Bab 15 Hampir Celaka

Ternyata Anggara sendiri yang sengaja menambahkan garam kedalam makanannya, ia melakukannya tanpa sepengetahuan Kinara. Ketika mencicipi masakannya yang masih berada di dalam wadah, Kinara merasa keheranan.

"Bagaimana, Nyonya? Masakannya enakan?" tanya Bik Siti sambil membereskan meja.

"Enak, Bik. Di piring Mas Anggara rasanya asin," balas Kinara.

"Pasti Tuan sedang mengerjai Anda. Beliau tidak bisa makan makanan asin," kata Bik Siti tersenyum.

Kinara menatap ke arah Anggara, ia meminta penjelasan. Ia sudah sangat ketakutan, tidak biasanya masak dengan rasa asin.

"Sayang, aku hanya bercanda," ungkap Anggara sama sekali tidak merasa bersalah.

Sebagai permintaan maaf, Anggara akan membelikan apa yang diinginkan kekasihnya itu. Namun, Kinara menolak merasa tidak pantas dibelikan sesuatu.

Ketika berada di perjalanan menuju ke rumah Kinara, Anggara menghentikan mobilnya di depan sebuah mall terbesar di kota itu. Namun, Kinara tidak mau turun dari mobil karena takut hubungannya dengan Anggara diketahui banyak orang.

"Nara, aku akan melindungi mu dari hujatan banyak orang. Ayo kita masuk ke dalam." Anggara mengusap lembut wajah Kinara.

"Tidak, Mas. Aku mempunyai prinsip sendiri." Kinara menegaskan.

Anggara tersenyum tipis, "Prinsip! Apa hubungan kita ini memalukan?"

"Maksudku bukan gitu, Mas. Kalau sudah mendapatkan restu dari anak-anak dan orang tuamu, aku siap terbuka," ujar Kinara.

Anggara tidak memaksa Kinara lagi, ia melajukan mobilnya dengan kencang. Padahal niatnya hanya ingin membahagiakan kekasihnya, tetapi ditolak.

Hampir saja mereka berdua kecelakaan, untung saja Anggara bisa menginjak pedal rem dengan tepat. Ia terlalu kencang melajukan kendaraan, dan tiba-tiba di depan ada truk besar yang melintas.

Kinara menghembuskan napas beratnya, ia memegang dadanya yang terasa sesak. "Mas, kamu keterlaluan!"

"Sayang, kamu baik-baik saja kan? Maafkan aku," ujarnya Anggara, lalu menarik Kinara ke dalam pelukannya.

Tin ... tin ... tin!

Suara klakson mobil dari pengendara lain yang tidak sabar memecahkan keheningan itu, Anggara segera menginjak gas dengan pelan. Ia menepikan mobilnya di pinggir jalan.

"Sayang, maafkan aku," ungkap Anggara sambil mencium punggung tangan kekasihnya.

Kinara menarik tangannya, "Mas, belajarlah untuk mengontrol emosi. Kita hampir saja kehilangan nyawa."

Anggara berjanji tidak akan mengulangi kesalahannya lagi, ia juga akan belajar untuk lebih bersabar dalam menghadapi masalah. Ia menelpon sopir kantornya, agar mengantarkannya ke rumah Kinara.

Kini Anggara dan Kinara duduk di kursi belakang, mereka terlihat begitu mesra. Kinara menyandarkan kepalanya di pundak Anggara, dengan penuh kelembutan Anggara mengusap lembut kepala kekasih hatinya itu.

Mereka terlihat sangat serasi, saling perhatian layaknya seorang suami istri yang sedang menikmati waktu berdua.

"Tuan, kita kemana?" tanya sopir tidak berani melirik ke spion, maupun menoleh ke belakang.

"Sayang, tunjukkan jalan ke rumahmu," kata Anggara.

Kinara memberikan petunjuk jalan ke rumahnya, ia memilih jalan yang sepi karena merasa takut dengan kejadian tadi.

"Mas, aku turun di sini saja." Saat ini mereka sudah sampai di jalan dekat rumah Kinara.

Anggara mengerutkan dahinya, "Sayang, ini masih lumayan jauh. Jangan bercanda."

"Aku takut, Mas." Kinara berharap Anggara mengizinkan berjalan kaki.

Tanpa menunggu persetujuan lebih dulu, Anggara meminta sopirnya untuk melanjutkan jalannya menuju ke rumah Kinara. Setelah sampai di depan rumah, Anggara ikut turun.

Ada Angel dan Niko yang sudah menyambut kedatangan mereka. Raut wajah Angel terlihat sengit, menatap ibunya.

"Tuan, terima kasih sudah mengantarkan aku pulang," ungkap Kinara.

"Iya, Nara," balas Anggara singkat.

"Sebenarnya Mamah kemana saja? Kenapa bisa pulang diantar Papah Anggara?" tanya Angel menatap mamahnya.

Anggara langsung pasang badan, ia berusaha menjelaskan agar kedua anaknya tidak menyalahkan Kinara. Namun, Angel tidak percaya dengan penjelasan Anggara.

"Kebetulan terus ya," ucap Angel sinis.

"Sayang, udah dong. Mungkin Papah dan Mamah tidak sengaja bertemu," kata Niko, berusaha menenangkan istrinya.

"Nik, kamu percaya? Rumah mereka berjauhan, jalan untuk beraktivitas tidak ada yang searah." Angel bersikeras menyangkal semua.

Kinara memberikan isyarat agar Anggara pulang, mumpung ada kesempatan. Ia tidak menginginkan semua ini menjadi masalah.

Ketika Anggara berpamitan pulang, Angel dan Niko masih saling berdebat.

"Cukup! Ini bukan masalah besar, kalian tidak perlu berdebat." Kinara berkata dengan tegas.

"Mah, aku tidak mau kalau sampai Mamah mempunyai hubungan dengan papah!" Angel menyilangkan tangan di dadanya.

Niko menggelengkan kepala, ia justru sangat bahagia kalau Anggara dan Kinara terbukti mempunyai hubungan.

"Apa kalian tidak ingin melihat Mamah bahagia?" Dalam hati Kinara ingin segera membuka rahasia besar yang sudah disembunyikan dari Angel.

"Bahagia tidak dengan menikah, Mah!" Angel merasa kecewa, ia mengambil tasnya lalu meninggalkan Niko dan Kinara yang masih mematung di tempat.

Kinara mencegah Niko yang hendak mengejar Angel, agar putrinya mempunyai waktu untuk berpikir jernih. Seringkali Angel marah, tetapi akan membaik dengan sendirinya.

Di ruang tamu, suasana tampak hening. Kinara dan Niko duduk sambil menunggu Angel pulang.

"Mah, sebenarnya aku sudah mengetahui semuanya," kata Niko, memecah keheningan.

"Tahu soal apa?" Kinara bertanya pelan, hatinya berdesir.

"Hubungan Papah dan Mamah," balas Niko tersenyum tipis.

"Maksudnya apa, Niko? Kita ....

"Aku justru senang kalau orang itu, Mamah." Niko memotong ucapan Kinara.

Seketika Kinara diam, mencerna setiap kata yang baru saja dilontarkan oleh menantunya. Ia pun berpikir kalau lebih baik mengakuinya dengan jujur.

"Niko, sebenarnya aku dan Mas Anggara sudah ...

Kinara menghentikan ucapannya, karena mendengar suara ponselnya berdering. Sebuah panggilan dari asisten Oma Salma, beliau meminta Kinara menginap di rumahnya. Ia berusaha menolak, karena Angel masih dalam keadaan marah. Kalau sampai Kinara pergi, pasti putrinya tidak akan tinggal diam.

Asisten itu juga mengatakan kalau Oma Salma meminta ditemani disisa usianya, sehingga membuat Kinara semakin dilema.

"Mah, ada apa?" tanya Niko, menatap Kinara yang memeluk ponselnya.

"Mamah bingung harus gimana, Nik. Angel masih marah, sedangkan pemborong sayuran minta ditemani." Kinara merasa bimbang.

"Aku cari Angel, Mah. Mamah lebih baik pergi dulu kalau penting." Niko berusaha memahami mertuanya.

"Baik! Kamu hati-hati ya? Tolong sampaikan permintaan maaf untuk Angel." Kinara berusaha tersenyum.

Setelah Niko pergi, Kinara masuk ke dalam kamarnya. Ia berdiri di depan cermin, menatap wajahnya yang mulai mengkerut. Kinara menertawakan dirinya sendiri, di usia yang mulai menua justru mempunyai perasaan cinta yang menggebu-gebu.

Kinara memukul cermin dengan keras, sehingga pecah berserakan. Darah segar bercucuran keluar dari tangannya yang terluka, ia melihat telapak tangannya. Air mata menetes di wajahnya, hatinya terasa perih.

"Kenapa semua terjadi? Aku hanya ingin merasa bahagia," gumamnya dalam hati.

Tubuh Kinara tiba-tiba melemas tak berdaya, ia tergeletak di lantai. Perlahan matanya terpejam, tak mampu menahan rasa sakit.

Terpopuler

Comments

Andariya 💖

Andariya 💖

kenapa harus marah mom kinara...ini angel egois banget sih🤪🤗

2024-12-28

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Bertemu Kembali
2 Bab 2 Kita Pacaran Lagi
3 Bab 3 Malam Indah
4 Bab 4 Anak Muda
5 Bab 5 Sakit Pinggang
6 Bab 6 Perhatian
7 Bab 7 Pengantar Makanan
8 Bab 8 Semakin Romantis
9 Bab 9 Tidak Rela
10 Bab 10 Masalah Anak
11 Bab 11 Gagal Romantis
12 Bab 12 Tidak Bertemu
13 Bab 13 Tas
14 Bab 14 Penganggu
15 Bab 15 Hampir Celaka
16 Bab 16 Rumah Sakit
17 Bab 17 Keras Kepala
18 Bab 18 Diam-diam
19 Bab 19 Terpaksa Berbohong
20 Bab 20 Tidak Sopan
21 Bab 21 Membuatmu Bahagia
22 Bab 22 Membuat Panik
23 Bab 23 Patah Hati
24 Bab 24 Antarkan Ibu Melamarnya
25 Bab 25 Pengacau
26 Bab 26 Sindiran Tetangga
27 Bab 27 Club Malam
28 Bab 28 Wanita Malam
29 Bab 29 Rencana Angel
30 Bab 30 Cicit
31 Bab 31 Dijodohkan Lagi
32 Bab 32 Jadohku
33 Bab 33 Setuju
34 Bab 34 Urus Pernikahanmu
35 Bab 35 Foto
36 Bab 36 Ragu
37 Bab 37 Pelajaran
38 Bab 38 Takut
39 Bab 39 Surat Perjanjian
40 Bab 40 Memalukan
41 Bab 41 Minggu Depan
42 Bab 42 Belajar
43 Bab 43 Penasaran
44 Bab 44 Agar Mandiri
45 Bab 45 Persiapan
46 Bab 46 Gara-gara Angel
47 Bab 47 Ketakutan
48 Bab 48 Sah!
49 Bab 49 Belum Siap
50 Bab 50 Pujian Mertua
51 Bab 51 Gaun Malam
52 Bab 52 Malam Pertama
53 Bab 53 Oma Sakit
54 Bab 54 Cemburu
55 Bab 55 Bulan Madu
56 Bab 56 Setelah Penantian Panjang
57 Bab 57 Kembali
58 Bab 58 Rumah
59 Bab 59 Dilarang
60 Bab 60 Menghabiskan Waktu
61 Bab 61 Aniversary Pernikahan
62 Bab 62 Kemacetan
63 Bab 63 Maaf Untuk Angel
64 Bab 64 Hamil
65 Bab 65 Khawatir
66 Bab 66 Buah Mangga
67 Bab 67 Kebun Lagi
68 Bab 68 Mulai Terungkap
69 Bab 69 Salah Paham
70 Bab 70 Kecewa
71 Bab 71 Masih Marah
72 Bab 72 Lapar
73 Bab 73 Demi Mie Instan
74 PENGUMUMAN
75 Bab 74 Licik
76 Bab 75 Terungkap
Episodes

Updated 76 Episodes

1
Bab 1 Bertemu Kembali
2
Bab 2 Kita Pacaran Lagi
3
Bab 3 Malam Indah
4
Bab 4 Anak Muda
5
Bab 5 Sakit Pinggang
6
Bab 6 Perhatian
7
Bab 7 Pengantar Makanan
8
Bab 8 Semakin Romantis
9
Bab 9 Tidak Rela
10
Bab 10 Masalah Anak
11
Bab 11 Gagal Romantis
12
Bab 12 Tidak Bertemu
13
Bab 13 Tas
14
Bab 14 Penganggu
15
Bab 15 Hampir Celaka
16
Bab 16 Rumah Sakit
17
Bab 17 Keras Kepala
18
Bab 18 Diam-diam
19
Bab 19 Terpaksa Berbohong
20
Bab 20 Tidak Sopan
21
Bab 21 Membuatmu Bahagia
22
Bab 22 Membuat Panik
23
Bab 23 Patah Hati
24
Bab 24 Antarkan Ibu Melamarnya
25
Bab 25 Pengacau
26
Bab 26 Sindiran Tetangga
27
Bab 27 Club Malam
28
Bab 28 Wanita Malam
29
Bab 29 Rencana Angel
30
Bab 30 Cicit
31
Bab 31 Dijodohkan Lagi
32
Bab 32 Jadohku
33
Bab 33 Setuju
34
Bab 34 Urus Pernikahanmu
35
Bab 35 Foto
36
Bab 36 Ragu
37
Bab 37 Pelajaran
38
Bab 38 Takut
39
Bab 39 Surat Perjanjian
40
Bab 40 Memalukan
41
Bab 41 Minggu Depan
42
Bab 42 Belajar
43
Bab 43 Penasaran
44
Bab 44 Agar Mandiri
45
Bab 45 Persiapan
46
Bab 46 Gara-gara Angel
47
Bab 47 Ketakutan
48
Bab 48 Sah!
49
Bab 49 Belum Siap
50
Bab 50 Pujian Mertua
51
Bab 51 Gaun Malam
52
Bab 52 Malam Pertama
53
Bab 53 Oma Sakit
54
Bab 54 Cemburu
55
Bab 55 Bulan Madu
56
Bab 56 Setelah Penantian Panjang
57
Bab 57 Kembali
58
Bab 58 Rumah
59
Bab 59 Dilarang
60
Bab 60 Menghabiskan Waktu
61
Bab 61 Aniversary Pernikahan
62
Bab 62 Kemacetan
63
Bab 63 Maaf Untuk Angel
64
Bab 64 Hamil
65
Bab 65 Khawatir
66
Bab 66 Buah Mangga
67
Bab 67 Kebun Lagi
68
Bab 68 Mulai Terungkap
69
Bab 69 Salah Paham
70
Bab 70 Kecewa
71
Bab 71 Masih Marah
72
Bab 72 Lapar
73
Bab 73 Demi Mie Instan
74
PENGUMUMAN
75
Bab 74 Licik
76
Bab 75 Terungkap

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!