Bab 13 Tas

"Pah, aku melihat tas milik Mamah Kinara di ruang kerja. Sekarang jawab jujur, apa benar?" Niko masih berusaha mencari tahu.

"Bicara apa kamu! Mungkin saja tas orang lain," kata Anggara.

Niko terdiam, ia akan menyelidiki kebenaran itu sendiri. Daripada berdebat dengan papahnya yang masih saja mengelak.

Setelah Angel dan Niko pergi, Anggara menghubungi Kinara agar membuang tas yang pernah dia pakai waktu mengantarkan makanan ke kantornya. Namun, ponsel Kinara tidak bisa dihubungi.

"Sial!" umpat Anggara. Ia mengambil kunci mobilnya, hendak pergi ke rumah Kinara. Tiba-tiba langkahnya terhenti, ketika sampai di depan rumah. Anggara teringat pesan Kinara, tidak akan menghubungi atau bertemu selama beberapa hari. Ia memilih mengurungkan niatnya, dan kembali masuk ke dalam rumah.

Anggara mendudukkan diri di sofa, rasa kesepian membuatnya semakin tersiksa. Niatnya untuk mempunyai keluarga selalu saja banyak rintangan yang harus dihadapi.

***

Sementara itu, di rumah Kinara sedang berada di dalam kamar. Ia memegang ponselnya, ragu untuk menghidupkan kembali. Rasa rindu yang bergejolak dalam hatinya, hampir saja tidak tertahankan. Dalam pikirannya hanya bayangan Anggara yang menghantuinya.

Dari dulu perasaannya tidak pernah berubah, cintanya justru semakin besar. Hal yang tersulit dalam hidupnya adalah melupakan masa lalu.

Kini rasa sesal tumbuh dalam hatinya, "Kenapa aku kemarin berbicara seperti itu, seharusnya tidak perlu. Rindu ini benar-benar menyiksa."

Beberapa hari kemudian, Kinara baru membuka ponselnya. Anggara benar-benar menepati janjinya, tidak mengajak bertemu atau menerornya dengan panggilan telepon. Hanya ada satu pesan dari Anggara, membicarakan soal tas.

"Jangan-jangan Niko sudah tahu." Kinara menjadi panik dan kebingungan.

Tanpa mempedulikan apapun, ia bergegas pergi ke rumah Anggara. Sampai di sana, ia menatap keadaan rumah yang nampak sepi tak berpenghuni tetapi kelihatan bersih.

Hati Kinara berdesir, takut Anggara pergi meninggalkannya lagi. Ia memberanikan diri melangkahkan kaki, di depan pintu ia ragu hendak mengetuk.

"Mas, apa kamu ada di rumah?" Kinara mulai mengetuk pintu.

Kinara berusaha menahan air mata yang akan menetes, ia menatap langit-langit berharap pintunya segera terbuka.

"Nyonya, apa Anda yang bernama Kinara?" tanya Bik Siti yang baru saja pulang dari pasar.

"Iya, Bik. Saya Kinara. Apa Tuan Anggara ada di rumah?" tanya Kinara menatap sendu.

Bik Siti sudah diberikan pesan, kalau Kinara yang ada disuruh langsung masuk ke dalam rumah. Beliau membukakan pintu untuk Kinara, lalu pergi lagi.

"Tunggu, Bik! Kenapa saya disuruh masuk sendiri?" Kinara kebingungan.

"Tuan ada di dalam, Nyonya. Saya ada kerjaan." Bik Siti hanya menaruh belanjaannya saja.

Kinara masuk ke dalam dengan rasa takut, jantungnya berdetak kencang. Ia melihat ke sekeliling ruangan yang remang-remang karena lampu tidak dinyalakan.

"Mas!" Kinara memanggil Anggara.

Tidak ada sahutan sama sekali, membuatnya semakin takut. Kinara membalikkan badannya, ia hendak keluar dari rumah itu. Sialnya kaki Kinara tersandung kaki meja, sehingga membuatnya hampir jatuh. Untung saja Anggara datang di saat yang tepat, dan menangkap tubuh Kinara.

"Kamu gak papa kan?" tanya Anggara.

"Mas, kamu kemana saja?" balas Kinara balik bertanya.

Anggara membantu Kinara berdiri lebih dulu, lalu mengajaknya duduk di sofa ruang tengah. Tak lupa, ia menghidupkan lampu agar suasana di ruangan terang.

Bukannya menjawab pertanyaan, Anggara menatap Kinara. Tatapan begitu dalam, menyimpan banyak kerinduan yang belum tercurahkan.

"Mas, jangan menatapku seperti itu." Kinara mengibaskan tangannya di depan wajah Anggara.

"Aku merindukanmu, Nara. Tolong jangan hukum aku seperti kemarin, rasanya sangat menyiksa." Anggara mengungkapkan apa yang sedang dirasakan beberapa hari ini. Tangannya mengusap lembut wajah Kinara, ia memperlakukan wanita itu seperti saat masih muda dulu.

"Maafkan aku, Mas. Aku juga merasakan." Kinara memeluk Anggara.

Mereka berdua terhanyut dalam kehangatan yang begitu dirindukan, banyak sekali rintangan dan halangan untuk selalu bersama.

"Mas, angkat dulu teleponnya," ujar Kinara ketika mendengar dering ponsel Anggara.

"Biarkan saja, Nara. Aku ingin memelukmu." Anggara mengabaikan panggilan telepon itu.

Tak lama kemudian, ada seorang kepercayaan Anggara yang masuk ke dalam rumah.

"Tuan, ada kabar buruk dari Oma." Orang itu berbicara sambil menundukkan kepalanya, sebagai bentuk rasa hormat.

"Katakan!" seru Anggara.

Anggara bangkit dari duduknya, ketika mendengar kabar Oma Salma kemarin pingsan di perkebunan. Ia memerintahkan orang itu, untuk menjemput ibunya agar tinggal di rumah ini.

"Sayang, maafkan aku. Banyak sekali yang menganggu. Ibuku tidak mau tinggal bersamaku sebelum aku menikah, sekarang tubuhnya sudah mulai lemah." Wajah Anggara berubah nampak khawatir.

"Aku tahu, Mas. Hubungan kita dari dulu tidak mudah, aku berjanji akan mendukungmu." Kinara tersenyum manis.

Anggara baru teringat soal tas yang digunakan Kinara, ia menceritakan tentang Niko yang mulai curiga. Ia juga meminta agar Kinara membuang tas miliknya. Namun, Kinara menolak karena tas itu menyimpan banyak kenangan.

"Mas, ini hadiah dari temanku." Jelas Kinara.

"Kalau kamu menggunakan tas itu terus, Niko akan semakin curiga, Sayang." Anggara berusaha membujuk. Ia juga mau mencarikan tas yang hampir mirip dengan milik Kinara.

Tanpa menunggu persetujuan Kinara, ia memanggil asisten pribadinya agar membelikan tas yang mirip dengan milik Kinara.

"Mas, tidak perlu beli lagi. Kita simpan saja tas ini." Kinara tidak ingin merepotkan Anggara.

"Kamu diam saja, Nara. Biar jadi urusanku!" Anggara berkata dengan tegas.

Kurang dari tiga puluh menit, tas yang mirip dengan milik Kinara sudah terbeli. Sehingga Niko tidak menuduh lagi, karena sudah tidak mempunyai bukti.

Kinara dan Anggara kini bisa bernapas lega, salah. satu masalah mereka sudah teratasi dengan sempurna.

"Sayang, semoga Niko tidak membicarakan soal tas pada Angel," kata Anggara tersenyum lega.

"Iya, Mas. Tapi, mereka pernah berdebat soal pernikahan. Angel tidak setuju kalau aku menikah, sedangkan Niko mengizinkan kamu menikah," ujar Kinara.

Anggara menenangkan Kinara, ia akan menggunakan caranya sendiri untuk merayu Angel agar menyetujui hubungannya dengan Kinara.

"Caranya gimana, Mas? Angel keras kepala lho," ucap Kinara, sudah hafal sifat putrinya.

"Aku akan membelikan Angel mobil impiannya. Biar dia juga bisa merasakan bahagia, bisa memiliki mobil," jelas Anggara.

"Tidak bisa, Mas! Gak boleh main sogokan." Kinara mendengus kesal.

"Sayang, Angel mempunyai hati yang lembut. Dia tidak akan setega itu, soal mobil aku sudah berjanji akan membelikan." Anggara tidak keberatan menuruti keinginan menantunya.

Kinara justru semakin sedih, ia tidak bisa mencukupi kebutuhan Angel sesuai keinginan putrinya.

"Nara, sudahlah! Jangan memikirkan soal mobil sebagai sogokan. Aku hanya ingin memberikan hadiah saja." Anggara mengusap pucuk kepala Kinara.

"Tindakanmu bisa membuat keluargaku semakin dihina banyak orang, Mas. Tolong jangan memberi barang mewah untuk Angel," pinta Kinara.

Terpopuler

Comments

Andariya 💖

Andariya 💖

akhirnya mereka bertemu kmbali

2024-12-26

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Bertemu Kembali
2 Bab 2 Kita Pacaran Lagi
3 Bab 3 Malam Indah
4 Bab 4 Anak Muda
5 Bab 5 Sakit Pinggang
6 Bab 6 Perhatian
7 Bab 7 Pengantar Makanan
8 Bab 8 Semakin Romantis
9 Bab 9 Tidak Rela
10 Bab 10 Masalah Anak
11 Bab 11 Gagal Romantis
12 Bab 12 Tidak Bertemu
13 Bab 13 Tas
14 Bab 14 Penganggu
15 Bab 15 Hampir Celaka
16 Bab 16 Rumah Sakit
17 Bab 17 Keras Kepala
18 Bab 18 Diam-diam
19 Bab 19 Terpaksa Berbohong
20 Bab 20 Tidak Sopan
21 Bab 21 Membuatmu Bahagia
22 Bab 22 Membuat Panik
23 Bab 23 Patah Hati
24 Bab 24 Antarkan Ibu Melamarnya
25 Bab 25 Pengacau
26 Bab 26 Sindiran Tetangga
27 Bab 27 Club Malam
28 Bab 28 Wanita Malam
29 Bab 29 Rencana Angel
30 Bab 30 Cicit
31 Bab 31 Dijodohkan Lagi
32 Bab 32 Jadohku
33 Bab 33 Setuju
34 Bab 34 Urus Pernikahanmu
35 Bab 35 Foto
36 Bab 36 Ragu
37 Bab 37 Pelajaran
38 Bab 38 Takut
39 Bab 39 Surat Perjanjian
40 Bab 40 Memalukan
41 Bab 41 Minggu Depan
42 Bab 42 Belajar
43 Bab 43 Penasaran
44 Bab 44 Agar Mandiri
45 Bab 45 Persiapan
46 Bab 46 Gara-gara Angel
47 Bab 47 Ketakutan
48 Bab 48 Sah!
49 Bab 49 Belum Siap
50 Bab 50 Pujian Mertua
51 Bab 51 Gaun Malam
52 Bab 52 Malam Pertama
53 Bab 53 Oma Sakit
54 Bab 54 Cemburu
55 Bab 55 Bulan Madu
56 Bab 56 Setelah Penantian Panjang
57 Bab 57 Kembali
58 Bab 58 Rumah
59 Bab 59 Dilarang
60 Bab 60 Menghabiskan Waktu
61 Bab 61 Aniversary Pernikahan
62 Bab 62 Kemacetan
63 Bab 63 Maaf Untuk Angel
64 Bab 64 Hamil
65 Bab 65 Khawatir
66 Bab 66 Buah Mangga
67 Bab 67 Kebun Lagi
68 Bab 68 Mulai Terungkap
69 Bab 69 Salah Paham
70 Bab 70 Kecewa
71 Bab 71 Masih Marah
72 Bab 72 Lapar
73 Bab 73 Demi Mie Instan
74 PENGUMUMAN
75 Bab 74 Licik
76 Bab 75 Terungkap
Episodes

Updated 76 Episodes

1
Bab 1 Bertemu Kembali
2
Bab 2 Kita Pacaran Lagi
3
Bab 3 Malam Indah
4
Bab 4 Anak Muda
5
Bab 5 Sakit Pinggang
6
Bab 6 Perhatian
7
Bab 7 Pengantar Makanan
8
Bab 8 Semakin Romantis
9
Bab 9 Tidak Rela
10
Bab 10 Masalah Anak
11
Bab 11 Gagal Romantis
12
Bab 12 Tidak Bertemu
13
Bab 13 Tas
14
Bab 14 Penganggu
15
Bab 15 Hampir Celaka
16
Bab 16 Rumah Sakit
17
Bab 17 Keras Kepala
18
Bab 18 Diam-diam
19
Bab 19 Terpaksa Berbohong
20
Bab 20 Tidak Sopan
21
Bab 21 Membuatmu Bahagia
22
Bab 22 Membuat Panik
23
Bab 23 Patah Hati
24
Bab 24 Antarkan Ibu Melamarnya
25
Bab 25 Pengacau
26
Bab 26 Sindiran Tetangga
27
Bab 27 Club Malam
28
Bab 28 Wanita Malam
29
Bab 29 Rencana Angel
30
Bab 30 Cicit
31
Bab 31 Dijodohkan Lagi
32
Bab 32 Jadohku
33
Bab 33 Setuju
34
Bab 34 Urus Pernikahanmu
35
Bab 35 Foto
36
Bab 36 Ragu
37
Bab 37 Pelajaran
38
Bab 38 Takut
39
Bab 39 Surat Perjanjian
40
Bab 40 Memalukan
41
Bab 41 Minggu Depan
42
Bab 42 Belajar
43
Bab 43 Penasaran
44
Bab 44 Agar Mandiri
45
Bab 45 Persiapan
46
Bab 46 Gara-gara Angel
47
Bab 47 Ketakutan
48
Bab 48 Sah!
49
Bab 49 Belum Siap
50
Bab 50 Pujian Mertua
51
Bab 51 Gaun Malam
52
Bab 52 Malam Pertama
53
Bab 53 Oma Sakit
54
Bab 54 Cemburu
55
Bab 55 Bulan Madu
56
Bab 56 Setelah Penantian Panjang
57
Bab 57 Kembali
58
Bab 58 Rumah
59
Bab 59 Dilarang
60
Bab 60 Menghabiskan Waktu
61
Bab 61 Aniversary Pernikahan
62
Bab 62 Kemacetan
63
Bab 63 Maaf Untuk Angel
64
Bab 64 Hamil
65
Bab 65 Khawatir
66
Bab 66 Buah Mangga
67
Bab 67 Kebun Lagi
68
Bab 68 Mulai Terungkap
69
Bab 69 Salah Paham
70
Bab 70 Kecewa
71
Bab 71 Masih Marah
72
Bab 72 Lapar
73
Bab 73 Demi Mie Instan
74
PENGUMUMAN
75
Bab 74 Licik
76
Bab 75 Terungkap

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!