Pagar hitam kokoh itu menjulang begitu tinggi, menghadang mobil di depannya. Penjaga mulai mendatangi mobil tersebut. Kaca mobil terbuka, remaja pria dan wanita terlihat dalam mobil tersebut.
Pria itu tersenyum pada penjaga. Segera pintu gerbang terbuka. Rumah besar itu kini terlihat begitu jelas tanpa jeruji besi menghalangi. Halaman depan rumah itu begitu luas, mungkin taman lebih cocok mendeskripsikan halaman rumah tersebut. Sepanjang jalan masuk, pohon tabebuya bermekaran. Bunga itu bermekaran berwarna merah muda seperti bunga sakura. Tidak lupa tanaman bonsai dan pohon peneduh lainnya ikut menghiasi.
Di bagian tengah ada kolam air mancur berukuran besar berwarna putih. Hingga membentuk jalan melingkar yang di mana memiliki 2 cabang satu ke arah garasi dan satu lagi menuju bagian halaman utama rumah.
Mobil itu mengambil belokan untuk memarkirkan mobilnya. Pintu garasi terbuka, menyuguhkan isi dalam ruangan tersebut begitu luas. Garasi bernuansa kayu namun juga menggabungkan seni didalamnya. Ada banyak lukisan dan guci antik yang membuat tempat ini terlihat seperti galeri seni bergaya vintage. Apalagi dengan koleksi mobil klasik Kakek, timeless terasa memenuhi ruangan.
Akhirnya mobil menemukan tempat berhenti dan terparkir. Mereka berdua turun dari mobil sambil merapihkan dan memantaskan diri mereka. Dari sebrang sudah nampak seorang Ibu parubaya yang elegan, tegas, dan cantik namun tajam. Senyum hangat terukir pada wajah mereka berdua.
"Ibu!" Mereka berdua menghampiri ibunya dan memeluk hangat. Senyuman hangat khas seorang Ibu terpoles dalam wajah cantik yang tajam itu. Satu per satu Ibu itu mengelus puncak kepala anaknya.
"Ibu datang lebih awal rupanya," ucap sang anak perempuan.
"Iya Ibu datang lebih awal, karena Ibu ingin bicara dengan kakekmu lebih awal dan —" Kalimat itu terjeda oleh kekesalan yang tiba-tiba menghampiri.
"Sudah kuduga kakekmu tidak mau berbicara pada Ibu," sambungnya.
Sang anak laki-laki paham akan kekesalan ibunya, tapi di sisi lain dia tau bahwa ada sisi gelap dari ibunya. Ibunya sangat terobsesi pada kepemimpinan terutama warisan ayahnya yaitu Kakek. Namun dengan cepat sang anak mengalihkan pikiran tersebut dan mencari topik lain.
"Oh, Ibu Ayah dimana?"
"Ayahmu sedang dalam pengadilan, pekerjaannya sebagai hakim belum selesai. Jadi kemungkinan dia agak terlambat," jawabnya.
Sang anak mengangguk paham.
Pintu garasi kembali terbuka. Mobil camry mewah berwarna hitam pekat yang elegan melenggang masuk. Pintu mobil itu terbuka. Seseorang keluar persis seperti mobilnya, pemiliknya lebih dari itu. Tampan rupawan memberkati wajahnya, tubuhnya atletis serta kulitnya yang tan begitu sexy di usianya yang sudah kepala tiga. Kharismatik dan juga elegan ikut ambil bagian.
"Hallo Paman!" Sang keponakan perempuan melambaikan tangannya dengan sumringah. Pria itu membalas dengan senyuman lembut dan hangat.
Pria itu segera menuju mereka. Pelukan hangat pun tak terelakkan. Terutama sang keponakan perempuan yang begitu erat memeluknya, membuat ibunya menggelengkan kepalanya.
Satu tarikan dari kerah baju belakang membuat perempuan itu terkejut. Pelukan lepas begitu saja secara paksa oleh kakaknya.
"Berhentilah menempel seperti parasit pada Paman Artemis!" titah Arguro.
Artemis mendengus kesal pada kakaknya. Dengan kasar dia menghempas tangan kakaknya dari kerah bajunya. Bibir bebek itu terpampang saat Artemis menatap kakaknya. Arguro hanya menatap datar, sementara pamannya hanya bisa tersenyum.
"Hema tidak biasanya kau ikut datang? Pasienmu biasanya lebih kau prioritaskan dari acara ini." Hema hanya bisa tertawa tipis.
Tangannya mulai merogoh saku dari dalam jasnya. Bungkus rokok dan pemantik tergenggam. Satu batang rokok dia keluarkan. Bibir tebal itu kini menahan rokok tersebut. Jentikan pemantik begitu renyah terdengar, api keluar membakar ujung rokok. Satu hembusan asap keluar dari mulut Hema.
"Sebenarnya aku tidak ingin datang tapi seperti biasa Ayah memiliki berbagai cara, dia mengatakan aku harus datang karena Ayah ingin aku memeriksa kesehatannya." Satu hembusan asap keluar kembali.
"Kau tahu sifat Ayah, tiba-tiba saja rombongan pengawal datang. Terpaksa aku pergi dan menyerahkan tugasku pada dokter lain. Lalu —" Kalimat itu terjadi begitu lama karena Hema ingin menikmati rokok sementara.
Kalimat yang terjeda membuat Ibu kedua anak kembar itu penasaran dan menatap tajam adiknya.
Semirik tipis tersungging. Hema mengetahui kakaknya penasaran dan mengawasinya. Rokok dalam mulutnya belum habis tapi dia mengakhirinya. Rokok itu kini tergeletak di lantai, warna merah pada puntung rokok masih terlihat. Satu injakan sepatu Hema dengan sedikit gesekan, rokok itu mati.
"Lalu — Kak Leta pasti sudah bisa menebaknya. Apa yang Kakak pikirkan mungkin akan keluar menjadi kenyataan, out of the box," sambung Hema membuat Leta membulatkan matanya.
Melihat reaksi itu si kembar mengetahui bahwa hal itu pasti berkaitan dengan kepemimpinan dan juga warisan. Sepertinya apa yang ditakuti ibunya akan terjadi.
Pintu gerbang terbuka, mobil sport putih di ambang pintu. Mereka semua menatap mobil tersebut, termasuk Ibu. Amarah terlihat dalam kepalan tangannya.
"Sepertinya yang kita bicarakan sudah datang."
Erebus is coming.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Anyah aatma
aku suka nama karakter nya. keren2.
2025-03-20
1
Cakrawala
Hallo paman.
eh aku jd keinget
Jangan panggil aku anak kecil paman/Facepalm/
2025-03-23
1
florenna
tabebuyaa kebetulan bgt kyk di rumah ku ada tabebuya wkwkwk
2025-03-02
1