[Don't Copy My Story!]
Real my imagination...
~ Happy Reading ~
*****
Tidak tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi, yang Cyla rasakan saat ini seolah bumi berhenti berputar hari ini, atau mungkin lebih tepatnya hari ini bumi berjalan lebih lambat. Cyla benar-benar tidak mengerti. Cyla masih merasa canggung dengan Ibu Rega, Riana. Namun, sepertinya rasa canggung itu tidak berlaku pada Riana. Riana terlihat asik berceloteh tentang kesehariannya. Sedang tangannya sibuk mengaduk masakan. Cyla hanya menanggapinya sesekali dengan perkataan atau senyuman.
"Beruntung mama menolak semua putri temen mama, Cyla. Karena tidak ada yang lebih baik darimu. Tapi, mama benar-benar kesal dengan Rega. Anak itu jarang sekali menghubungi mama, bahkan setelah dia kembali dari Texas. Anak durhaka." curhat Riana menata makan siang diatas meja makan. Tangannya yang aktif menyajikan makan siang, namun bibirnya terus mengoceh mencurahkan segala hal.
"Mungkin Rega benar-benar sibuk, Ma." balas Cyla sebisa mungkin dengan nada ramah namun menahan perasaan canggung, ikut membantu menatap makanan di meja makan.
Riana membuat makan siang ala masyarakat Finlandia. Memilih membuat menu makanan sup kacang, salad buah bit, salad wortel, roti, dan pancake untuk makan siang mereka. salah satu dari sekian banyak menu makan siang yang terbilang mengenyangkan namun masih sehat untuk tubuh.
"Mama mengerti, tapi bukan berarti sesulit itu hanya untuk menghubungi mama, bukan? Sebaiknya kau hubungi Rega, dia akan makan siang di apartemen atau tidak? Soalnya papa juga akan kesini makan siang bersama kita." ucap Riana bertanya dengan nada kesal jikalau mengingat kelakuan putra tunggalnya, menatap penuh arti kepada Cyla.
"Baiklah, Ma. Sebentar, aku ke kamar dulu. Ponsel ku ada di kamar." ucap Cyla dengan nada seramah mungkin - Mengikuti saran Riana. Tersenyum kikuk yang dibalas anggukan kepala Riana.
Cyla bergegas melangkah kearah kamar, menutup pintu setelah masuk kedalam kamar. Menghela nafas lega setelah akhirnya memiliki waktu sendiri, menghindari sebentar dari rasa canggung dan gelisah saat bersama Mama Riana. Menatap kearah nakas meja samping ranjang tidur. Mematap ponsel, melangkah mendekat. Menggenggam ponsel dengan perasaan ragu apakah harus menghubungi Rega atau tidak. Namun, tidak mungkin Cyla tidak menghubungi Rega disaat Cyla sendiri izin pergi kekamar untuk menghubungi Rega. Menekan tombol deal pada nomor Rega, menarik nafas dalam dan menghembuskan nafas. Menunggu panggilan terjawab.
"Hallo?" sapa Rega setelah mengangkat panggilan Cyla.
Saat ini Rega tengah dalam Meeting Room. Saat ini Rega dalam menghadiri rapat dewan direksi. Membahas tentang pembangunan Mall baru di Bali. Kejadian Rega mengangkat panggilan adalah hal yang langka terjadi didepan mata dewan direksi. Akibatnya banyak pasang mata menatap Rega terkejut, sebab Rega dikenal paling tidak suka ada yang mengangkat panggilan ditengah rapat. Tidak peduli semendesak apapun urusannya.
"Hm, Apa kau akan pulang untuk makan siang?" tanya Cyla tenang, mencoba menahan debaran jantungnya.
"Kau ingin aku pulang?" tanya Rega terkekeh senang, tidak menyangka Cyla akan repot-repot menghubunginya untuk makan siang bersama. Memutar kursi rapat, dengan senyum mengembang diwajahnya. Membuat semua penghuni Meeting Room terdiam membeku ditempat. Membulatkan mata, mengamati kelakuan CEO mereka.
"Jika kau sibuk, aku..." ucap Cyla terpotong.
"Aku akan pulang, sayang. Sesibuk apapun diriku, saat sang Ratu memerintah, memangnya aku sanggup menentang." sahut Rega cepat, mengucapkan kata-kata manis tanpa sanggup menahannya. Hal tersebut membuat Pram yang tengah berdiri didepan untuk presentasi, tersedak ludahnya sendiri.
"Apa kau fikir aku akan menyukai rayuan murahan mu, itu?" ucap Cyla jengah, memutar bola mata malas.
"Apa terlalu terlihat kalau aku sedang merayu mu? Menyebalkan." ucap Rega dengan nada dibuat pura-pura kesal. Namun bibirnya semakin melebarkan senyumnya.
Padahal terlihat jelas di mata anggota dewan direksi, jika CEO mereka tuan Rahendra sedang dalam mood yang bagus. Namun, jantung para anggota dewan direksi bergemuruh gelisah. Tetap diam, seolah takut membuat sedikit gerakan saja. Jika mereka melakukannya, mereka yakin jika bukan saham makan nyawa mereka yang melayang.
"Sudahlah, sebaiknya kau cepat pulang. Aku menunggu mu." sahut Cyla kesal, tidak tahan dengan nada bicara Rega yang terdengar menggodanya.
"Kalau aku pulang apa kita hanya akan makan siang saja?" tanya Rega penuh harap dengan makna tersembunyi.
"Memangnya apa yang kau harapkan. Aku yakin kau sangat sibuk, tidak memiliki banyak waktu. Jadi, jangan berfikir yang aneh." jawab Cyla tegas. Menolak langsung maksud tersembunyi Rega.
"Sayang, semalamkan aku tidak mendapatkannya. Kalau kau tidak mau, aku tidak akan pulang." ucap Rega dengan nada merengek.
Sekali lagi, ucapan dan kelakuan Rega menjadi kejutan budaya buat anggota dewan direksi. Sekarang dipikiran mereka, sedang menerka nerka siapa orang yang menghubungi CEO mereka. Yang jelas mereka senua yakin seratus persen, itu perempuan dan pasti kekasihnya.
"Baiklah. Itupun jika kita bisa melakukannya." balas Cyla lembut, tersenyum penuh arti.
"Sungguh?" tanya Rega terkejut, langsung duduk tegap.
"Iya, jadi cepat pulang." jawab Cyla masih dengan nada lembut dibuat-buat.
"Baiklah. Aku akan pulang sekarang. Aku mencintaimu." ucap Rega tersenyum senang, menutup panggilan tahu jika Cyla tidak akan membalas ucapannya.
Berdiri, merapikan jas yang melekat sempurna ditubuhnya. Hendak melangkah keluar, sampai panggilan Pram menghentikan langkahnya.
"Sir." panggil Pram.
Rega pun mengalihkan pandangannya, menatap sekelilingnya. Mengernyitkan dahi bingung mendapati berbagai banyak ekspresi wajah dari para anggota dewan direksi. Yang mana semua memasang rauy muka terkejut.
"Rapat selesai, kalian bisa kembali. Kirimkan hasil rapat lewat e-mail. Dan, aku ingin Pram. Kau kosongkan jadwal ku sampai jam satu siang nanti. Apa kau mengerti?" ucap Rega tegas kepada Pram.
Meski CEO sudah mengatakan rapat selesai, tidak ada satupun dari penghuni Meeting Room berani bergerak sedikit pun. Disamping rasa takut, mereka juga penasaran apa yang akan dilakukan CEO mereka.
"Baik, sir." balas Pram paham, tanpa mampu menolak. Namun, dalam hati dia mengeluh karena atasannya membuat pekerjaanya menjadi tiga kali lipat.
Rega mengangguk, melangkah keluar dari meeting room. Meninggalkan Pram dan para anggota dewan direksi yang masih terdiam membeku, terkejut dengan tingkah laku atasan mereka. Setelah pintu meeting room benar-benar tertutup, semua penghuni meeting room langsuh serempak bernafas lega tak terkecuali Pram yang notabenya adalah Sekretaris, Asisten Pribadi, sekaligus orang kepercayaan Rega Rahendra.
Bernafas lega akhirnya mereka bisa keluar dari suasana menegang beberapa waktu lalu, sungguh pemandangan langka mereka saksikan didepan mata mereka. Hal yang akan selalu mereka ingat dalam pikiran mereka.
*****
To be continue,
See you again ~~~~
Don't forget your vote and coment,
Typo coment guyss.
WARNING!
FOLLOW MY ACOUNT!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
SaManda661630
next thor
2020-11-22
0