyum dan tawamu terlukis di wajah pemilik suara yang begitu lembut itu....

...Aku ingin merekam itu dalam ingatanku....

...Aku ingin melihat apa yang kamu lukis dan apa yang kamu tulis....

...Rasanya begitu gila ketika menghirup wangi yang aku ingat, namun kamu bukan orangnya....

Sepanjang perjalanan pria pemilik mata biru tersebut memikirkan hal itu. Tidak hari ini, tapi hari-hari berikutnya. Dia begitu menaruh perasaan pada wanita yang dia temui tak terduga.

BAB 1 - Warm to Dark

3 tahun yang lalu.

"Pagi Tuan. Hari ini Tuan memiliki jadwal untuk makan malam keluarga," ucap seorang pria paruh baya yang tak lain adalah asisten pribadinya atau wakil kepala pelayan di rumahnya.

"Jam berapa?" tanya pria berpakaian santai yang sedang duduk menikmati sarapan.

"Tepatnya jam 7 malam," jawab sang asisten.

Pria itu hanya memicingkan matanya dan kembali menyantap makanannya tanpa bertanya lebih lanjut lagi.

"Jadi untuk hari ini Tuan harus mengosongkan jadwal Tuan," saran sang asisten meskipun selalu diabaikan.

Makanan yang begitu lezat mulai terasa hambar karena perasaan yang turun drastis. Pria berwajah dingin dan datar itu mulai menghentikan kegiatannya. Bibirnya yang tebal dan seksi menghembuskan nafas kasar.

"Tentu saja Pak Diar saya akan meluangkan waktu saya yang sangat tidak bermanfaat bukan?" Senyum sinis itu terlontar begitu saja.

"Apakah ini masalah tentang diriku yang selalu melakukan hal tidak berguna?" imbuhnya, lalu melanjutkan kegiatannya kembali.

Pak Diar hanya bisa terdiam dan merasa canggung dengan apa yang di ucapkan tuannya. Tapi sebagai pelayan yang sudah menjaga tuannya sejak kecil, dia menyikapi dengan sangat bijaksana. Layaknya father material.

"Untuk itu saya tidak tahu, tapi Tuan pasti bisa menebaknya." Seringai tipis terlihat pada wajah tegas pria tersebut.

Tanpa menghabiskan sarapannya pria itu langsung pergi meninggalkan meja makan. Sebelum pergi dia berbalik pada Pak Diar.

"Kalau begitu hari ini aku akan bermain lebih awal," ucapnya dengan mata biru yang tersenyum seraya meninggalkan Pak Diar.Tak lupa lambaian tangannya. Pak Diar hanya bisa menghela nafas ringan. Lalu memerintahkan para pelayan untuk membersihkan meja makan.

.

.

.

"Waaah bukankah cuacanya begitu bagus," ungkap pria tersebut sambil melihat langit yang begitu cerah.

"Haruskah kubeli es krim? Tentu saja Lumi." Senyuman nakal diiring pekikan ketawa Lumi pergi bergegas ke garasi untuk mengendarai mobilnya.

"Let's Go!" Lumi pun melaju dengan mobil sport putih kesayangannya.

......................

Matahari tepat berada di atas puncak. Panas menyengat terasa mengenai kulit. Keringat bercucuran membasahi tubuh mereka. Mereka begitu cekatan dan aktif bergerak. Lemparan demi lemparan terus menghantam ring basket. Ada sekitar enam orang disana termasuk Lumi. Tim dibagi menjadi 2 yang berisikan 3 orang.

"Lumi lempar kesini!" Lumi pun melempar bola tersebut dengan sigap.

Teriakan para wanita mulai terdengar keras dibandingkan beberapa menit yang lalu. Kerumunan ini mulai mengerumuni mereka karena rasa ketertarikan mereka akan mata yang merasa begitu tercuci begitu bersih. Mereka yang hanya berjalan-jalan di taman tiba-tiba melihat sesuatu yang memanjakan mata dan tentu juga hati mereka, dengan sigap mengerubungi enam pria tampan yang sedang bermain basket.

Tinggi badan yang semampai dan tubuhnya yang atletis membuat para kaum hawa menjerit. Di tambah satu pria yang paling menonjol di antara mereka, yaitu Lumi.

Lumi merupakan perbincangan topik yang pertama ketika mereka menonton permainan bola basket.

Keringat yang melewati pipi Lumi begitu tampan dilihat. Apalagi raut wajahnya yang begitu menikmati bermain basket begitu indah dilihat. Rambut yang basah dan tidak karuan tidak mengurangi ketampanannya. Terlihat sexy. Apalagi bajunya yang basah akibat keringat menambah aura panas yang menggoda. Hingga antusiasme dan hati yang berdebar-debar dirasakan para wanita tersebut. Sampai ada yang tersipu melihatnya. Begitu meleleh para wanita tersebut oleh permainan pria-pria tersebut.

Prrriiiiiiit....

Alarm waktu dari ponsel berbunyi, waktu habis. Tim Lumi menang. Lumi dan tim besorak gembira. Para wanita pun bertepuk tangan.

"Ayo istirahat sebentar, kita beli minum!" ungkap salah satu teman Lumi.

"Siap Bos! Ayo!" sahut teman Lumi yang lain.

Saat mereka berdua hendak pergi, tiba-tiba wanita yang menonton dari tadi sedikit demi sedikit menghampiri mereka.

"Kak, tolong ambil minumannya." Minuman itu tersodor dari masing-masing tangan tiga wanita tersebut.

"Oh terima kasih. Kami terima dengan senang hati." Senyum hangat mereka tunjukan pada tiga wanita tersebut. Wanita tersebut hanya berteriak kegirangan.

"Selamat tinggal! Kalian semua tampan!" puji keras beberapa wanita tersebut sembari pergi meninggalkan mereka.

Ternyata tidak hanya mereka tapi masih ada yang lain yang menunggu mereka. Wanita dengan minuman ditangan mereka siap menghujani mereka. Lumi dan teman yang lainnya hanya bisa tersenyum canggung dan tidak bisa berkata-kata.

.

.

.

.

"Terima kasih." Tangan Lumi menerima hangat minuman itu.

"Itu yang terakhir sepertinya," sahut teman Lumi.

"Iya nih." Lumi menghampiri temannya dan menaruh minuman itu dengan minuman yang lain.

Beberapa menit berlalu, puluhan minuman terpampang di lapangan. Kata terima kasih tak terhitung keluar dari mulut mereka.

"LARRRISSS MANIIIIS! Makasih anak muda sudah bermain disini!" Teriak sang pedagang minuman akan jualannya yang habis terjual. Puluhan uang yang membentuk kipas itu dia kibas-kibas, menikmati hasil jualannya seraya meninggalkan taman.

Lumi dan teman-temannya hanya saling melirik melihat pedagang itu mulai pergi menjauh dengan raut wajah bahagia.

"SEMOGA SUKSES SELALU!" teriak Hans sambil melambai.

"Waaaah.... bisa kembung kita kalau begini," celetuk salah satu teman Lumi melihat botol minum yang berjejer dipermukaan lapangan.

"Iya bisa kembung tinggal lo tambahin ikan jadi akuarium diperut lo," canda Lumi diiringi tawa teman yang lain.

"Segini banyak mau di apain?"

"Di jual aja," ujar Yuri.

"Ya sudah, lu yang jual gue siapin topi sama kotak buat lu keliling nanti kasih ke gua setorannya."

"Enak di lu gak enak di gue sialan lu," tukas Yuri.

"Tapi kita minum sebanyak ini gak jadi mermaid kan?"

"Alaaaah kaki lu buluk!" sahut mereka bersamaan sambil tertawa dan melempar botol minum kearah Hans.

"Kalau Dugong cocok sih hahahaha.... " Jari tengah muncul akibatnya.

"Bawa aja sebagian," saran Lumi pada teman-teman.

Mereka menyetujui saran tersebut dan mulai mengambil satu per satu. Kecuali Lumi, Lumi hanya meminum 2 dan tidak ikut mengambil.

"Lu gak mau bawa satu Mimi?" Satu tepukan keras melayang pada Yuri yang membuatnya kesakitan.

"Berhenti sebut gue Mimi!" Lumi mulai merangkul keras leher Yuri yang membuat dia sesak nafas. Teman yang lain hanya tertawa melihatnya.

"Setidaknya ambil satu lah ....." Ada jeda dalam kalimatnya, diraih lah tangan kiri Lumi yang membuat kekangannya lepas pada Yuri. "Lulu Hahahaha...." Dikta pun segera menjauh dari Lumi yang mulai mengamuk dan mengincar dirinya.

Tawa bahagia dengan kehangatan yang mengalir begitu alami tak ternilai kenangannya. Panasnya matahari dengan langit biru yang begitu terang begitu menyilaukan. Silau itu menyinari mereka yang membuat silau itu indah dan menyatu dengan suasana mereka.

Waktu berlalu begitu cepat, Pak Diar sudah menanti Lumi dari kejauhan. Lumi mengetahui hal itu. Melihat Pak Diar dari sebrang taman, teman Lumi langsung mengerti. Lumi pun bergegas berpamitan dan segera pergi untuk acara makan malam keluarga.

...Dinner yang tidak menyenangkan....

Bab 2 - Berkumpulnya Darah Pewaris (Blue Blood)

Pagar hitam kokoh itu menjulang begitu tinggi, menghadang mobil di depannya. Penjaga mulai mendatangi mobil tersebut. Kaca mobil terbuka, remaja pria dan wanita terlihat dalam mobil tersebut.

Pria itu tersenyum pada penjaga. Segera pintu gerbang terbuka. Rumah besar itu kini terlihat begitu jelas tanpa jeruji besi menghalangi. Halaman depan rumah itu begitu luas, mungkin taman lebih cocok mendeskripsikan halaman rumah tersebut. Sepanjang jalan masuk, pohon tabebuya bermekaran. Bunga itu bermekaran berwarna merah muda seperti bunga sakura. Tidak lupa tanaman bonsai dan pohon peneduh lainnya ikut menghiasi.

Di bagian tengah ada kolam air mancur berukuran besar berwarna putih. Hingga membentuk jalan melingkar yang di mana memiliki 2 cabang satu ke arah garasi dan satu lagi menuju bagian halaman utama rumah.

Mobil itu mengambil belokan untuk memarkirkan mobilnya. Pintu garasi terbuka, menyuguhkan isi dalam ruangan tersebut begitu luas. Garasi bernuansa kayu namun juga menggabungkan seni didalamnya. Ada banyak lukisan dan guci antik yang membuat tempat ini terlihat seperti galeri seni bergaya vintage. Apalagi dengan koleksi mobil klasik Kakek, timeless terasa memenuhi ruangan.

Akhirnya mobil menemukan tempat berhenti dan terparkir. Mereka berdua turun dari mobil sambil merapihkan dan memantaskan diri mereka. Dari sebrang sudah nampak seorang Ibu parubaya yang elegan, tegas, dan cantik namun tajam. Senyum hangat terukir pada wajah mereka berdua.

"Ibu!" Mereka berdua menghampiri ibunya dan memeluk hangat. Senyuman hangat khas seorang Ibu terpoles dalam wajah cantik yang tajam itu. Satu per satu Ibu itu mengelus puncak kepala anaknya.

"Ibu datang lebih awal rupanya," ucap sang anak perempuan.

"Iya Ibu datang lebih awal, karena Ibu ingin bicara dengan kakekmu lebih awal dan —" Kalimat itu terjeda oleh kekesalan yang tiba-tiba menghampiri.

"Sudah kuduga kakekmu tidak mau berbicara pada Ibu," sambungnya.

Sang anak laki-laki paham akan kekesalan ibunya, tapi di sisi lain dia tau bahwa ada sisi gelap dari ibunya. Ibunya sangat terobsesi pada kepemimpinan terutama warisan ayahnya yaitu Kakek. Namun dengan cepat sang anak mengalihkan pikiran tersebut dan mencari topik lain.

"Oh, Ibu Ayah dimana?"

"Ayahmu sedang dalam pengadilan, pekerjaannya sebagai hakim belum selesai. Jadi kemungkinan dia agak terlambat," jawabnya.

Sang anak mengangguk paham.

Pintu garasi kembali terbuka. Mobil camry mewah berwarna hitam pekat yang elegan melenggang masuk. Pintu mobil itu terbuka. Seseorang keluar persis seperti mobilnya, pemiliknya lebih dari itu. Tampan rupawan memberkati wajahnya, tubuhnya atletis serta kulitnya yang tan begitu sexy di usianya yang sudah kepala tiga. Kharismatik dan juga elegan ikut ambil bagian.

"Hallo Paman!" Sang keponakan perempuan melambaikan tangannya dengan sumringah. Pria itu membalas dengan senyuman lembut dan hangat.

Pria itu segera menuju mereka. Pelukan hangat pun tak terelakkan. Terutama sang keponakan perempuan yang begitu erat memeluknya, membuat ibunya menggelengkan kepalanya.

Satu tarikan dari kerah baju belakang membuat perempuan itu terkejut. Pelukan lepas begitu saja secara paksa oleh kakaknya.

"Berhentilah menempel seperti parasit pada Paman Artemis!" titah Arguro.

Artemis mendengus kesal pada kakaknya. Dengan kasar dia menghempas tangan kakaknya dari kerah bajunya. Bibir bebek itu terpampang saat Artemis menatap kakaknya. Arguro hanya menatap datar, sementara pamannya hanya bisa tersenyum.

"Hema tidak biasanya kau ikut datang? Pasienmu biasanya lebih kau prioritaskan dari acara ini." Hema hanya bisa tertawa tipis.

Tangannya mulai merogoh saku dari dalam jasnya. Bungkus rokok dan pemantik tergenggam. Satu batang rokok dia keluarkan. Bibir tebal itu kini menahan rokok tersebut. Jentikan pemantik begitu renyah terdengar, api keluar membakar ujung rokok. Satu hembusan asap keluar dari mulut Hema.

"Sebenarnya aku tidak ingin datang tapi seperti biasa Ayah memiliki berbagai cara, dia mengatakan aku harus datang karena Ayah ingin aku memeriksa kesehatannya." Satu hembusan asap keluar kembali.

"Kau tahu sifat Ayah, tiba-tiba saja rombongan pengawal datang. Terpaksa aku pergi dan menyerahkan tugasku pada dokter lain. Lalu —" Kalimat itu terjadi begitu lama karena Hema ingin menikmati rokok sementara.

Kalimat yang terjeda membuat Ibu kedua anak kembar itu penasaran dan menatap tajam adiknya.

Semirik tipis tersungging. Hema mengetahui kakaknya penasaran dan mengawasinya. Rokok dalam mulutnya belum habis tapi dia mengakhirinya. Rokok itu kini tergeletak di lantai, warna merah pada puntung rokok masih terlihat. Satu injakan sepatu Hema dengan sedikit gesekan, rokok itu mati.

"Lalu — Kak Leta pasti sudah bisa menebaknya. Apa yang Kakak pikirkan mungkin akan keluar menjadi kenyataan, out of the box," sambung Hema membuat Leta membulatkan matanya.

Melihat reaksi itu si kembar mengetahui bahwa hal itu pasti berkaitan dengan kepemimpinan dan juga warisan. Sepertinya apa yang ditakuti ibunya akan terjadi.

Pintu gerbang terbuka, mobil sport putih di ambang pintu. Mereka semua menatap mobil tersebut, termasuk Ibu. Amarah terlihat dalam kepalan tangannya.

"Sepertinya yang kita bicarakan sudah datang."

Erebus is coming.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!