Chapter 10

"Jadi apa yang harus gue lakuin buat lo sekarang?" tanya Vania dengan tatapan serius.

Elena yang melihat Vania mulai serius dengan perbincangan sekarang tersenyum tipis, ah memang sahabat terbaiknya ini memang sangat bisa Elena andalkan, ya walaupun Vania menjalankan tugasnya harus banyak tanya karena Vania memiliki tingkat rasa kepo yang tinggi.

"Lo mau bantuin gue dalam masalah ini? Simpel aja sih gue minta bantuan sama lo, gue cuman pengen lo cari tahu seseorang yang selama ini selalu gangguin suami gue di kantor," ucap Elena dan Vania mengerutkan keningnya tidak mengerti.

"Jangan bilang kalo yang gangguin suami lo utu sekretarisnya di kantor tang pakaiannya tuh kurang bahan dan selalu binal sama bosnya?" tanya Vania dan Elena menganggukkan kepalanya yang menandakan kalo apa yang diucapkan oleh Vania itu memang benar adanya.

"Lo seriusan na? sumpah ya kisah lo itu kaya di novel-novel yang sering gue baca 'sainganku adalah sekertaris suamiku' anjay," ucap Vania yang menganggap hidup Elena itu seperti cerita-cerita yang sering dia baca.

"Serah lo aja mau anggap kisah hidup gue itu kaya di novel-novel yang sering lo baca itu, tapi gue cuman minta sama lo buat kerja di kantor dan gantiin ulat bulu itu," ucap Elena yang malah beda lagi permintaannya.

"Lo itu gimana sih hah? Tadi katanya minta tolong buat cari seseorang, eh sekarang lo malah minta gue kerja di sana. Eh tapi emangnya suami lo itu sama kaya lo yang punya perusahaan?" tanya Vania mengenai pekerjaan suami Elena yang memang Elena belum cerita tentang seluk beluk suami sahabat nya itu.

"Oh ya gue belum cerita ya sama lo tentang seluk beluk suami gue," ucap Elena dan Vania memutar bola matanya malas.

Gimana mau cerita tentang seluk beluk tentang suaminya kalo dia sendiri juga banyak ngelamun kalo ditanya.

"Kalo gue bilang belum si ya emang belum, orang dari tadi kalo kalo gue tanya tentang suami lo itu. Lo selalu aja melamun, kalo emang lo gak yakin buat nikah kenapa lo malah setuju aja pas lo disuruh sama bonyok lo?" tanya Vania yang heran juga kenapa Elena ini mau mau saja dinikahkan dengan pria yang dia gak kenal.

"Kalo gue jadi lo sih ya gue bakalan nolak duluan dan bakalan kabur dari rumah," sambung Vania yang memang Vania ini orangnya nekad dan keras kepala.

Kalo saja memang Elena bisa menolak, sudah dari kama juga Elena menolak untuk dijodohkan dengan laki-laki yang tidak dia cintai atau bahkan dengan lelaki yang tidak dia kenal.

"Kalo gue bisa nolak, mungkin udah dari lama juga gue nolak pernikahan ini Van. Tapi apa? Setelah gue nikah siangnya, eh kedua orang tua gue meninggal malem nya. Jadi gimana gue nolak coba? Pastinya rasa penyesalan itu membekas banget di dalam hati gue," ucap Elena yang tersenyum tipis dan Vania yang hanya bisa terdiam.

Sungguh rumit juga kehidupan dan kisah cinta Elena yang begitu banyak cobaan dan Vania tidak bisa berbuat apa-apa selain memberikan dukungan dan support terus apa yang menjadi keputusan Elena selagi hal itu tidak membuat elena sedih atau hancur.

"Maafin gue ya Elena, gue kira lo orang yang bergelimang harta pastinya bakalan hidup tenang atau gak bakalan bahagia karena secara ekonomis lo serba kecukupan," ucap Vania yang memang merasa hidup Elena bakalan tenang-tenang aja tapi ternyata dugaannya itu salah besar.

"Bergelimang harta tapi gak ada orang tua ya buat apa Vania, dan mungkin orang tua gue nyuruh gue nikah sama pilihan mereka biar gue ada yang jagain kali ya," ucap Elena dan Vania pun setuju dengan hal yang dibicarakan oleh Elena.

"Dan dari itu juga gak sih hubungan lo sama suami lo itu jadi tambah langgeng padahal kaloan berdua itu sama-sama gak kenal dan langsung nikah gitu aja," ucap Vania bahwa yang terjadi di dunia ini memang karena sudah takdir dari yang maha kuasa.

"Bisa jadi juga sih, tapi mau gimana pun gue tetep sayang sama suami gue," ucap Elena yang tidak sengaja dan Vania melongo tidak percaya barusan itu Elena jujur atau keceplosan atau begimana?

"Itu lo seriusan sayabg sama suami lo atau Lo cuman keceplosan aja?" tanya Vania dan Elena menaikan saru alisnya, memangnya ada yang salah dengan apa yang dia ucapkan tadi?

"Hah emangnya tadi gue ngomong apaan?" tanya Elena yang tidak sadar dengan apa yang dia ucapkan barusan.

Vania yang melihat hal itu menghela nafas pelan ini memang Elena yang keceplosan atau bagaimana sih, Vania juga masih heran dan bingung.

Padahal Vania cuman minta keterangan atau kejelasan dari Elena, eh ini malah disepelekan seperti itu, jadi siapa yang tidak kesal coba.

Elena yang tahu dan paham apa yang Vania rasakan cuman bisa hanya terdiam. Elena juga sangat ingin menjelaskan dan menceritakan semuanya kepada Vania, tapi Elena rasa ini bukanlah waktu yang tepat untuk Vania mengetahui semuanya.

"Gue bukannya gak mau jujur sama lo atau gimana, tapi gue ngerasa ini bukan waktu yang pas buat cerita semuanya sama lo," kata Elena yang memang dia tidak bisa ceritakan semuanya sekarang.

Vania yang merasa Elena sudah tidak bisa di paksa lagu untuk cerita, jadi mau tak mau Vania harus mengalah dan tidak memaksakan dirinya lagi.

"Ya udah deh kalo lo emang belum bisa cerita sekarang, gue bakalan tunggu lo buat cerita sama gue. Jadi gue harap lo bisa sadar sama posisi gue sekarang ini sebagai sahabat lo, gue harap lo jangan pernah ngerasa sendirian ya. Gue bakalan selalu jadi garda terdepan buat lo," ucap Vania yang memberikan dukungan full kepada Elena.

Vania paham betul dengan apa yang dirasakan oleh Elena, karena Vania dulu juga pernah merasakan hal yang sama yaitu dewasa tanpa adanya orang tua. Karena orang tua Vania meninggal di saat dia menginjak di usia 6 tahun, dan dia di angkat oleh saudara jauh ibunya.

Yang sekarang orang tua angkatnya tinggal di luar negeri, meskipun Vania hanyalah abak angkat tapi kasih sayang antara anak kandung dan anak angkat tidak di beda-bedakan.

Elena yang terharu dengan apa yang diucapkan oleh Vania tak terasa air matanya mengalir begitu saja, Elena yang sekarang hidup sendiri berasa ada orang atau teman yang mendukung dirinya. Vania pun langsung memeluk Elena erat dan Elena membalas pelukan Vania tak kalah eratnya.

"Makasih ya Vania lo selalu ada buat gue, gue berdoa semoga lo bisa dapetin jodoh yang emang selalu ngusahain buat kebahagiaan lo," ucap Elena dengan tersenyum tulus.

"Huh, makasih ya Elena sama apa yang lo doain tadi. Ya udah gue mau pulang dulu ya, ini udah jadwal mak angkat gue buat Vc, dah sayangku," ucap Vania yang berpamitan untuk pulang. Dan jangan lupakan kecupan manja di pipi Elena.

"Iya deh, hati-hati dah lo di jalannya. Nanti gue kabarin lagi ya kalo misalnya gue butuh bantuan dari lo, dan ya buat bayarannya lo gak usah khawatir semua kebutuhan lo selama di sini gue yang tanggung semua," ucap Elena dan itu membuat Vania yang tadinya ingin berangkat untuk pulang, langsung saja kembali duduk dan malah kepo dengan apa yang diucapkan oleh Elena.

"Lo yang bener aja mau menuhin semua kebutuhan gue selama di sini, emangnya lo kerja apaan sekarang?" tanya Vania yang kepo dengan pekerjaan yang dilakoni oleh Elena.

"Gue gak kerja coy, yang kerja itu laki gue jadi ya kerjaan gue cuman foya-foya doang. Ya udah deh ya gue mau pulang duluan aja, masih banyak hal yang harus gue lakuin di rumah," ucap Elena yang malahan dia sendiri yang pulang duluan.

Vania yang melihat itu hanya bisa geleng-geleng kepala dengan kelakuan sahabatnya itu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!