[Don't Copy My Story!]
Real my imagination...
~ Happy Reading ~
*****
Menatap ragu kearah Rega yang terlihat tenang menikmati sarapannya. Apakah harus dia tanyakan atau tidak. Berfikir keras – Memantapkan mental. Namun nyatanya Cyla tidak berfikir dengan benar. Dia jatuh – Terpesona lagi dan lagi dengan ketampanan Rega. Tatapan mata yang selalu tajam dan kuat, rahang kokoh – Dada bidang yang menambah citra ketegasan. Punggung lebar yang sangat nyaman untuk bersandar, dan tubuh tegapnya – Jiwa kepemimpinan.
Cyla sedikit kasihan dengan wanita – wanita diluar sana yang terpesona dengan Rega, mereka hanya bisa berimajinasi. Dirinya, merasakan segalanya. Merasakan bagaimana kulitnya bersentuhan langsung dengan kulit Rega. Merasakan setiap hari bibir tebal dan sexy itu di tubuhnya. Bibir yang membuatnya berteriak – Menjerit tak tertahan. Jari panjang yang selalu bersemayam didalam mulutnya – Membuat Cyla melayang. Dan kejantanannya yang selalu menjadi imajinasi banyak wanita – Sayangnya tenggelam hanya didalam dirinya. Kejantanan yang selalu membuat Cyla meledak – Menggila. Menggigit bibir bawahnya, tidak menyangka dirinya akan membayangkan hal tidak pantas seperti ini. Pikirannya benar – benar terkontaminasi akibat terlalu sering mendengar perkataan Rega. Dewi batinnya memaki akibat pikiran tidak senonoh Cyla. Menghela nafas kasar, meneguk habis air putih dingin disamping piringnya.
“Apa ada masalah?” tanya Rega, saat mendengar Cyla menghela nafas kasar. Menatap penasaran, mengangkat sebelah alisnya.
“Apa? Tidak.” Jawab Cyla. Mata membulat sempurna – Terkejut.
“Aku tahu ada yang ingin kau tanyakan. Katakan saja.” Ucap Rega kembali, dengan nada tenang. Meminum espresso miliknya.
“Sungguh tidak masalah?” tanya Cyla ragu, meminta persetujuan.
“Apa aku terlihat tidak suka? Aku sungguh tidak masalah, sayang. Katakan saja.” Balas Rega tenang – Menatap lembut Cyla. Lebih tepatnya meyakinkan Cyla dia tidak masalah.
“Kalau begitu, jelaskan semua maksud dari sikap mu didepan Ibu. Apa maksud mu melakukan semua ini? Kenapa Rega?” tanya Cyla tanpa bisa menahan rasa gundah didalam hatinya.
Setelah mendengar pertanyaan Cyla, tatapan lembut Rega menghilang. Tatapan Rega berubah menjadi datar dan dingin. Langsung mengalihkan pandangannya dari Cyla kearah ruang kosong meja makan.
“Kau ingin aku menjawab bagaimana?” tanya Rega balik, tanpa menatap wajah Cyla.
“Tentu saja jawaban yang sebenarnya.” Jawab Cyla mengerutkan dahi bingung dengan kata dari pertanyaan Rega.
“Kalau aku bilang, aku melakukan semua ini karena dirimu. Apa itu cukup?” jelas Rega terkesan dingin. Namun tatapan matanya langsung kembali melembut tepat dimanik mata Cyla.
“Apa sarapannya tidak enak? Sampai kau mengatakan hal tidak jelas seperti itu.” Ucap Cyla mengalihkan pandangannya dari tatapan Rega – Salah tingkah.
“Tidak bisakah kau cukup mengatakan terimakasih?” sahut Rega tenang, masih setia menatap Cyla.
“Terimakasih.” Balas Cyla cepat, kembali menatap Rega.
“Sama – sama, sayang. Baiklah, sekarang bagaimana kalau kita jalan – jalan? Apa ada tempat yang ingin kau kunjungi?” ucap Rega dengan senyum mulai terpancar di wajahnya.
“Rega! Kita belum selesai bicara. Kau tahu, bukan jawaban itu yang aku maksud.” Sahut Cyla kesal, menatap tajam Rega. Merasa dirinya dipermainkan.
“Okay, okay. Kalau begitu bagaiamana dengan jawaban kedua ini. Semua ini untuk menebus rasa bersalah ku. Menebus semua kesalahanku dimasa lalu.” Balas Rega dengan nada sendu – Tatapannya serius.
“Ck. Jadi semua ini hanya agar aku mau memaafkan dirimu. Lalu kau bisa memilikiku kembali.” Ucap Cyla lirih, mengalihkan tatapannya – Merasa tidak percaya dengan pendengarannya.
“Kau tahu bukan itu maksudku sepenuhnya.” Sela Rega cepat saat merasa mulai salah paham dengan perkataannya.
“Sepenuhnya? Rega, tidakkah kau berfikir dari sikap yang aku tunjukan padamu? Aku tidak menerima dirimu untuk jadi bagian dari masa depan ku.” Balas Cyla masih dengan nada lirih, namun kata yang dilontarkan tajam.
“Kau terlihat sangat membenciku.” Sahut Rega tenang, mencoba mengabaikan perkataan Cyla.
“Aku tidak hanya terlihat membencimu Rega. Tapi, aku memang membencimu.” Jelas Cyla tegas – Berharap Rega mengerti dirinya. Memahami maksud perkataannya.
“Kalau begitu aku akan menunggu sampai kau berhenti membenciku. Baru setelah itu, aku akan melamarmu lagi.” Balas Rega keras kepala, tidak menganggap serius perkataan Cyla.
“Kau sungguh tidak mengerti perkataan ku.” Cicit Cyla, bukan pertanyaan melainkan pernyataan.
“Aku tidak pernah ingin atau memiliki rencana masa depan dengan dirimu ataupun pria lainnya. Pernikahan tidak pernah ada dalam daftar masa depan ku, Rega. Kuharap sekarang kau mengerti maksud dari arah pembicaraanku. Jadi, berhentilah bersikap seolah kita berdua baik – baik saja. Padahal kau tahu dengan jelas kalau kita tidak pernah baik – baik saja. Dan berhenti bertingkah seolah kita sedang merencanakan pernikahan. Padahal kau sadar tidak akan pernah ada pernikahan diantara kita.” Jelas Cyla menatap serius tepat pada mata Rega – Menghela nafas lega akhirnya bisa mengatakan apa yang sudah lama ingin Cyla katakan.
Berdiri – Meletakan piring kotor bekas Cyla sarapan ke watafle. Melangkah keluar dapur, mengambil sling bag yang tergeletak disofa ruang tamu. Kembali melangkah kearah rak sepatu, mengambil flat shoes dan mengenakannya. Membuka pintu apartement, berjalan keluar setelah menutup kembali pintu apartement. Meninggalkan Rega yang duduk diam termengu di ruang makan.
Rega benar – benar terkejut, tidak menyangka dia akan mendengar kata – kata Cyla. Tangan kanannya mengepal – Tangan kirinya mencengkram cangkir espresso miliknya. Mencoba menahan emosi yang siap meledak saat ini juga. Terkekeh pelan, hatinya terasa sangat sakit mendengar penolakan Cyla secara terang – terangan.
‘Bagaimana aku bisa ditolak disaat aku bahkan belum melamarnya?’ gumam Rega dalam hati bertanya, tersenyum miring – Menyeringai dengan sorot mata penuh arti.
~
Di kehidupan Cyla saat ini, dia tidak lagi memikirkan perasaan dirinya. Baginya, saat ini dia hidup bukan untuk dirinya sendiri lagi. Hidupnya juga milik Ibu dan juga Adiknya. Merawat Ibu dan membiayai pengobatan Malik adalah keharusan bagi Cyla. Dan tentang pernikahan. Cyla memang pernah mengatakan kepada Nadia, bahwa dirinya ingin menjadi egois untuk saat ini – Satu tahu kedepan. Tapi bukan seperti ini yang Cyla inginkan. Rega mulai keluar batas, benar – benar tidak terkendali. Hanya karena Cyla ingin egois, tapi bukan berarti Cyla tidak mengerti. Cyla tidak bodoh untuk jatuh kedalam kesalahan yang sama. Meski begitu, Cyla juga tidak ingin memberi kesempatan pada pria manapun. Tidak ada ruang tersisa di hatinya untuk rencana pernikahan dimasa depan. Cyla sudah berhenti berharap pada pria mana pun termasuk Rega untuk menjadi sandarannya. Terutama setelah kesalahan fatal yang Rega lakukan. Tidak perduli jika Ibunya sudah memaafkan Rega. Tapi tidak dengan Cyla, jika Rega tidak kabur Ayahnya pasti akan tetap berada disisinya sampai saat ini. Dan dia juga tidak perlu bersusah payah bekerja jadi wanita panggilan. Hidupnya sudah menjadi ‘Abu yang tidak bisa kembali ke wujud semula’, bahkan perbaikan pun tidak akan menyelamatkan dirinya.
“Kau bisa menginap disini jika kau mau?” tanya Sera menyentuh pundak Cyla yang duduk terdiam disofa ruang tamu apartementnya – Dengan pandangan menerawang.
Hal tersebut sontak membuyarkan lamunan Cyla. Menyadarkan Cyla dari pemikirannya. Menatap Sera, menyunggingkan senyum tulus yang langsung dibalas senyum menenangkan oleh Sera.
“Apa boleh?” tanya Cyla pelan, tenaganya terkuras habis akibat semua pikiran yang ada didalam kepalanya.
“Memangnya siapa yang melarangmu?” sahut Nadia balik tanya, meletakan secangkir milk tea hangat untuk Cyla. Teh yang dapat membantu mengurangi tingkat stres dari pikirannya.
Melangkah kearah single sofa, duduk dihadapan Cyla dan Sera. Menatap Cyla – Memberi isyarat untuk meminumnya. Cyla yang menangkap isyarat dari Nadia langsung meminum milk tea hangat. Meletakan kembali cangkir tersebut setelah Cyla menegak setengahnya.
“Jadi, kau akan menginap atau tidak?” tanya Sera santai, memperjelas pertanyaan yang dilontarkan Nadia.
“Aku sangat ingin. Tapi, aku tidak tahu.” Jawab Cyla tersenyum miris, dengan tatapan seolah dirinya baik – baik saja.
“Aku yang akan bicara padanya.” Sahut Nadia, dengan nada tegas dan tenangnya.
“Nadia benar. Lagi pula hanya satu malam. Aku yakin tidak masalah.” Sambung Sera mengusap punggung Cyla mencoba meyakinkan dan menenangkan Cyla secara bersamaan.
“Aku tidak yakin.” Balas Cyla lirih, menggedikan bahu terserah.
Cyla memang tidak yakin apakah Nadia akan mendapatkan izin dari Rega atau tidak. Tapi, Cyla benar – benar butuh istirahat. Butuh waktu untuk menjauh dari Rega sementara. Cyla butuh waktu sendiri. Dan mendatangi Sera dan Nadia adalah keputusan yang tepat. Mereka berdua tidak akan mengganggu Cyla. Sebab, Cyla menginap dengan tidur di kamar tamu. Sementara Sera dan Nadia paham dengan tidak menganggu Cyla selama berada di kamar tamu.
~
Berbeda dengan Cyla yang pergi dari apartement. Rega saat ini tengah duduk dikursi dalam ruang rahasia yang Rega rancang didalam apartement. Terletak dibalik rak buku ruang kerjanya. Yang mana Cyla sendiri bahkan tidak tahu jika ada ruangan seperti itu.
Duduk menyilangkan kaki diatas meja, dengan tangan kanan memegang wine dan tangan kirinya memegang ponsel yang sudah ada ditelinganya. Pagi yang buruk untuk Rega.
“Bagaimana?” tanya Rega dengan nada dingin serta raut wajah datar.
“Anak buah saya mengatakan kalau nona Cyla, sempat duduk sedikit lama ditaman. Namun, saat ini nona Cyla sudah berada didalam apartement kedua sahabatnya. Nona Cyla masih dalam pengawasan anak buah saya, sir.” Jawab Pram tenang, melaporkan keberadaan Cyla setelah mendapat keterangan dari anak buahnya yang dia kirim untuk mengawasi Cyla dari jarak jauh. Sesuai perintah dari Rega Rahendra – Bossnya.
“Bagus. Pastikan dia baik – baik saja. Dan jangan biarkan ada pria lain di sekitarnya atau didekatnya. Singkirkan siapapun yang berusaha mendekati Cyla. Buat mereka sekarat.” Ucap Rega kembali dengan nada memerintahnya.
Memutuskan panggilan sepihak tanpa peduli jawaban dari Pram. Mencengkram erat gelas wine ditangan kirinya hingga pecah dalam satu kali cengkraman kuat, melukai telapak tangannya. Mengabaikan darah yang mengalir ditelapak tangannya. Rasa sakit itu tidak seberapa dengan emosi yang Rega coba tahan sedari Cyla melangkah keluar dari apartement meninggalkan dirinya. Rahang kokoh Rega mengetat hingga wajahnya memerah. Menatap menerawang kedepan.
‘Kau sendiri yang bilang, sayang. Kalau kau tidak akan memberi kesempatan pria manapun termasuk diriku dalam daftar masa depanmu. Jika ada, satu pria sekalipun yang mendekatimu. Tidak peduli kau menolaknya. Jangan salahkan diriku jika aku membuat pria tersebut sekarat. Hidup tidak ingin, dan kematian tidak akan pernah kuberikan.’ Gumam Rega dalam hati. Berjanji pada dirinya sendiri. Memejamkan mata, mencoba mengendalikan emosi dari pikirannya.
*****
To be continue,
See you again ~~~~
Don't forget your vote and coment,
Typo coment guyss.
WARNING!
FOLLOW MY ACOUNT!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
SaManda661630
menunggu terusss
2020-11-22
0
Nanadela Pratiwi
2 Yang Mulia Del BlushOn udah baca sampai sini dan banyak like. Mampir juga yuk dan baca: 2 Yang Mulia. Like yg disuka, dan tinggalkan jejak.
2020-11-01
0